Perdagangan China ke Korea Utara Turun Tajam pada 2017

China merupakan mitra dagang terbesar Korea Utara dan sumber bantuan utama.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jan 2018, 15:52 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menghadiri Konferensi Industri Munisi ke-8 di Pyongyang (12/12). Jong-un memberi penghargaan untuk tim ilmuwan dan pejabat yang berkontribusi untuk pengembangan peluru kendali balistik Hwasong-15. (AFP Photo/KCNA VIA KNS)

Liputan6.com, Jakarta - China melaporkan transaksi perdagangan dengan Korea Utara (Korut) turun tajam sepanjang 2017.

Juru bicara Bea Cukai China, Huang Songping, mengatakan keseluruhan transaksi perdagangan antar dua negara itu turun 10,5 persen dibandingkan 2016. Bahkan pada Desember 2017, transaksi perdagangan antara China dan Korea Utara merosot 50,6 persen dibandingkan periode sama 2016.

Pada Desember, China impor dari Korea Utara turun 81,6 persen menjadi US$ 54,34 juta. Angka ini terendah dalam empat tahun. Hal itu berdasarkan catatan Reuters. Sementara itu, ekspor China ke Korea Utara turun 23,4 persen menjadi US$ 260 juta.

Mengutip laman CNBC, Jumat (12/1/2018), China merupakan mitra dagang terbesar Korea Utara dan sumber bantuan utama.

Namun hubungan bilateral melemah, sejak Korea Utara mulai menguji senjata nuklir pada 2006. Pemerintah China pun bergabung dengan masyarakat internasional untuk dukung sanksi PBB.

Baru-baru ini di bawah tekanan Amerika Serikat, China juga mengurangi dukungannya. Beijing melarang kreditur melakukan bisnis dengan Korea Utara. Selain itu, Beijing juga menghentikan ekspor tertentu dengan sanksi internasional.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 


Ekspor China Naik 7,9 Persen

Ilustrasi (iStock)

Sebelumnya, China melaporkan kinerja ekspor pada 2017. Tercatat neraca perdagangan China mencapai US$ 422,5 miliar sepanjang 2017.

Ekspor China naik 10,8 persen dan impor melonjak 18,7 persen pada 2017. Kinerja tersebut dalam bentuk yuan. Sementara itu, dalam bentuk dolar AS, impor naik 15,9 persen dan ekspor naik 7,9 persen. Hal itu berdasarkan data Bea Cukai China.

Ekspor China menguat didukung pemulihan ekonomi global. Meski data perdagangan China kuat, ada banyak kekhawatiran terhadap kesehatan ekonominya. Hal itu mengingat tingkat utang tinggi, gelembung aset, dan perlambatan sektor industri.

Huang Songping, juru bicara Bea Cukai, mengatakan pertumbuhan ekspor China akan sulit berada di angka dua digit. Demikian mengutip laman CNBC, Jumat, 12 Januari 2018.

Berdasarkan survei Reuters, ekonom memperkirakan, ekspor berdenominasi dolar AS akan naik 9,1 persen pada Desember, atau melambat dari pertumbuhan 12,3 persen pada November.

China mencatatkan surplus neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) mencapai US$ 275,81 miliar pada 2017. Angka ini meningkat dari posisi 2015 di kisaran US$ 260,8 miliar.

Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu membukukan surplus US$ 25,55 miliar pada Desember 2017 dibandingkan dengan November 2017 di kisaran US$ 27,87 miliar.

Perdagangan dengan China sensitif secara politis lantaran ekonomi terbesar kedua di dunia mengalami surplus terhadap banyak mitra dagangnya. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berulang kali memberikan isyarat tindakan lebih keras terkait praktik tidak adil lantaran defisit perdagangannya lebih besar dengan China.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga meminta akses lebih besar ke pasar China untuk perusahaan Prancis. Sebelumnya, Reuters melaporkan target pertumbuhan ekonomi China sekitar 6,5 persen pada 2018.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya