Liputan6.com, Cianjur - Puluhan siswa sekolah dasar kelas jauh di Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terpaksa belajar di ruang kelas layaknya kandang ayam karena sekolah induk yang jauh dari perkampungan.
Kondisi tersebut dialami sejak beberapa tahun yang lalu. Pasalnya, pihak sekolah tidak memiliki biaya untuk membangun gedung sekolah permanen.
Sebagian besar siswa merupakan warga Kampung Taritih, Desa Melati itu, harus menjalani proses belajar mengajar di ruang kelas berlantai tanah merah dan berdinding bambu.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Desa Melati, Ceceng Rusmawan mengatakan, bangunan kelas jauh tersebut hasil swadaya dari 200 kepala keluarga di wilayah tersebut. Namun, partisipasi warga baru mampu membuat tempat belajar atau ruang kelas untuk 21 siswa kelas 1.
"Kami ingin membantu membangun sarana yang layak untuk kelas jauh, tetapi terbentur dengan aturan yang ada kalau mengunakan dana desa," ucap Ceceng, Rabu, 10 Januari 2018, dilansir Antara.
Mendamba Kelas Permanen
Ia pun berharap dinas terkait di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur, dapat membangun kelas permanen untuk keberlangsungan sekolah
Selama ini, menurut Ceceng, puluhan siswa sekolah harus berjalan kaki hingga delapan kilometer untuk sampai ke sekolah yang belum layak disebut sebagai ruang kelas itu. Meskipun banyak kendala, minat bersekolah siswa dan orangtua di wilayah tersebut cukup tinggi.
"Orangtua mendukung anak mereka untuk tetap bersekolah, meskipun lokasinya jauh dengan gedung tidak layak disebut kelas," katanya.
Bahkan, setiap tahun, jumlah siswa kelas jauh SDN Datar Muncang, terus bertambah dan sudah layak mendapat kelas yang layak seperti di wilayah lain," katanya.
Advertisement
Berjalan Kaki hingga Belasan Kilometer
Sementara itu, Anita (9) seorang siswi SDN Datar Muncang, mengatakan untuk sampai ke sekolah induk, dia dan puluhan teman sekampungnya harus berjalan kaki hingga belasan kilometer. Sedangkan kondisi jalan yang rusak belum tersentuh pembangunan.
Dia berharap kelas jauh segera dibangun menjadi sekolah tetap, agar mereka tidak perlu lagi berjalan kaki hingga belasan kilometer untuk sampai ke sekolah induk setiap harinya.
"Kami berharap punya sekolah sendiri, biar kami tidak jauh ke sekolah karena kelas jauh hanya untuk kelas satu," katanya.
Hal senada terucap dari orangtua siswa, Empong (40). Ia setiap hari harus mengantarkan anaknya ke sekolah mengunakan sepeda motor dengan kondisi jalan layaknya kubangan ketika hujan dan berdebu ketika musim kemarau.
Ia pun berharap sekolah permanen dibangun untuk kelas 1 sampai kelas 6. Terutama, para siswa tidak perlu lagi ke sekolah induk yang jaraknya sangat jauh.
"Setiap tahun ada puluhan anak kelas satu yang masuk dan kelas lanjutan ke sekolah induk," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: