Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan tidak akan membuka keran impor beras medium. Hal ini meski pun ada desakan dari para pedagang lantaran kekurangan beras jenis tersebut di pasaran.
Enggartiasto Lukita menyatakan, selama ini beras medium khususnya jenis IR64 mampu diproduksi di dalam negeri. Oleh sebab itu, menurut dia tidak ada alasan untuk membuka keran impor untuk jenis tersebut.
"Yang jenis medium IR64 yang diproduksi di sini, kita enggak akan (impor), enggak usah," ujar dia di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Senin (8/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sementara mengenai keluhan dari pedagang jika beras medium mulai mengalami kekosongan, Enggar menyatakan pihaknya akan meminta Perum Bulog untuk menggelontorkan stok beras yang ada untuk mengisi kekosongan tersebut.
"(Pedagang mengeluh) Yang pasti karena kosong,(tetapi) apapun alasannya kita gerojokin (gelontokan pasokan) saja," kata dia.
Enggartiasto menuturkan, impor beras hanya akan dibuka jika Indonesia tidak mampu memproduksi beras jenis tertentu yang dikonsumsi di dalam negeri. Sebagai contoh beras basmati yang biasanya dibutuhkan oleh restoran tertentu.
"Kalau sekarang basmati bagaimana kita mau produksi. Kita tanam tidak jadi-jadi," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Stok Beras di Bawah 1 Juta Ton, Pemerintah Enggan Impor
Sebelumnya, Pemerintah menegaskan tidak akan mengimpor beras umum atau medium meski stok di gudang Bulog kurang dari 1 juta ton. Pasokan beras ini dirasa masih cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional, termasuk untuk bantuan sosial beras keluarga sejahtera (rastra).
Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti mengungkapkan, stok beras medium yang ada di gudang Bulog sekitar 958 ribu ton per kemarin 3 Januari 2018. Jumlah tersebut jauh dari kebutuhan nasional yang mencapai sekitar 2 juta ton per bulan.
"Stok beras 958 ribu ton kalau tidak salah, per kemarin. Kalau untuk menutup rastra atau bansos mungkin bisa 4 bulan lebih, tapi untuk kebutuhan nasional memang tidak banyak karena per bulan 2 juta ton," ujar dia di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis 4 Januari 2018.
Bulog, sambungnya, telah melakukan operasi pasar dalam rangka stabilisasi harga beras yang sudah merangkak naik. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini menggelontorkan sesuai kebutuhan masyarakat.
"Kami usahakan gelontorkan sebanyak yang dibutuhkan. Tapi tentunya kami sambil cari beras supaya stok tidak terlalu jatuh. Kami tidak ingin menyerah mengatakan beras kami kurang," tegas Djarot.
Advertisement