Pedagang Cipinang Ragu Operasi Pasar Bisa Tekan Harga Beras

Beras operasi dipasok dengan harga sekitar Rp 8.000 per kg dari Perum Bulog.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 12 Jan 2018, 13:06 WIB
Seorang kuli angkut memanggul beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Pedagang beras Cipinang sudah menerapkan dan menyediakan beras medium dan beras premium sesuai harga eceran tertinggi (HET). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang ragu beras operasi pasar mampu meredam tingginya harga beras di pasaran. Kualitas beras yang cenderung jelek membuat konsumen tak minat untuk membeli beras medium hasil operasi pasar.

Giarti, salah seorang pedagang di Pasar Induk Cipinang, mengatakan bahwa harga eceran tertinggi (HET) beras medium operasi pasar Rp 9.300. Namun, karena kualitas yang kurang mumpuni maka membuatnya sulit untuk menjual.

"Emang HET Rp 9.300. Tapi kadang lihat barangnya. Jual murah Rp 8.700 saja tidak mau. Kadang jelek banget lemparnya. Kalau Rp 9.300 pada engga mau," ungkapnya kepada Liputan6.com di Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta, Jumat (12/1/2018).

Beras operasi dipasok dengan harga sekitar Rp 8.000 per kg dari Perum Bulog. Dengan kondisi yang ada, dia ragu beras operasi pasar mampu meredam harga yang tinggi di pasaran.

"Masyarakat miskin mungkin ada yang beli, tetapi karena terlalu jelek jadi yang beli tidak banyak.  Tidak bisa menurunkan harga pasaran. Berasnya gitu," paparnya.

Yudi, Pedagang lain di Pasar Induk Cipinang mengatakan hal yang sama. Beras operasi pasar memiliki kualitas yang acak. Seringnya, beras yang didapat justru cenderung jelek. "Barangnya kurang bagus," ujar dia.

Bahkan, Yudi menyampaikan, beras tersebut kurang diminati kendati dilepas dengan harga yang lebih murah. Yudi menuturkan, untuk meningkatkan kualitasnya pun mesti diolah. Risikonya, jumlah beras tersebut bisa susut.

"Tidak rata, ada yang bagus, ada yang jelek. Bisa digiling tapi bisa susut 5 kg sekarung," tukas dia.

Liputan6.com melihat sendiri beras operasi pasar tersebut. Berasnya cenderung kuning dan patahannya cenderung banyak.

Foto dok. Liputan6.com

Lebih lanjut, Yudi juga berpendapat, impor beras yang akan dilakukan pemerintah pun cenderung terlambat. Pasalnya, jika panen maka harga beras akan susut tajam.

"Cuma kayaknya impor terlambat. Sekarang kan sudah terlalu tinggi. Kalau panen ketambahan impor, jatuh," tukasnya.

Foto dok. Liputan6.com


Dirut Bulog: Hanya Sedikit Beras Operasi Pasar yang Kuning

Dari pantauan Liputan6.com, beras operasi pasar di Pasar Induk Cipinang cenderung berwarna kuning dan patahannya cenderung banyak. (Achmad/Liputan6.com)

Sebelumnya, Perum Bulog menyatakan bahwa beras medium untuk operasi pasar merupakan beras yang memenuhi standar. Meski Perum Bulog tak menampik ada sebagian kecil dari beras operasi pasar tersebut yang berwarna kuning.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayekti menerangkan, pasokan beras medium saat ini sedang menipis. Oleh sebab itu, operasi pasar perlu dilakukan untuk menekan harga.

"Saya cerita sedikit aja, kita saat ini supply beras di lapangan sangat kurang. Dengan kondisi supply yang kurang tersebut itu kan mengakibatkan kenaikan harga, itu kan membebani masyarakat. Kita mencoba melepas cadangan stok pemerintah," kata dia kepada Liputan6.com, Kamis (11/1/2018).

"Yang namanya beras cadangan kan beras disimpan, tentu tidak sebagus yang digiling," sambungnya.

Meski begitu, Djarot menuturkan, beras yang dikeluarkan dari gudang memenuhi ketentuan pemerintah. "Tapi tentu ada standar medium itu sesuai dengan Permendag, maksimum 25 persen pecahannya. Sehingga, kalau tidak memenuhi standar medium kita proses ulang," kata dia.

Jumlah beras yang disimpan di gudang sangat besar. Oleh karena itu, wajar jika ada sebagian kecil beras yang menguning. Djarot pun meminta masyarakat memahami kondisi yang terjadi saat ini.

"Mungkin ada 1-2 karung atau mungkin sekelompok barang barangkali sebagus diharapkan, iya, itu harus diakui. Tapi pemerintah lagi susah ini, ayo bantu bareng-bareng," tukas dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya