Liputan6.com, Semarang - Jumat pagi tadi selepas mandi, Vilya (12) segera mengenakan seragam. Sementara ibunya, Siti Khoiriyah (45) menyiapkan empat porsi nasi di meja makan. Suasana sarapan tak seperti biasanya Vilya murung, bukan karena sakit. Ternyata, karena porsi nasinya sedikit. Dan itu sudah terjadi beberapa hari terakhir.
Vilya Ilvi Desiana adalah bungsu pasangan Siti Khoiriyah dan Son Haji. Warga Kayon, Batursari, Mranggen, Demak. Dia sekarang kelas 6 SDN Batursari 3. Usai makan, Vilya diantar ke sekolah, sedangkan sang kakak Vita Eva Liana berangkat kerja.
Siti Khoiriyah langsung mencuci piring dan membereskan meja makan. Siti bercerita, kemurungan Vilya sudah terjadi sebulan terakhir, sejak harga beras naik. Siti harus mengurangi porsi beras ketika masak nasi.
"Biasanya masak nasi, berasnya tiga takaran, sekarang hanya dua," kata Siti.
Baca Juga
Advertisement
Teror kenaikan harga beras mulai masuk Semarang, Jawa Tengah. Meski sebenarnya kenaikan itu terjadi bertahap sejak bulan November 2017. Saat ini, beras dengan kualitas sedang saja harganya mencapai Rp 13.000.
Teror tak datang sendirian. Kenaikan harga beras ternyata ditemani oleh melonjaknya harga kebutuhan pokok lain. Salah satu yang juga naik drastis adalah harga cabai.
"Cabai naiknya sampai lima ribu. Sekarang Rp 55 ribu," kata Siti.
Nasib Warung
Keluarga Siti dihidupi dari gaji suami. Sebagai seorang satpam di Kabupaten Demak, tentu besaran UMK berbeda dengan Kota Semarang. Di Demak, UMK-nya adalah Rp 2.045.490.
Kenaikan beras terjadi sejak akhir November tahun lalu. Bahkan, memasuki awal tahun hingga sekarang, harganya semakin melambung. Harga beras premium naik dari Rp 11.500 menjadi Rp 13.500 per kilogram.
Sementara beras medium saat ini dijual Rp 12.500 dari sebelumnya Rp 10.000 per kilogram, dan beras sumbang sekitar Rp 9.500 dari harga semula Rp 7.000 per kilogram.
Kisah lain yang menjadi korban teror kenaikan harga beras adalah Aditya Bayu. Ia membuka sebuah warung makan di Tembalang, Semarang. Untuk menggaet konsumen berkantong cekak yang menjadi segmen warungnya, ia menggelar promo "Nasi dan Es Teh Sepuasnya".
Kenaikan harga beras itu seperti mengagetkannya. Kualitas sedang jenis C4 kenaikan mencapai Rp 4.000 per kilogram.
Akibatnya, Aditya Bayu berbelanja seperti ibu-ibu lain, yakni belanja harian dan tak pernah lagi punya stok beras di rumah.
"Selain beras, cabai setan (rawit merah) harganya juga naik jadi Rp 60.000,- . Daging ayam juga naik, dari Rp 30.000 menjadi Rp 35.000," tutur Bayu.
Ada anomali ketika berbelanja. Biasanya harga di pasar tradisional cenderung lebih murah dibanding supermarket, sekarang justru terbalik. Di supermarket harga daging ayam cuma Rp 33.000.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement