Liputan6.com, Jakarta Suami banting tulang mencari nafkah, sementara istri cukup mengurus anak dan pekerjaan di rumah. Masih idealkah stigma seperti ini? Era digital seperti sekarang memungkinkan terjadinya perubahan pembagian peran dalam pernikahan. Bagaimana jika ada keinginan istri bekerja untuk meringankan beban suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Kalau dilihat dari data nasional, jumlah rumah tangga dengan dua penghasilan semakin meningkat. Hal itu tak luput dari perhatian psikolog klinis, Pingkan Cynthia Bella Rumondor, M.Psi. Ada kepuasan pernikahan khusus ketika suami dan istri sama-sama cari uang.
Advertisement
"Nah, masalahnya, sebagian masyarakat masih melihat bahwa tugas 'mulia' seorang perempuan adalah mengurus rumah tangga. Jadi semacam ada 'aturan tak tertulis' kalau perempuan boleh kerja, tapi tetap mengurus rumah tangga," papar Pingkan saat dihubungi Health-Liputan6.com, Selasa (9/1/2018).
Ia menyatakan pemikiran 'usang' itu perlu ditinjau ulang. Hal ini terkait dengan keterbatasan energi dan waktu yang dimiliki istri.
"Istri bekerja punya tantangan lebih karena ada dua tuntutan yang harus dijalankan: pekerjaan dan keluarga. Kalau dua peran tersebut bertabrakan, bisa berdampak ke kesejahteraan hidup istri, juga kepada kepuasan pernikahan," imbuh Pingkan.
Psikolog jebolan Universitas Indonesia ini mengurai lebih jauh faktor-faktor pendukung yang bisa membuat istri bekerja dan tetap bahagia dengan pernikahannya.
"Ada 3 faktor yaitu dukungan suami, keluarga besar, dan waktu berkualitas bersama," terangnya.
Simak juga video menarik berikut :
1. Dukungan Suami
Lebih spesifik, Pingkan menuturkan bahwa dukungan suami sangat dibutuhkan ketika istrinya ikut bekerja. Hal ini untuk mengurangi beban lelah dan stres yang dirasakan oleh istri ketika pulang dari kantor.
"Penting banget suami istri saling paham kondisi. Wajar kalau pulang kerja, terasa lelah. Akan sangat baik kalau suami memberikan dukungan supaya istri bisa santai-santai dulu sepulang kerja," Pingkan menganjurkan.
Istri pun demikian. Ketika sudah sampai di rumah, sebaiknya tidak usah membawa beban pikiran yang ia rasakan di tempat kerja. Ia juga harus ikut menghibur sang suami tercinta.
"Sebaliknya juga, istri harus mendukung suami supaya bisa rileks dan enggak mikirin pekerjaan. Caranya beragam. Boleh dengan berbagi tugas rumah, bergantian menjaga anak, dan memberikan waktu pasangan untuk rileks," jelas dosen Binus University ini.
Lebih lanjut Pingkan menuturkan bahwa stres di tempat kerja akan merembet sampai di rumah. Perasaan masing-masing akan mudah marah maupun tersinggung. Kalau lelahnya sudah berkurang, energi yang ada bisa dipakai untuk bercanda atau bermesraan.
Terkait poin di atas, Pinkan menjabarkan hal ini telah dibuktikan oleh beberapa riset di Eropa.
"Di Indonesia, mahasiswa bimbingan saya pernah meneliti hubungan persepsi tentang dukungan pasangan dan kepuasan hubungan istri bekerja dan ada hubungan positif. Artinya, semakin suami mendukung istri untuk rileks sepulang kerja dan weekend, maka istri semakin puas dengan pernikahannya, meski punya stres kerja yang tinggi," lontar Pingkan.
Advertisement
2. Dukungan keluarga besar
Untuk poin ini, Pingkan menghubungkannya dengan kecenderungan Indonesia yang memiliki budaya kolektivistik.
"Maka 'apa kata orang' menjadi hal penting bagi diri seseorang. Keluarga besar (orangtua atau mertua) juga perlu mendukung anaknya pulih dari stres di tempat kerja. Ini bagus agar energi bisa digunakan untuk merawat pernikahan. Cara keluarga besar mendukung bisa dengan menjaga cucu agar anak dan suami atau istrinya bisa bersantai dan menjaga kemesraan pernikahan," imbuh penulis buku Bukan Move On Biasa: Bikin Langkahmu Lebih Bermakna.
3. Waktu berkualitas bersama pasangan
Jangan jadikan kesibukan di tempat kerja jadi alasan untuk kehilangan waktu bermesraan dengan pasangan.
"Meskipun istri sibuk bekerja, dia tetap perlu menyediakan waktu khusus untuk beraktivitas bersama pasangan. Nah, aktivitas bersama ini baiknya dilakukan dalam kondisi yang sama-sama fresh, atau terbebas dari stres akibat bekerja.
Pinkan menganjurkan beberapa momen berkualitas untuk menghadirkan momen penikahan bahagia.
"Baik itu masak bersama, mencoba tempat (liburan) baru, atau aktivitas yang jarang dilakukan selama ini. Misalnya nonton konser, olahraga, dan sebagainya. Hal ini yang pada akhirnya bisa menambah kemesraan dan kepuasan dalam pernikahan," tutup Pingkan.
Advertisement