Terungkap, Ini 5 Negara yang Ekonominya Bakal Terpuruk di 2018

Beberapa negara di dunia ada yang diprediksi perekonomiannya bakal semakin memburuk di 2018.

oleh Vina A Muliana diperbarui 11 Jan 2018, 08:30 WIB
Ilustrasi krisis ekonomi (pbs.com)

Liputan6.com, Jakarta Sejak krisis global pada 2008, perekonomian global terus membaik dan meningkat. Negara-negara berkembang pun bisa mengalami peningkatan perekonomian yang signifikan.

Tahun ini, hasil laporan dari Economist Intelligence Unit (EIU) mengungkap pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan meningkat 2,7 persen. Angka ini lebih kecil dibanding tahun 2017 yang berada di kisaran 2,9 persen.

Beberapa negara di dunia ada yang diprediksi perekonomiannya bakal semakin memburuk di 2018. Alasannya bermacam-macam, mulai dari adanya sanksi internasional hingga bencana alam yang berpengaruh besar pada perekonomian warga disana.

Berikut lima negara yang diprediksi perekonomiannya mengendur di 2018, dilansir dari economist, Kamis (11/1/2018):

5. Brunei Darussalam

Prediksi pertumbuhan ekonomi di 2018: 0,3 persen

Ribuan warga mengabadikan moment kadatangan Sultan Hassanal Bolkiah dan Ratu Saleha Brunei pada prosesi Golden Jubileedi Bandar Seri Begawan (5/10). Perayaan tersebut menandai 50 tahun bertahta. (AFP PHOTO / Roslan Rahman)

Sebesar 90 persen penerimaan negara ini berasal dari minyak. Harga minyak yang menurun berimbas besar pada pendapatan negara ini.

Tak heran, pertumbuhan ekonomi Brunei di tahun 2018 pun hanya diprediksi tumbuh 0,3 persen.

4. Korea Utara

Prediksi pertumbuhan ekonomi di 2018: -1,0 persen

Tayangan berita di Tokyo yang menampilkan visualisasi rudal Korea Utara yang meluncur pada 29 November 2017. Rudal itu jatuh di Laut Jepang, atau 1.000 km dari titik peluncuran awal, setelah terbang ke angkasa setinggi 4.500 km (AP/Shizuo Kombayashi)

Kemunduran ekonomi Korea Utara disebabkan dari sanksi internasional bertubi-tubi yang diterima negara pimpinan Kim Jong-un tersebut. Jika pemerintah Korea Utara tidak juga menerapkan kebijakan baru atas pengembangan senjata nuklirnya, tekanan di bidang ekonomi ini bisa terus berlanjut.

 


Guinea Khatulistiwa

Sejumlah pria mengambil air di sebuah danau di Bandarero, Kenya, Jumat (3/3). Kenya kini tengah menghadapi kekeringan parah dan krisis pangan. (AP Photo / Ben Curtis)

3. Guinea Khatulistiwa

Prediksi pertumbuhan ekonomi di 2018: -3,7 persen

Guinea Khatulistiwa merupakan salah satu negara kecil dan miskin di benua Afrika. Paradoksnya, negara miskin tersebut justru menaungi salah satu negara bagian terkaya di dunia.

Perekonomian negara di Afrika ini terus melarat karena pemerintahannya yang selalu menjalankan praktik korupsi. Guinea memiliki salah satu cadangan minyak terbesar di Afrika. Meski begitu, infrastruktur di Guinea yang dipimpin presidennya, Teodoro Obiang, paling tertinggal dan tidak berkembang.

Dengan kekayaan minyak yang sangat besar, masyarakatnya tetap hidup miskin. Sejauh ini, pendapatan yang mengalir dari Exxon Mobil dan sejumlah perusahaan minyak besar kabarnya langsung mengalir ke dompet Obiang dan keluarga.


Puerto Riko

Monyet berjalan di atas puing akibat terjangan Badai Maria di Cayo Santiago, yang dikenal sebagai Pulau Monyet, di Puerto Rico, 4 Oktober 2017. Tidak sedikit yang menggunakan monyet-monyet di tempat ini sebagai bahan penelitian. (AP/Ramon Espinosa)

2. Puerto Riko

Prediksi pertumbuhan ekonomi di 2018: -8 persen

Adanya bencana alam Badai Maria yang menghantam Puerto Riko memberikan imbas tersendiri di bidang ekonomi. Negara yang berbatasan dengan Amerika Serikat ini diprediksi akan anjlok perekonomiannya sebanyak -8 persen.


Venezuela

Sejumlah demonstran bereaksi saat rekannya terbakar pada unjuk rasa yang diwarnai bentrokan menentang Presiden Venezuela, Nicolas Maduro di Caracas, Rabu (3/5). Pria itu tersulut api dari ledakan tangki sepeda motor milik polisi. (RONALDO SCHEMIDT / AFP)

1. Venezuela

Prediksi pertumbuhan ekonomi di 2018: -11,9 persen

Venezuela didapuk jadi negara dengan kemunduran ekonomi paling besar di 2018. The economist memprediksi, negara yang tadinya kaya raya ini harus mengalami kemunduran sebesar -11,9 persen.

Penyebabnya adalah karena konflik terus menerus yang terjadi di sana. Hal ini juga diperparah dengan adanya hiperinflasi dan utang negara yang terus menumpuk.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya