Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal meresmikan dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Nusa Tenggara Timur (NTT) besok, Selasa (9/1/2018). Dua PLBN itu yakni PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka dan PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Presiden sebelumnya telah meresmikan PLBN Motaain di Kabupaten Belu pada 28 Desember 2016.
Berdasarkan keterangan tertulis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR), Senin (8/1/2018), pemerintah telah menyelesaikan pembangunan 7 PLBN.
Baca Juga
Advertisement
"Pembangunan PLBN tidak hanya sebagai gerbang masuk, namun menjadi embrio pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan," kata Menteri PU-PR Basuki Hadimuljono.
Pembangunan PLBN sejalan misi pemerintah, yakni membangun dari pinggiran. Dengan begitu, maka akan muncul sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.
"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pembangunan PLBN sebagai pusat ekonomi baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan. Pemerintah menggunakan 2 pendekatan, yakni keamanan dan kesejahteraan," kata Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Sri Hartoyo.
Pembangunan 7 PLBN yang rampung pada akhir tahun 2016 merupakan tahap pertama pembangunan kawasan perbatasan. Biaya pembangunannya senilai Rp 944 miliar. Kementerian PU-PR saat ini melanjutkan pembangunan di 7 PLBN tersebut berupa fasilitas sosial dan umum seperti pasar yang ditargetkan rampung akhir 2018 dengan total anggaran Rp 1,5 triliun.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
7 yang Telah Selesai
Tujuh PLBN yang telah selesai yakni PLBN Wini, Motaain, dan Motamasin di NTT berbatasan dengan Timor Leste.
Lalu, PLBN Entikong, Badau, dan Aruk di Kalimantan Barat berbatasan dengan Malaysia. Serta, PLBN Skouw di Papua yang berbatasan dengan Papua Nugini.
Sri Hartoyo optimistis semakin banyak komoditas dari Indonesia yang diekspor ke negara tetangga.
"Barang-barangnya bisa berasal dari seluruh Indonesia. Barang yang berasal dari Indonesia lebih lengkap dan kompetitif dari sisi harga, terutama terhadap Papua Nugini dan Timor Leste. Sementara dengan Malaysia, masih menjadi tantangan kita untuk bisa lebih berdaya saing," tandas Sri Hartoyo.
Advertisement