Citra Satelit: Korea Utara Diduga Akan Kembali Lakukan Tes Nuklir

Laporan North 38 yang memanfaatkan citra satelit mengungkap,Korea Utara diduga kuat akan melakukan tes nuklir dalam waktu dekat.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 12 Jan 2018, 15:06 WIB
Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Seoul - Korea Utara diduga kuat akan kembali melakukan tes nuklir dalam waktu dekat. Hal itu dilaporkan oleh 38North, yakni situs pemantau Korut sayap Johns Hopkins University, Maryland, Amerika Serikat, pada Kamis, 11 Januari 2018.

Memanfaatkan citra satelit komersial, organisasi pemantau 38North menyebut ada sejumlah aktivitas yang signifikan di lokasi tes nuklir Punggye-ri, Korea Utara. Demikian seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (12/1/2018).

Aktivitas itu, menurut 38North, merupakan penggalian terowongan bawah tanah di Portal Barat, Punggye-ri.

Dari citra itu dapat disimpulkan, wilayah tersebut sedang disiapkan untuk uji coba nuklir masa depan.

Sementara itu, berdasarkan citra satelit, Portal Utara tetap tidak menunjukkan aktivitas apapun.

"Sepanjang Desember 2017, gerobak dan pekerja tambang secara konsisten menunjukkan presensi di sekitar Portal Barat. Di sana, ada perluasan tumpukan puing yang signifikan," 38North melaporkan.

Citra satelit yang menunjukkan beberapa aktivitas di Punggye-ri Nuclear Tes Site, Korea Utara (sumber: North 38)

"Sedangkan pada 28 Desember, ada sejumlah personel (sekitar 100 - 200 orang) yang membentuk tujuh formasi berbeda dan beraktivitas di Southern Support Area. Tujuan mereka, tidak diketahui," lanjut laporan itu.

Lebih lanjut, 38North mengatakan, segala aktivitas itu menggarisbawahi upaya Korea Utara untuk mempersiapkan Punggye-ri guna tes nuklir di masa depan.

Citra satelit yang menunjukkan beberapa aktivitas di Punggye-ri Nuclear Tes Site, Korea Utara (sumber: North 38)

Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir keenam -- yang paling kuat sampai saat ini -- di Punggye-ri pada awal September 2017. Kemudian pada Oktober 2017, pakar geologi China pernah mengatakan bahwa lokasi tes tersebut memicu kerusakan lingkungan dan gangguan ekosistem yang tak hanya berdampak bagi hewan dan tumubuhan saja, namun juga manusia.

Pakar itu juga mengatakan, jika tes nuklir tetap dilanjutkan di lokasi tersebut, maka akan membuat kerusakan struktur tanah yang cukup signifikan. Benar saja, tak lama setelah imbauan itu, dilaporkan terjadi terowongan runtuh di Punggye-ri dan menyebabkan sekitar 200 orang tewas.

Kurang dari dua bulan setelah uji coba nuklirnya yang keenam -- yang terakhir -- Korea Utara mengancam akan melakukan tes ketujuh di atas Samudra Pasifik, yang dapat menimbulkan risiko besar untuk perkapalan dan pesawat terbang.


Pembelot: Tes Nuklir Korut Picu Kekeringan dan Cacat pada Bayi

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (ketiga kiri) memeriksa Rudal Hwasong-15 versi terbaru dari Hwasong-14, yang pernah diuji coba Juli lalu. (KCNA/Korea News Service via AP)

Tes nuklir bawah tanah yang dilakukan oleh Korea Utara di salah satu provinsinya telah membuat lokasi tersebut mengalami kekeringan dan menyebabkan cacat pada bayi yang baru lahir, demikian menurut laporan puluhan pembelot dari Korut.

Sekitar 80 persen pohon di situs tes nuklir itu mati dan sumur bawah tanah di kawasan tersebut mengalami kekeringan. Demikian seperti dikutip dari Telegraph, Rabu 8 November 2017.

Laporan itu datang dari 21 pembelot yang pernah tinggal di Kilju, County, Provinsi Hamgyong Utara, lokasi situs nuklir Punggye-ri berada.

"Saya mendengar dari seorang kerabat di Kilju bahwa ada bayi yang lahir dengan cacat fisik di rumah sakit di sana," kata seorang pembelot kepada surat kabar Korea Selatan, Chosun Ilbo. Pembelot itu juga menambahkan bahwa penduduk setempat khawatir dengan kontaminasi radioaktif.

Seorang pembelot lain mengaku khawatir, tes nuklir Korut mengakibatkan sumur bahwa tanah di beberapa desa di Kilju mengalami kekeringan.

"Saya berbicara di telepon dengan anggota keluarga yang saya tinggalkan di sana dan mereka mengatakan kepada saya bahwa semua sumur bawah tanah mengering setelah uji coba nuklir keenam," kata seorang pembelot yang lain.

Sementara itu, seorang pembelot lain mengaku, pemerintah Korut tidak memberi peringatan terhadap masyarakat setempat tentang sejumlah tes nuklir yang digelar di Kilju, seperti pada uji coba pada 2006 dan 2009.

"Hanya anggota keluarga tentara yang dievakuasi ke bunker bawah tanah. Orang awam sama sekali tidak sadar akan tes tersebut," kata pembelot lainnya, yang melarikan diri dari Korea Utara pada 2010.

Menurut narasumber lain yang telah berkunjung ke Kilju sejak uji coba nuklir keenam, warga dilarang melakukan janji dengan rumah sakit di Pyongyang.

Para pejabat Korut juga nampaknya bermaksud untuk terus menutupi fakta yang terjadi di Kilju County. Otoritas setempat bahkan kerap memenjarakan individu yang hendak mengungkap situasi yang terjadi di sana.

Sementara itu, 38North, situs pemantau Korut sayap Johns Hopkins University, Maryland melaporkan pada akhir pekan lalu bahwa citra satelit komersial Punggye-ri menunjukkan pergerakan signifikan di dekat Portal Barat, sebuah kompleks terowongan yang belum terpakai. Namun laporan itu menyimpulkan, sulit untuk menentukan tujuan pasti dari pergerakan semu tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya