Masalah Distribusi Bikin Harga Beras Naik

Harga beras kembali naik di pasar lantaran didorong ada masalah di sektor distribusi. Satgas Pangan Polri pun terus memantau.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 09 Jan 2018, 17:30 WIB
Seorang kuli angkut memanggul beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Penetapan HET beras kualitas medium zona Sumatera, NTT serta Kalimantan Rp 9.950 dan 13.300 per kilogram untuk kualitas premium. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga beras kembali naik di pasar lantaran didorong ada masalah di sektor distribusi. Satgas Pangan Polri pun terus memantau fenomena kenaikan harga beras.

"Sampai ada beberapa (masalah distribusi) memang ya," Kepala Satgas Pangan Polri, Irjen Setyo Wasisto di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (9/1/2018).

Setyo menuturkan, masalah lain yang memicu kenaikan harga beras yaitu ada kasus beras oplosan di Kalimantan Selatan (Kalsel). Dari hasil penyidikan, polisi mengamankan 18 ribu kilogram beras yang diduga hasil oplosan. Rencananya beras tersebut akan diedarkan di Surabaya, Jawa Timur.

"Salah satunya yang di Kalsel di mana beras bulog yang diganti karungnya kemudian akan dijual ke luar pulau. Sepanjang itu melanggar pidana itu akan kita tindak," ucap Setyo.

"Tapi ini adalah bisa mempengaruhi psikologi pasar," tambah dia.

Setyo mengatakan sampai saat ini pihaknya bersama pemangku kepentingan terkait terus memantau fenomena kenaikan harga beras ini. Tak hanya itu, sambung dia, operasi pasar juga akan dilakukan.

"Sekarang sedang kami lakukan operasi pasar. Maksudnya untuk meredam, menekan harga, jangan sampai bergerak sampai terlalu tinggi, inikan teori ekonomi dengan bannyaknya supply diharapnya harga yang turun," ujar Setyo.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Bulog Turunkan Harga Jual Beras Medium

Seorang kuli angkut memanggul beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Pedagang beras Cipinang sudah menerapkan dan menyediakan beras medium dan beras premium sesuai harga eceran tertinggi (HET). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Djarot Kusumayakti menyatakan, harga penjualan beras kualitas medium di pasar akan lebih rendah Rp 100-150/kg dari Harga Eceran Tertinggi (HET) di wilayah masing-masing.

Peraturan mengenai pasaran harga beras jenis medium itu terlampir dalam surat yang dikirimkan Kementerian Perdagangan (Kemendag) kepada Perum Bulog Nomor 31/M/-DAG/SD/1/2018 tertanggal 5 Januari 2018.

"Kita telah dapat instruksi dari Kemendag, untuk melakukan Operasi Pasar (OP) beras kualitas medium sembari mencantumkan informasi harga yang lebih rendah, dengan margin Rp 100-150/kg dari HET di wilayah masing-masing," ujar Djarot di Jakarta, Selasa 9 Januari 2018.

Perum Bulog sebelumnya sempat mengadakan OP beras jenis medium pada November 2017, dengan harga yang lebih rendah, yakni Rp 8.100. Namun, ternyata itu belum dapat menurunkan harga pasarannya.

"Kita (Perum Bulog) sekarang diarahkan oleh Kemendag untuk menurunkan harga dengan margin Rp 100-150/kg. Terkait perhitungan per wilayahnya bagaimana, itu akan diatur oleh pihak kami yang tersebar di 26 Divisi Regional di seluruh Indonesia," tutur dia.

Menurut data dari Permendag Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017, tiap daerah memiliki Harga Eceran Tertinggi yang berbeda-beda. Untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan-Bali dan NTB- Sulawesi, beras medium memiliki HET sebesar Rp 9.450.

Untuk wilayah Sumatera lainnya, NTT dan Kalimantan, nominal HET untuk beras medium adalah Rp 9.950. Wilayah timur Indonesia seperti Maluku dan Papua memiliki HET terbesar, yakni Rp 10.250.

Pada pelepasan OP beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Perum Bulog merilis harga beras medium di pasaran Jakarta dengan pengurangan sebesar Rp 150/kg dari HET.

"Harga beras medium di Pasar Jakarta kini dilepas menjadi Rp 9.300/kg," ucap Menteri Perdagagan Enggartiasto Lukita pada saat pelepasan OP beras di Jakarta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya