Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali catatkan rekor tertinggi di 6.385 pada Senin 8 Januari 2018. Penguatan IHSG didorong sektor saham tambang dan konstruksi terutama BUMN konstruksi.
Berdasarkan data RTI, Senin (8/1/2018), sektor saham tambang memimpin penguatan dengan naik 2,56 persen. Sedangkan sektor saham konstruksi 1,73 persen. Sejumlah saham tambang dan konstruksi catatkan top gainers atau raih kenaikan terbesar pada awal pekan.
Saham-saham tambang masuk top gainers antara lain saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) naik 12,74 persen ke posisi Rp 885, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menguat 8,54 persen ke posisi Rp 2.160 per saham, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melonjak 2,3 persen ke posisi Rp 2.670 per saham.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan sektor saham konstruksi menguat sebagian besar di dorong emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor konstruksi. Saham-saham di sektor konstruksi yang catatkan penguatan terbesar antara lain saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) naik 7,59 persen ke posisi Rp 1.700 per saham, saham PT PP Tbk (PTPP) menguat 7,46 persen ke posisi Rp 2.880 per saham, saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menanjak 4,35 persen ke posisi Rp 2.400 per saham.
Selain itu, saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menguat 3,85 persen ke posisi Rp 540 per saham, saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) menguat 3,4 persen ke posisi Rp 426 per saham. Kemudian saham PT Total Bangun Persada Tbk naik 5,26 persen ke posisi Rp 700 per saham.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, sektor komoditas terutama batu bara dan konstruksi mengangkat IHSG pada awal pekan ini. Aditya menilai, penguatan sektor konstruksi lantaran kinerja sektor saham konstruksi kurang baik selama satu tahun.
Hal itu karena kekhawatiran investor terhadap arus kas sejumlah emiten konstruksi yang mengerjakan proyek infrastruktur.
"Kini sudah mulai ada berita positif. Ada pembayaran pada pertengahan bulan oleh KAI kepada Adhi Karya. Ini bagus untuk keuangan Adhi Karya. Pembayaran dilakukan akan diikuti perusahaan lainnya. Cash flow jadi positif," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, secara valuasi, saham-saham masuk sektor konstruksi juga murah. Aditya mencontohkan, saham PT Wijaya Karya Tbk yang mencatatkan price earning ratio (PER) 11,7 kali. PT Waskita Karya Tbk juga catatkan PER 9,7 kali. Sedangkan rata-rata PER sektor konstruksi di kisaran 12,24 kali.
"Valuasi saham sudah Murah. Secara teknikal, pergerakan saham PT Wijaya Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk dan PT Waskita Karya Tbk di bawah rata-rata pergerakan 200 harian," kata Aditya.
Ia pun merekomendasikan sejumlah saham sektor konstruksi untuk dicermati pelaku pasar terutama BUMN konstruksi. Saham-saham itu antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT PP Tbk (PTPP). Untuk target harga saham antara lain PTPP Tbk di kisaran Rp 2.925, saham PT Adhi karya Tbk (ADHI) Rp 2.025, dan saham PT Wijaya Karya Tbk di kisaran Rp 1.800. "Akumulasi beli saham Adhi, PTPP dan Wika," tutur dia.
Sedangkan sektor saham tambang yang menguat, Aditya menilai lantaran kenaikan harga batu bara. "Secara mingguan harga batu bara naik 3,65 persen dan bulanan naik 6,85 persen," ujar Aditya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IHSG Cetak Rekor di 6.385
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali catatkan level tertinggi pada awal 2018. Hal itu didorong sektor tambang dan konstruksi.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin 8 Januari 2018, IHSG naik 31,66 poin atau 0,50 persen ke posisi 6.385,40. Indeks saham LQ45 menguat 0,58 persen ke posisi 1.086. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Ada sebanyak 226 saham menguat sehingga dorong IHSG ke zona hijau. 134 saham melemah sehingga menahan penguatan IHSG. 117 saham lainnya diam di tempat. Pada awal pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.385,40 dan terendah 6.349,04.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 353.904 kali dengan volume perdagangan 12,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 7,4 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 323 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.421.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham kecuali sektor industri dasar turun 0,86 persen dan sektor saham manufaktur susut 0,01 persen. Sektor tambang naik 2,56 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi menguat 1,73 persen, dan sektor pertanian mendaki 1,22 persen.
Saham-saham catatkan top gainers antara lain saham DOID naik 12,74 persen ke posisi Rp 885, saham PSSI melonjak 12 persen ke posisi Rp 224, dan saham ADRO melonjak 8,54 persen ke posisi Rp 2.160 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MABA turun 12,28 persen ke posisi Rp 500, saham CPIN tergelincir 8,61 persen ke posisi Rp 3.290 per saham, dan saham JPFA susut 3,96 persen ke posisi Rp 1.355 per saham.
Bursa Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,28 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi mendaki 0,63 persen, indeks saham Shanghai menanjak 0,52 persen, indeks saham Singapura menguat 0,65 persen, dan indeks saham Taiwan naik 0,33 persen.
Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana menuturkan, penguatan IHSG didorong sektor saham konstruksi dan batu bara. Akan tetapi, sektor saham konstruksi memainkan peranan cukup penting untuk gerak IHSG.
"Sektor konstruksi cukup lama performance kurang bagus selama satu tahun ini. Saat ini sudah mulai ada berita positif. Pada pertengahan bulan KAI dan Adhi Karya akan terima pembayaran, ini akan diikuti perusahaan lainnya. Jadi cash flow positif," jelas Aditya.
Ia menambahkan, penguatan IHSG juga didorong dari data ekonomi. Ini ditunjukkan dari data cadangan devisa mencapai US$ 130 miliar pada akhir 2017. Selain itu, data kepercayaan konsumen juga baik. "Ini cukup direspon positif investor terutama investor domestik," kata Aditya.
Advertisement