Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) menyatakan minat untuk membangun moda transportasi light rail transit (LRT) di Jakarta.
Secara total ada 3 fase, proyek LRT tersebut menelan investasi hingga US$ 28 miliar hingga US$ 30 miliar. Perseroan berencana membangun secara bertahap yakni fase pertama senilai US$ 8 miliar.
Direktur Utama Ratu Prabu Energi B. Bur Maras mengatakan, perseroan menyatakan minat karena membangun LRT karena keuntungan yang menjanjikan. Kendati, nilai investasinya sangat besar.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengaku, telah merencanakan pembangunan LRT sejak 5 tahun lalu."Saya mulai mempelajari ini 5 tahun yang lalu," kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Dia mengaku, LRT merupakan moda transportasi mudah dan cepat dibangun. Lanjutnya, keuntungan yang ditawarkan pun menjanjikan. Sebagai gambaran, dia mencontohkan di Amerika Serikat (AS) setiap penumpang akan membayar US$ 1,5 untuk naik LRT.
Jadi, jika dihitung pergi-pulang maka setiap orang akan menggelontorkan uang US$ 3. Jika jumlah penumpang yang naik setiap harinya 5 juta orang. Maka, pendapatan per hari bisa menembus US$ 15 juta.
"Seorang bayar US$ 3 dolar sehari kalau ada 5 juta orang naik itu, 5 juta kali US$3 sama dengan US$ 15 juta. Aku dapat duit US$ 15 juta sehari," ungkapnya.
Dalam setahun, secara kasar pendapatan yang diterima bisa mencapai US$ 5,4 miliar. Tentu, itu juga akan dikurangi dengan biaya operasional.
"Coba kalikan US$ 15 juta sehari kali 365 sama dengan US$ 5,4 miliar setahun. Kalau modal US$ 8 miliar, dengan US$ 5 juta setahun tentu ada ongkos operasi segala macam, kalau untung 30 persen setahun, 6 tahun kembali. Sangat bagus bisnis. Itu perhitungan saya," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ratu Prabu Minat Bangun LRT, Menteri Luhut Beri Syarat
Sebelumnya, Pemerintah tak mempermasalahkan keterlibatan swasta dalam pembangunan moda transportasi light rail transit (LRT). PT Rabu Prabu Energi Tbk (ARTI) menyatakan minatnya untuk membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun LRT dengan nilai investasi US$ 25 miliar.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, meskipun belum mengetahui rencana tersebut secara detail, pihaknya memastikan akan membuka peluang jika memang Ratu Prabu ingin membangun LRT.
"Itu saya tidak tahu, kalau itu memang ada. Dia bawa duit sebesar itu ya silahkan saja," kata dia di Kementerian Koorinator Bidang Kemaritiman Jakarta, Senin 8 Januari 2018.
Meski begitu, Luhut memberikan persyaratan jika swasta membangun LRT. Pertama, teknologi yang dibawa mesti ramah lingkungan. "Pertama, semua teknologi yang dibawa ramah lingkungan. Entah dari langit, dari surga, neraka, supaya jelas," ujar dia.
Kemudian, menggunakan tenaga kerja dari Indonesia. Meski, dia juga menyadari dalam tahap awal proyek biasanya menggunakan tenaga kerja luar.
"Dalam tiga empat tahun ini harus membuat training atau pendidikan untuk menyiapkan orang mengganti mereka. Siapa pun dia itu," ujar dia.
Terakhir, memberikan dampak dari industri dari hulu hingga hilir. Selain itu, memberikan transfer teknologi ke Indonesia.
"Yang ketiga, harus bisa hulu ke hilir dan transfer teknologi. Misalnya kita tadi ada nikel, sudah harus ke stainless steel, carbon steel yang kelipatannya bisa 100 kali bahkan lebih. Yang terakhir transfer teknologi supaya masyarakat paham," pungkas dia.
Advertisement