Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas erupsi Gunung Agung memberikan kerugian pada pariwisata di Bali. Pemerintah mencatat, kerugian di Bali karena erupsi tersebut mencapai Rp 9 triliun.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kerugian tersebut tercatat dalam 40 hari efektif erupsi Gunung Agung.
"Mengenai pariwisata, kerugian kemarin akibat Gunung Agung selama 40 hari efektif, kita awasi Rp 9 triliun hanya di Bali. Jadi sekarang recovery harus cepat," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (8/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengatakan, kerugian tersebut berasal dari hilangnya potensi devisa dari kunjungan wisatawan. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sendiri per harinya sekitar 15 ribu.
"Setiap hari 15 ribu turis datang, jadi kali US$ 105 atau berapa," ujar dia.
Luhut menuturkan, untuk di Bali saja kerugian Rp 9 triliun. Secara nasional, total kerugian mencapai Rp 19 triliun.
Luhut bilang, peristiwa erupsi Gunung Agung memberikan dampak besar bagi kunjungan wisman. Luhut berharap kejadian serupa tidak terulang.
"Macam-macam seperti Tiongkok, begitu travelling warning diberikan Tiongkok, tidak ada satu pun turis Tiongkok datang ke kita selama 40 hari. Dan itu dampaknya besar, dan belum turis-turis lain, jadi kita evaluasi. Sekarang naik ke atas. Kita berharap lebih bagus di tahun ini. Mudah-mudahan tidak ada hal-hal seperti ini," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengusaha Hotel Berharap Pariwisata Bali Bergairah Lagi di 2018
Sebelumnya, pengusaha perhotelan berharap sektor pariwisata di Bali bergairah kembali pada tahun depan. Hal tersebut diharapkan juga akan berdampak positif bagi bisnis perhotelan di pulau yang destinasi wisata tersebut.
Letusan Gunung Agung beberapa waktu lalu sempat memengaruhi sektor pariwisata di Bali. Pemerintah sempat menetapkan letusan Gunung Agung berstatus Awas.
"Mudah-mudahan apa yang dilakukan bersama pemerintah, kunjungan dan statement Presiden juga cukup penting. Dulu kan Bali disebut status Level 4 (Awas), sekarang status 2 (Waspada), artinya normal. Yang status 4 itu Gunung Agung dengan radius 8-10 km," ujar Chairman Bali Hotels Association Ricky Putra kepada Liputan6.com, Senin, 1 Januari 2018.
Dia menuturkan, dampak letusan Gunung Agung ke bisnis perhotelan sudah terlihat di akhir tahun ini. Jelang malam pergantian tahun, tingkat keterisian (okupansi) hotel di Bali mencapai 80 persen. Angka tersebut menurun jika dibandingkan periode yang sama sebelumnya yang mencapai 90 persen.
"Untuk tahun baru rata-rata sudah 80 persen, saat Natal kemarin rata-rata 75 persen. Dibandingkan tahun lalu mungkin ada penurunan sedikit. Kalau tahun baru tahun lalu mungkin sekitar 90 persen, Natal 80-85 persen," dia mengungkapkan.
Ricky mengakui, penurunan okupansi ini memang berkaitan dengan aktivitas Gunung Agung. Akibat peristiwa alam ini, masih ada negara yang mengimbau hingga melarang warga negara untuk berkunjungan ke Pulau Dewata.
"Tentu dengan isu natural disaster (erupsi Gunung Agung) dan juga beberapa larangan dari pemerintah-pemerintah negara lain," kata dia.
Advertisement