Oksigen Mulai Hilang Dari Lautan Dunia, Ini Alasannya...

Fakta mencengangkan mengenai hilangnya oksigen dari lautan dunia mulai mendapat sorotan dari para ilmuwan. Apa penyebabnya?

oleh Afra Augesti diperbarui 09 Jan 2018, 00:30 WIB
Kondisi biota laut di Bikini Atoll berdasarkan pengamatan ilmuwan Stanford University (Credit: Steve Palumbi)

Liputan6.com, California - Tim ilmuwan dari United Nations Intergovernmental Oceanographic Commission menyebut, saat ini lautan sedang mengalami masa kritis. Menurut penelitian mereka, seluruh laut di dunia sudah mulai kehabisan oksigen dengan cepat.

Penipisan oksigen di laut bisa menyebabkan kematian pada sebagian besar biota laut. Penelitian yang dipublikasikan pada laman Science tersebut menyebut fenomena itu sebagai "deoksigenasi".

Mereka menemukan empat dari sepuluh laut yang mengandung sedikit oksigen atau tidak mengandung oksigen sama sekali. Fakta ini mengkhawatirkan, karena setengah oksigen Bumi berasal dari lautan.

Oksigen sangat penting untuk kehidupan biota laut. Tanpa oksigen, seluruh makhluk hidup di lautan akan mati atau bermigrasi.

"Kehidupan hewan di laut membutuhkan oksigen untuk bernafas," ujar Lisa Levin, ahli biologis kelautan di Scripps Institution of Oceanography, University of California San Diego, dikutip dari Newsweek, Senin (8/1/2018).

"Jika kita menginginkan laut yang sehat, maka kita membutuhkan laut dengan oksigen di dalamnya," imbuhnya.

Tim mencatat, laut yang tak lagi mengandung oksigen jumlahnya meningkat empat kali lipat dalam 50 tahun. Parah lagi di perairan pesisir, seperti muara dan laut.

Di tempat tersebut, daerah dengan oksigen rendah telah meningkat sepuluh kali lipat sejak 1950.

 

 

 

 


Nelayan Kehilangan Mata Pencaharian

Dua orang pria terlihat memegang payung dan berdiri di dekat sebuah kapal nelayan sambil mengamati gelombang tinggi akiat Topan Ockhi di pesisir Thiruvananthapuram, Kerala, pada 1 Desember 2017. (AP Photo)

Deoksigenasi secara langsung menyebabkan hancurnya mata pencaharian masyarakat. Penangkapan ikan di sebuah kota di Filipina menelan biaya lebih dari US$ 10 juta atau Rp 134 miliar, menurut para periset.

Sedangkan pembenahan terumbu karang bernilai US$ 172 miliar per tahun, menurut National Museum of Natural History Smithsonian.

Karang yang sudah rapuh dan memutih -- yang disebabkan oleh kenaikan suhu permukaan laut -- juga merupakan dampak dari hilangnya oksigen.

"Banyak mata pencaharian bertumpu pada laut yang sehat, dimana laut itu tak berbau dan biotanya tak musnah. Ketika oksigen menjadi sangat rendah di laut, hewan akan meninggalkan wilayah itu selagi bisa," ucap Levin.

Ia menambahkan bahwa spesies-spesies tersebut akan bermigrasi, dimakan hewan lain atau mati kelaparan.

Perubahan itu dikaitkan dengan suhu laut yang lebih hangat, karena air hangat menahan sedikit oksigen. Selain itu, peningkatan suhu permukaan membuat oksigen menjadi sulit mencapai bagian laut terdalam.

Mayoritas oksigen hilang pada kedalaman 300 sampai 2.200 kaki di bawah permukaan laut. Sedangkan oksigen biasanya terisi kembali saat air di permukaan bercampur dengan air di dasar lautan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya