Suku Bunga Rendah, Nasabah Lirik Investasi Beri Imbal Hasil Besar

Suku bunga rendah dinilai menjadi salah satu faktor membuat jumlah rekening dengan saldo di atas Rp 2 miliar hanya naik tips pada November.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Jan 2018, 10:00 WIB
Ilustrasi buku rekening (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat uang simpanan dengan saldo di atas Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya naik 0,11 persen menjadi 249.274 rekening pada November 2017. Jumlah rekening bersaldo Rp 2 miliar yang hanya naik tipis itu dinilai lantaran suku bunga rendah.

Sekretaris LPS Syamsu Adinugroho menuturkan, terlalu dini bila menyimpulkan jumlah rekening bersaldo di atas Rp 2 miliar hanya naik tipis dalam satu bulan saja.

Akan tetapi, bila melihat suku bunga cenderung stagnan dan relatif kecil dapat mendorong nasabah besar melirik produk investasi yang beri imbal hasil besar.

"Melihat bunga yang cenderung stagnan dan relatif kecil bisa jadi nasabah besar mulai melihat alternatif penempatan di luar produk bank," ujar Syamsu saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (11/1/2018).

Ia menambahkan, hal itu wajar karena nasabah besar juga cenderung mencari optimalisasi dana. Seperti diketahui, LPS mencatat uang simpanan dengan saldo di atas Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya naik 0,11 persen menjadi 249.274 rekening pada November 2017. Pada posisi Oktober 2017, jumlah rekeningnya mencapai 248.996 rekening.

Akan tetapi, jumlah nominal simpanannya turun 0,47 persen (MoM) dari Rp 3.028.238 miliar pada Oktober 2017 menjadi Rp 3.014.050 miliar pada November 2017.

Sedangkan per akhir November 2017, jumlah rekening untuk simpanan dengan nilai saldo sampai dengan Rp 2 miliar tumbuh 3,43 persen (MoM) dari 230.852.844 rekening (Oktober 2017) menjadi 238.763.058 rekening (November 2017).

Jumlah nominal simpanannya juga meningkat 1,63 persen (MoM), dari posisi akhir Oktober 2017 sebesar Rp 2.229.452 miliar, menjadi Rp 2.265.684 miliar di akhir November 2017.

Total rekening simpanan per November mencapai 239.012.332 rekening, naik 7.910.492 rekening dalam waktu sebulan atau 3,42 persen dibanding posisi jumlah rekening Oktober 2017 yang sebesar 231.101.840 rekening. Demikian mengutip keterangan tertulis, Selasa (2/1/2018).

Dilihat dari jenis simpanan (tabungan, deposito, dan giro), jenis simpanan yang jumlah rekeningnya mengalami kenaikan paling tinggi adalah tabungan. Kenaikannya mencapai 3,52 persen dari 224.074.143 rekening pada Oktober 2017, menjadi 231.954.376 rekening di bulan November 2017.

Sementara itu, kenaikan nominal simpanan tertinggi juga dialami oleh simpanan jenis tabungan, yaitu tumbuh 2,95 persen, dari Rp 1.564.902 miliar pada Oktober 2017 menjadi Rp 1.611.132 miliar pada November 2017.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


LPS: Jumlah Bank di RI Terlalu Banyak, Waktunya Dikurangi

Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) mencanangkan tahun 2017 ini sebagai tahun Transformasi.

Sebelumnya, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mendorong penggabungan atau merger 115 bank di Indonesia. Dalam upaya tersebut, diperlukan insentif pajak, kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (PJK), dan kesiapan perbankan yang dapat menarik minat pemilik untuk melebur banknya.

Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengungkapkan jumlah bank umum di Indonesia saat ini mencapai 115 bank. Meski sudah mengalami penurunan signifikan dari sebelumnya 250 bank, Indonesia berada di peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah bank terbanyak di Asia Tenggara.

"Di Asia tenggara, kita nomor satu dengan jumlah bank terbanyak. Negara lainnya cuma sedikit hitungan jari, seperti Malaysia, Australia sekitar 4 atau 5 bank, Filipina dan Singapura juga sama," jelas dia saat acara Sarasehan 100 Ekonom di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa 12 Desember 2017.

Menurut Halim, untuk mengurangi jumlah bank di Indonesia bukanlah hal mudah. Dia mengaku, perlu ada kebijakan OJK, insentif perpajakan, dan kesiapan perbankan. Tanpa adanya gabungan kebijakan tersebut, dia bilang, agak sulit merealisasikannya.

"Misalnya kalau mau merger, beri insentif pajak. Sekarang sudah ada, tapi masih kecil karena kan kalau merger harus dinilai lagi asetnya, pakai nilai buku atau nilai pasar. Perlu insentif lagi buat mendorong agar pemilik bank mau melakukan merger, dan OJK juga harus memengaruhi mereka supaya merger," terangnya.

Halim menjelaskan, Indonesia perlu mengurangi jumlah bank dan memperbanyak jaringan, baik fisik maupun digital. Ini yang akan menjadi tantangan perbankan ke depan.

"Sekarang kita termasuk negara dengan jumlah banyak terbanyak di dunia, tapi jaringannya cuma ada di Jawa. Nantinya jumlah bank harus berkurang, tapi jaringan diperbanyak, kan sekarang ada teknologi digital, tidak harus fisik (bangun kantor)," tutur dia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya