Liputan6.com, Jakarta Presiden Jokowi Widodo (Jokowi) menyatakan, hingga 2019 secara total akan ada tambahan 1.800 kilometer (km) jalan tol. Hal tersebut bisa tercapai jika pembangunan tol yang tengah digenjot pemerintah tidak terhambat oleh pembebasan lahan.
Jokowi mengungkapkan, sejak pembangunan Tol Jagorawi yang dimulai pada 1970-an, progres pembangunan jalan tol di Indonesia berjalan sangat lambat. Padahal, dulu negara-negara lain seperti Malaysia hingga China belajar membangun tol kepada Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Jalan tol, Malaysia, Vietnam, China waktu kita bikin Jagorawi, mereka nengok ke kita, kita sudah jadi walaupun cuma 60 km. Pembebasan, konstruksi, pengelolaan mereka lihat ke kita. Tapi sudah lebih dari 40 tahun sampai 2014, jalan tol kita hanya 780 km. Sedangkan China sudah punya 280 ribu km," ujar dia dalam Rakernas Kementerian ATR/BPN di Jakarta, Rabu (10/1/2018).
Ketika dilihat, lanjut Jokowi, ternyata yang membuat lambatnya pembangunan tol di Indonesia adalah pembebasan lahannya.
"Pasti ada masalah, yang banyak adalah pembebasan lahan yang sulit. Saya ke lapangan saya lihat detail, ketemu sekarang. Saya kalau ada masalah sedikit, saya telepon Pak Menteri, di Balikpapan, Samarinda ada masalah tanah si A, tanah si B. Saya minta dua bulan rampung, padahal berapa tahun berhenti," lanjut dia.
Sekarang sejumlah tuas tol yang sebelumnya mangkrak, bisa dikerjakan bahkan sudah ada selesai dan dioperasikan.
"Batang-Semarang berapa tahun berhenti, jalan tol di tengah jalan berhenti. Solo-Ngawi, Ngawi-Kertosono sama juga. Tapi nyatanya sekarang rampung. Kalau kita niat, tanpa didasari kepentingan-kepentingan ya bisa rampung. Kita harapkan tol di Jawa dari ujung barat Merak sampai Banyuwangi, target kita 2019 maksimal kalau bisa saya masih minta maju, itu tersambung," jelas dia.
Dengan demikian, pada hingga 2019 akan ada tambahan 1.800 km tol. Ke depannya diharapkan pembangunan tol bisa berjalan cepat tanpa terhalang pembebasan lahan.
"Saat itu 2019 kita akan ada tambahan jalan tol 1.800 km. Rampung. Meski menurut saya 1.800 km dalam lima tahun itu juga kelamaan. Pembandingnya lagi-lagi ke China, setahun bisa 4.000 km sampai 5.000 km. Ya kita ini negara besar kalau kita enggak kejar dan ditinggal negara lain ya ditinggal betul. Itu yang sekarang ini kita kejar," tandas dia.
Menteri Basuki: Kehadiran Jalan Tol Gerakan Ekonomi Lokal
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, keberadaan ruas tol baru secara langsung telah berhasil menggerakkan perekonomian warga lokal.
Dia menceritakan sebuah pengakuan seorang pengusaha dari Tulungagung yang berterima kasih atas terselesaikannya ruas tol baru Surabaya-Mojokerto (Sumo).
"Seorang pengusaha marmer dari Tulungagung bercerita kepada saya, sebelum Sumo dibangun dia hanya bisa melakukan pengiriman satu kali dalam sehari. Tapi setelah SuMo beroperasi, dia bisa mengirim 2-3 kali sehari," ujar Basuki seperti ditulis Minggu (7/1/2018).
Basuki juga menjelaskan, Jawa Timur nantinya akan memiliki ruas jalur tol paling panjang, di mana proyek pembangunan tol saat ini sedang marak dikerjakan di wilayah tersebut.
"Sekarang di Jawa Timur kan sedang dibangun ruas tol Probolinggo-Banyuwangi di sisi utara dan Pandaan-Malang di sisi selatan. Kemudian datang permintaan untuk membangun tol Kertosono-Kediri, belum lagi Probolinggo-Lumajang juga butuh tol. Kalau itu semua terrealisasi, tol di Jawa Timur nantinya akan jadi yang paling panjang," tukasnya.
Percepatan Pembangunan Proyek Jalur Tol
Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani juga turut memberikan tanggapan terkait proyek jalur tol yang terus berlanjut hingga 2018. Dia mengaku bahwa waktu pengerjaannya telah meningkat jauh dibanding pembangunan pada waktu lampau.
"Kalau mau buat perbandingan, dulu pembangunan tol itu sekitar 5 km dalam dua tahun. Sekarang, dua tahun sudah bisa 120 km," tukasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Herry T Zuna mengungkapkan, ragam pembangunan tol yang nantinya akan tersambung menjadi tol Trans Jawa itu semuanya dapat selesai dan murni beroperasi pada 2019.
"Kita memperkirakan, bilamana proyek tol seperti Pasuruan-Probolinggo sudah selesai dalam waktu dekat, maka itu sudah dapat dioperasikan sepenuhnya pada akhir 2018," ucapnya.
"Selain itu, masih ada pengerjaan ruas tol Probolinggo-Banyuwangi sepanjang 170 km, dan Jakarta-Cikampek II yang diperkirakan selesai April 2019. Semua ruas itu akan tersambung menjadi tol Trans Jawa, dari Jakarta hingga Banyuwangi yang bisa dinikmati pada 2019 nanti," tambah Herry.
Herry juga menjelaskan perihal pengerjaan proyek jalur tol di luar Jawa, seperti tol Trans Sumatera. "Ruas tol Trans Sumatera sepanjang 25 km yang pengerjaannya disubsidi oleh tarif tol Batang-Semarang, kini progres fisiknya sudah 60 persen," imbuhnya.
Advertisement