Liputan6.com, Jakarta - There's no place like home. Benar sekali... Kiranya rumah adalah satu-satunya tempat terindah dan ternyaman di dunia. Rumah adalah tempat cinta bersemayam di setiap sudutnya sehingga kita bisa menemukannya kapan saja dan nyaman berada di sana.
Rumah adalah tempat yang selalu diinginkan siapa pun untuk bisa kembali. Dia tempat pulang yang sesungguhnya. Tempat di mana kita merasa terlindungi dan akan selalu diterima. Tempat di mana cinta akan merangkul erat saat kita tiba dari sebuah perjalanan dan petualangan.
Baca Juga
Advertisement
Tak heran bila Gerard Deulofeu begitu antusias saat tawaran dari Barcelona menghampirinya akhir musim lalu. Itu karena, baginya, Barcelona adalah rumahnya. Di La Masia, dia menimba ilmu sepak bola sejak umurnya 9 tahun. Adapun Everton dan AC Milan hanyalah persinggahan sementara untuk menanti saat-saat pulang.
Demi pulang kampung ke klub yang dicintainya sejak kecil, Deulofeu menafikan performanya yang tengah moncer di Milan. Dia dipenuhi optimisme bahwa kariernya hanya akan lebih baik bila pulang ke Camp Nou. Apalagi entrenador Ernesto Valverde sempat mengatakan ingin menjadikannya andalan di tim utama.
Gara-gara Valverde, Deulofeu melupakan kariernya yang tengah menanjak berkat kesempatan bermain yang melimpah di AC Milan. Dia lebih memilih sebuah ketidakpastian karena jaminan Valverde. Padahal, kenyataannya, jaminan main di Barcelona itu hanya semu belaka. Itu tak ubahnya sebuah janji politikus semata. Janji yang hanya manis di bibir, bualan saja.
Sangat jelas, pemain yang dibeli kembali Blaugrana dari Everton dengan dana 12 juta euro itu sempat bertemu Valverde sebelum memberikan anggukan tanda setuju. Dalam pertemuan itu, dia ingin sebuah kepastian berada dalam rencana sang entrenador anyar.
Awalnya, Barcelona memang seperti betul-betul menghendaki Deulofeu. Dia diberi lumayan banyak kesempatan bermain. Namun, itu tak terlepas dari kepergian Neymar ke Paris Saint-Germain dan cedera yang membekap penggantinya nan mahal, Ousmane Dembele. Setelah itu, Deulofeu mulai tersisih.
Direnggut Pemburu Mimpi
Kini, hanya enam bulan setelah kembali, rasa bahagia kembali ke rumah telah terenggut dari Deulofeu. Saat ini, kebahagiaan itu jadi milik para pemburu mimpi, mereka yang datang ke Camp Nou dengan harga selangit dan sempat memaksa pergi.
Para pemburu mimpi itu adalah Dembele dan Philippe Coutinho. Saat tiba di Camp Nou, mereka sama-sama mengatakan bahwa mereka telah mewujudkan impian masa kecil. Baik Dembele maupun Coutinho sama-sama mengidolakan Blaugrana sejak masih kanak-kanak.
Kepastian pembelian Coutinho dari Liverpool pada Januari ini adalah vonis pahit bagi Deulofeu. Kedatangan bintang asal Brasil itu secara otomatis menutup pintu bagi dia untuk berada di line up Blaugrana. Apalagi, pada saat bersamaan, Dembele kembali berlatih setelah lama absen karena cedera.
Ketika Dembele dan Coutinho fit, sangat jelas Valverde akan memainkan keduanya. Mana mungkin dia mencadangkan pemain berharga ratusan juta euro? Lagi pula, harga tak pernah bohong. Ada harga, ada kualitas. Pemain berharga ratusan juta euro tentulah protagonista.
Dibanding keduanya, Deulofeu jelas bukan siapa-siapa. Harganya yang belasan juta euro hanya sekitar sepersepuluh dari harga Dembele dan Coutinho. Dengan posisi yang sama, sudah jelas di mana tempat Deulofeu berada.
Belakangan, Valverde sudah mulai mengusir si anak hilang secara halus. Awalnya, dia beberapa kali tak memasukkan sang pemain di skuat Blaugrana. Lalu, dia menuntut Deulofeu berjuang lebih keras untuk mendapatkan tempatnya. Itu alasan klasik untuk mengusir seorang pemain yang tak lagi dikehendaki.
Skenario seperti ini sebetulnya sudah membayang saat Deulofeu memutuskan kembali ke Camp Nou. Saat itu pun, Blaugrana tengah serius memburu Dembele dan Coutinho. Namun, karena buaian there's no place like home, mata sang pemain buta. Padahal, Camp Nou ternyata bukanlah home of Deulofeu.
Advertisement
Home of Messi
Memasuki bursa transfer musim dingin, Deulofeu adalah satu dari beberapa pemain yang dipersilakan pergi. Pemain-pemain lain yang senasib dengan dia di antaranya Arda Turan, Aleix Vidal, dan Andre Gomes. Seperti halnya Deulofeu, mereka adalah pemain-pemain semenjana, bukan bintang luar biasa seperti Dembele dan Coutinho.
Barcelona rupanya sadar, pembelian pemain yang mereka lakukan dalam beberapa musim terakhir terbilang buruk. Mereka telah salah memgambil langkah dengan membajak pemain-pemain rival yang ternyata tak sesuai kebutuhan Blaugrana.
Seperti halnya klub-klub besar lain, Barcelona hanya membutuhkan pemain-pemain luar biasa nan istimewa, bukan sekadar bintang biasa. Itu karena tuntutan menang yang luar biasa besar. Kemenangan dan trofi adalah hal mutlak bagi klub-klub macam Blaugrana.
Mereka harus memenangi semua pertandingan, dari laga melawan klub-klub semenjana di Copa del Rey hingga big match di Liga Champions. Mereka juga selalu dituntut menjuarai semua ajang, dari Copa del Rey hingga Liga Champions.
Patut diingat pula, Barcelona adalah home of Messi, pemain yang dianggap paling brilian dalam sejarah sepak bola. Tentu saja Blaugrana tak bisa sembarangan memberikan rekan-rekan setim kepada sang dewa.
Selama sekitar satu dekade, Messi telah memberikan segalanya bagi Blaugrana. Dia telah menggelontorkan gol dan asisst. Dia sudah mempersembahkan berbagai piala. Dia juga sudah mengguratkan bermacam rekor. Tentu wajar bila Blaugrana harus menyokong dia dengan rekan-rekan yang tepat, rekan-rekan dengan kaliber mendekati dirinya.
Musim ini, Barcelona telah mengoreksi kekeliruannya. Mereka telah mendatangkan sosok yang tepat ke home of Messi. Dembele dan Coutinho memanglah pantas berkostum Blaugrana karena mereka adalah fenomena. Mereka bukan pemain semenjana atau sensasi sesaat belaka. Harga mereka memang sangat mahal, tapi sesuai untuk pemain yang pantas berada di home of Messi.
*Penulis adalah pengamat sepak bola dan jurnalis. Tanggapi kolom ini @seppginz.