Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat mengikuti bursa global yang positif. Aksi beli investor asing mendorong kenaikan IHSG.
Pada pra mebukaan perdagangan saham, Jumat (12/1/2018), IHSG naik tipis 5,12 poin atau 0,08 persen ke posisi 6.391,46. Kemudian pada pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 13,39 poin atau 0,21 persen ke posisi 6.399. Sebagian besar indeks saham acuan menguat. Indeks saham LQ45 menguat 0,26 persen ke posisi 1.087,96.
Ada sebanyak 118 saham menguat sehingga mendorong kenaikan IHSG. 44 saham melemah dan 90 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 6.407,84 dan terendah 6.391,19.
Baca Juga
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 22.581 kali dengan volume perdagangan 899,5 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 407 miliar. Investor asing melakukan aksi beli Rp 55,37 miliar.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat. Sektor saham tambang memimpin penguatan IHSG dengan naik 1 persen. Diikuti sektor saham barang konsumsi menguat 0,51 persen dan sektor saham keuangan menanjak 0,37 persen.
Sementara itu, sektor saham aneka industri melemah 0,29 persen dan sektor saham perdagangan tergelincir 0,09 persen.
Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham ENRG naik 8,73 persen ke posisi Rp 137, saham DEWA melonjak 7,41 persen ke posisi Rp 58, dan saham ISAT menanjak 4,51 persen ke posisi Rp 6.375 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tergelincir antara lain saham IKAI turun 27,37 persen ke posisi Rp 130, saham CASA merosot 24,76 persen ke posisi Rp 158, dan saham GPRA susut 2,52 persen ke posisi Rp 116 per saham.
Bursa Asia pun sebagian besar menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,44 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,10 persen, indeks saham Shanghai naik 0,10 persen, indeks saham Singapura mendaki 0,40 persen, dan indeks saham Taiwan menguat 0,65 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,10 persen.
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat menjelang akhir pekan ini. Rilis data ekonomi neraca perdagangan akan pengaruhi laju IHSG.
Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas William Suryawijaya mengatakan, IHSG saat ini terlihat cukup kuat dapat pertahankan level support.
Hal itu ditunjang oleh aliran dana investor asing yang mulai terus terjadi. Ditambah rilis data ekonomi neraca perdagangan yang diperkirakan menunjukkan kondisi stabil juga dapat jadi sentimen positif untuk IHSG.
"IHSG berpotensi menguat dengan kisaran 6.189-6.446," kata William dalam ulasannya, Jumat 12 Januari 2018.
Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan IHSG masih akan bergerak variasi dengan kecenderungan tertekan. IHSG akan bergerak di kisaran 6.325-6.420.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bursa Asia Menanjak
Bursa saham Asia kembali menguat menjelang akhir pekan ini. Hal ini didorong keyakinan pelaku pasar terhadap kinerja keuangan perusahaan di Amerika Serikat (AS).
Selain itu, kenaikan harga minyak juga menjadi katalis positif untuk bursa Asia. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,1 persen. Penurunan indeks saham Jepang nikkei didorong harga saham teknologi dan otomotif yang tertekan. Saham Toyota susut 0,47 persen.
Saham Honda melemah 0,92 persen. Sementara itu, saham Uniqlo melonjak 5,8 persen usai perseroan mencatatkan keuntungan dengan laba operasional naik 28,6 persen. Bahkan penjualan global pertama kali menyumbangkan lebih besar ketimbang penjualan domestik.
Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,19 persen. Sektor teknologi menekan indeks saham. Saham Samsung Electronics turun 1,74 persen. Sedangkan sektor saham produsen baja menguat dengan saham Posco naik 3,41 persen dan Hyundai Steel menguat 2,02 persen.
Mengutip laman Reuters, Jumat (12/1/2018), indikator bursa saham global dengan indeks saham MSCI Global mencapai rekor tertinggi. Sepanjang 2017, indeks saham MSCI global naik 3,3 persen.
Di bursa saham AS, indeks saham acuan wall street mencapai rekor tertinggi yang didorong kenaikan pendapatan perusahaan yang masuk S&P 500. Diperkirakan pendapatan naik 11,8 persen.
Sektor energi memimpin kenaikan seiring harga minyak menguat ke level tertinggi dalam tiga tahun.
Di pasar uang, dolar AS tergelincir ke level terendah dalam enam minggu terhadap yen di kisaran 111,05. Euro kembali naik menjadi US$ 1,2. Sebelumnya euro mendekati level tertinggi dalam tiga bulan di kisaran US$ 1,2089.
Bank sentral Eropa akan melihat revisi untuk mengurangi fokus pada pembelian obligasi kemudian meningkatkan suku bunga. Hal ini mempertimbangkan zona Euro mencatat pertumbuhan terbaik dalam satu dekade.
"Saya akan membayangkan bank sentral Eropa sangat ingin mencoba untuk akhiri suku bunga negatif usai September. Jika itu tidak turun dengan baik di pasar, bank akan mencoba untuk memodifikasi," ujar Yoshinori Shigemi, Global Market Strategist JP Morgan Asset Management.
Di pasar komoditas, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,4 persen ke posisi US$ 63,55. Harga minyak Brent menguat ke level US$ 69,26 per barel usai sempat sentuh level US$ 70,05 per barel. Harga minyak Brent sudah naik lima persen sejak awal tahun.
Advertisement