Liputan6.com, Jakarta - Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada tahun ini dinilai akan tercapai. Namun syaratnya, pemerintah harus mampu menjaga daya beli masyarakat dan didukung oleh pertumbuhan ekonomi global yang stabil.
Head of Intermediary PT Schroders Investment Management Indonesia, Teddy Oetomo mengatakan, pada 2017, perekonomian global tumbuh dinamis dan penuh tantangan.
Namun pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan membaik. Hal ini lantaran adanya sentimen-sentimen positif seperti pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang dan Amerik Serikat (AS) yang menunjukkan tren positif.
Baca Juga
Advertisement
"Ini didukung dengan membaiknya perdagangan global dan pelonggaran kebijakan fiskal AS," ujar dia di Jakarta, Rabu (10/1/2018).
Menurut dia, optimisme akan membaiknya pertumbuhan ekonomi global dinilai akan menjadi katalis bagi perekonomian Indonesia. Dengan demikian, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 menjadi lebih lebih realistis dan akan tercapai.
"Tapi dengan catatan, pertumbuhan konsumsi masyarakat terjaga di 2018," kata dia.
Sementara dari sisi internal, adanya 171 pemilihan kepala daerah (Pilkada) di 17 provinsi. Pesta demoktrasi ini diharapkan dapat menjadi pendorong daya beli masyarakat.
"Sekitar 100 lebih daerah akan melaksanakan pemilihan kepala daerah. Ini lebih besar dari Pilkada serentak di 2017 lalu. Ada tiga provinsi besar, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang populasi 30 persen-40 persen dari total masyarakat Indonesia. Ini diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat di 2018," tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Faktor Ekspternal yang Harus Diwaspadai
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, Indonesia memiliki modal yang cukup untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di 2018. Meski demikian, masih ada faktor eksternal yang harus diwaspadai pada tahun depan.
Jokowi mengungkapkan, agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi di tahun depan, maka dibutuhkan kontribusi para pelaku usaha dan investor untuk menggerakkan roda perekonomian di dalam negeri. Bukan saatnya lagi para investor tersebut wait and see.
"Kita kan lihat, angka-angkanya sudah jelas. Kemudian, lembaga-lembaga rating sudah memberikan penilaian seperti itu. Ease of doing business kita juga melompat naik. Pertumbuhan ekonomi juga, ya, di atas 5 persen sedikit. Inflasi juga baik, di bawah 4 persen. Terus, tabungan masyarakat kalau kita ligat di bank meningkat. Terus apa lagi? Saya harus ngomong apa? Kalau investornya wait and see, bagaimana?," ujar dia di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (29/12/2017).
Namun demikian menurut Jokowi, ada juga faktor eksternal yang harus diwaspadai. Contohnya, kondisi geopolitik dan harga minyak yang diperkirakan terus mengalami perbaikan.
"Ya banyak (faktor eksternal). Tapi kan enggak bisa kita sampaikan satu per satu. Banyak. Baik masalah geopolitik, harga minyak, banyak. Banyak hal. Saya kira memang banyak hal yang masih terus kita diperbaiki. Kita akan perbaiki terus. Proyek-proyek, peluang-peluang yang bagus juga banyak," kata dia.
Sementara untuk proyek infrastruktur di tahun depan, Jokowi berharap lebih banyak variasi pendanaan yang bisa dimanfaatkan untuk pembiayaan infrastruktur. Dengan begitu, proyek infrastruktur bisa selesai tepat waktu dan tanpa membebani keuangan negara.
Advertisement