Liputan6.com, Banyumas - Pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kelabakan mencari stok gabah untuk memenuhi permintaan konsumen beras yang kini harganya terus membubung tinggi.
Mereka berburu hingga pelosok desa untuk mencari cadangan gabah yang mungkin masih dimiliki petani. Pasalnya, gabah di pasaran sudah langka. Harganya pun sudah amat tinggi.
Seorang pengusaha penggilingan padi di Desa Cingebul Kecamatan Lumbir, Sugeng Riyadi mengatakan, saat ini harga gabah sudah mencapai Rp 6.500 per kilogram. Padahal, dalam kondisi normal, harga gabah di tingkat petani hanya Rp 4.750 hingga Rp 5.500 per kilogram. Akibatnya harga beras pun turut naik.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, kenaikan harga gabah dan harga beras ini dipicu oleh minimnya stok di gudang pengusaha beras dan di tingkat petani. Sebab, panen raya masa tanam kedua (MT 2) lalu tak begitu bagus. Akibatnya, pengusaha beras tak bisa menyerap banyak gabah.
Serangan hama tikus dan wereng nyaris terjadi menyeluruh di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Sebab itu, hasil panen pun menurun dan berkualitas jelek. Imbasnya, harga gabah melambung. Harga beras ikut naik.
Ia mengaku sudah berburu gabah hingga wilayah pegunungan Desa Karanggayam, Kecamatan Lumbir. Pekan ini, ia hanya memperoleh gabah sebanyak 7 ton. Jika digiling, gabah tersebut hanya menghasilkan sekitar 4,2 ton beras.
"Tapi sekarang di Karanggayam, juga sudah habis," ujarnya, Kamis, 11 Januari 2018.
Gabah Minim Akibat Panen Buruk
Ketua Asosiasi Perberasan Banyumas (APB), Fathurahman menerangkan lantaran minimnya pasokan gabah, harga beras kualitas medium pun melambung tinggi.
Di penggilingan padi, harga beras jenis IR 64 kualitas medium telah mencapai Rp 12 ribu per kilogram. Adapun di tingkat pengecer, harga beras mencapai Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu per kilogram.
Padahal, dalam kondisi normal, harga beras kualitas medium hanya berkisar Rp 8.200 hingga Rp 8.500 di penggilingan padi.
Saat ini, panen yang terjadi di Banyumas dan sekitarnya hanya berupa spot-spot kecil atau wilayah tertentu dengan area panen yang tak terlalu signifikan.
"Ya karena keterbatasan stok, belum sampai ada panen raya," Fathurahman kepada wartawan.
Fathurahman mendapat informasi bahwa Kabupaten Pati bakal memasuki masa panen raya MT 1 2018. Dia berharap stok gabah bisa diambil dari daerah Pati dan Pantura lainnya dan bisa menurunkan harga gabah.
Advertisement
Operasi Pasar Tak Mampu Turunkan Harga Beras
Namun, ia pun menyadari, panen di daerah lain tak sanggup membuat harga gabah dan beras kembali ke harga normal. Menurut dia, panenan di luar daerah hanya akan sedikit menurunkan harga.
"Sekitar dua minggu lagi kan, di daerah Pati, Pantura sana itu kan panen raya," dia mengungkapkan.
Fathurahman menjelaskan, di daerah Banyumas dan sekitarnya, panen raya bakal dimulai pada akhir Februari dan mencapai puncak panen raya pada Maret 2018. Saat itu, harga gabah akan turun dan berimbas pada turunnya harga beras di pasaran.
Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Divre) 4 Banyumas, mulai Desember lalu secara simultan menggelar operasi pasar (OP) di pasar-pasar tradisional empat wilayah kabupaten, yakni Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, dan Purbalingga.
Beras kelas medium dijual dengan harga Rp 8.000 per kilogram ke pedagang dan Rp 8.500 ke konsumen langsung. Pedagang yang membeli beras di OP diwajibkan menjual dengan harga tertinggi Rp 9.450 per kilogram, sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Namun, operasi yang dilakukan secara bergilir di 31 pasar tradisional empat kabupaten ternyata tak mampu menekan harga beras agar tak terus naik.
Saksikan video pilihan di bawah ini: