Pakai Pajangan Karton, Jurus Kabur PM Thailand Ini Bikin Ngakak

Alih-alih mengatakan 'no comment', PM Prayuth dilaporkan menggunakan sebuah pajangan karton untuk mengelak dari konferensi pers

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 10 Jan 2018, 02:01 WIB
Pajangan karton Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha (tengah) (AP)

Liputan6.com, Bangkok - Kalimat 'no comment' lazim terdengar dari mulut seorang figur -- politik atau dunia hiburan -- ketika dikerumuni wartawan yang melontarkan serentetan pertanyaan.

Biasanya, kalimat tersebut digunakan oleh yang bersangkutan untuk mengelak; berusaha menghindari para pers; atau memang tak mengetahui harus berkata apa.

Namun, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha memiliki cara yang lebih rumit dan nyeleneh untuk menghindari rentetan pertanyaan para wartawan.

Alih-alih mengatakan 'no comment', PM Prayuth dilaporkan menggunakan sebuah pajangan full-body dirinya sendiri yang terbuat dari karton sebagai subtitusi demi mengelak dari pertanyaan dalam sebuah konferensi pers.

Seperti dikutip dari BBC (9/1/2018), kejadian itu terjadi di Government House di Bangkok pada Senin, 8 Januari 2018 waktu setempat.

Sebelum melakukan aksi nyentriknya itu, sang PM Thailand itu sempat berbicara sejenak untuk menyampaikan keterangan pers resmi di hadapan para wartawan.

Beberapa saat kemudian, Prayuth berhenti menyampaikan keterangan pers resmi. Kemudian, sebuah pajangan full-body dirinya sendiri -- yang terbuat dari karton -- dikeluarkan dari dalam gedung Government House dan mengisi posisi tempat berdiri sang PM yang berada tepat di belakang microphone.

"Jika kalian ingin bertanya tentang isu politik atau konflik, silakan bertanya kepada 'orang ini' (pajangan)," kata sang PM Thailand seraya berjalan meninggalkan tempat konferensi pers sambil melambaikan tangan ke hadapan wartawan dan sejumlah tamu.


Mengelak dari Pertanyaan Seputar Pemilu hingga Lese Majeste

PM Thailand Prayuth Chan-ocha (AP)

BBC Thai melaporkan, para wartawan yang hadir dalam konferensi pers hendak bertanya kepada PM Prayuth seputar isu terkini yang tengah menghangat di Negeri Gajah Putih.

Seperti, Pemilu Thailand, kelompok separatis di Thailand selatan, dan hukum tentang penistaan Monarki Thailand (Lese Majeste) yang semakin ketat -- yang telah membuat sejumlah orang dipenjara karena dianggap menistakan kerajaan.

Namun, kuat dugaan, alasan PM Prayuth -- yang merupakan pemimpin kudeta militer pada 2014 -- menolak diwawancarai adalah demi menghindari pertanyaan seputar Pemilu Thailand 2018.

Pemerintah telah berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan umum, namun gelaran 'pesta rakyat' itu selalu dihambat dan diundur oleh Pemerintah Bangkok dari jadwal yang telah direncanakan.

Rencana terakhir menyebut, Thailand akan menggelar pemilu pada 18 November 2018.


Jangan Takut Politik

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha. (www.npr.org)

Konferensi pers di Government House pada Senin, 8 Januari 2018 itu digelar oleh PM Prayuth untuk menyampaikan keterangan resmi guna menyambut hari anak Thailand.

Namun, seperti pada konferensi pers pada umumnya, jurnalis memanfaatkan kesempatan semacam itu untuk bertanya dan menindaklanjuti sejumlah isu penting yang tengah terjadi.

Akan tetapi, PM Prayuth menolak untuk diwawancarai. Dan, konferensi pers itu berujung dengan situasi nyentrik, melibatkan sebuah pajangan full-body sang PM yang terbuat dari karton sebagai subtitusi Prayuth yang pergi dan mengelak untuk menjawab pertanyaan.

Usai kejadian itu, para wartawan dan para tamu undangan hanya bisa berfoto dan selfie dengan pajangan tersebut.

Kendati demikian, sang PM dilaporkan tetap berbicara kepada tamu dan audiens yang telah berada di dalam Government House.

Dalam kesempatan itu, Prayuth mengatakan, penting bagi kaum muda untuk menyesuaikan diri dengan demokrasi Abad ke-21.

Dia juga mengatakan agar generasi muda jangan takut dengan politik dan politisi -- sebuah pernyataan yang berbanding terbalik atas banyaknya pemuda dan siswa yang ditangkap akibat aktivitas politik anti-pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya