Liputan6.com, Jakarta Pemerintah diminta membuat master plan dan memperkuat koordinasi untuk menjaga kehandalan pasokan gas yang menjadi kebutuhan industri di Sumatera Utara.
Ketua Komite II DPD RI, Parlindungan Purba mengatakan, pertumbuhan industri di Sumatera Utara terbilang cukup tinggi dan berpengaruh terhadap roda perekonomian di provinsi tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Seiring dengan itu, laju permintaan gas juga semakin meningkat untuk menyokong kebutuhan Industri. "Gas bumi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di Sumut. Kebutuhan gas bumi di Sumatera Utara terus meningkat namun saat ini pasokannya terbatas," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (12/1/2018).
Karena itu, dalam upaya meningkatkan kehandalan gas di Sumatera Utara, pemerintah harus memperhatikan dari aspek ketersediaan, aksesbilitas, keterjangkauan harga dan keberlanjutan penyalurannya.
Parlindungan menjelaskan, industri di Sumatera Utara beberapa kali mengalami kendala suplai gas. Karena itu sebagai langka taktis dirinya meminta pemerintah agar segera menambah pasokan gas di Sumatra Utara demi menjaga ketersediaan dan keberlanjutannya.
"Dewan Perwakilan Daerah meminta Pemerintah agar segera memberikan tambahan alokasi gas untuk mengatasi permasalahan kekurangan pasokan gas bumi di Sumatera Utara," tandas dia.
Usai 158 Tahun, Akhirnya RI Bisa Ubah Batu Bara Jadi Gas
Indonesia kini memiliki proyek yang mengubah batu bara menjadi gas. Proyek ini rencananya dijalankan beberapa BUMN antara lain, PT Bukit Asam (Persero) Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Pertamina dan melibatkan perusahaan swasta yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk.
Kesepakatan pelaksanaan proyek ini dituangkan melalui penandatanganan Head of Agreement di Hotel Grand Hyatt, Jakarta pada Jumat (8/12/2017).
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengungkapkan, ini menjadi sejarah bagi Indonesia mengenai kemampuan Indonesia mengembangkan produk turunan dari batu bara ini.
"Ini sebenarnya pernah terjadi di tahun 1859, di mana saat itu pemerintahan Hindia Belanda, ada perusahaan yang ditugaskan mengubah batu bara menjadi gas. Dan setelah 158 tahun, kita bisa mengulangi hal itu, ini sangat membanggakan," kata dia di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (8/12/2017).
Dengan peningkatan nilai tambah dari batu bara ini, menambah kinerja masing-masing perusahaan. PTBA akan mendapat kepastian konsumen, sementara Pupuk Indonesia, Pertamina dan Chandra Asri mendapatkan pasokan gas yang lebih murah.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengungkapkan, untuk mengerjakan proyek ini, keempat perusahaan akan membuat perusahaan patungan. Targetnya, komersialisasi pabrik penghasil gas berbahan baku batu bara akan dimulai pada 2022.
Saat ini, keempat perusahaan tengah melakukan detail studi untuk mencari kebutuhan nilai investasi. Nantinya investasi tersebut akan didanai melalui aksi korporasi perusahaan patungan tersebut. "Dengan kajian awal yang sudah kami lakukan, saya yakin nanti batu bara ini mampu menghasilkan harga gas yang lebih murah daripada saat ini. Selain itu, kepastian gas ini juga bisa menciptakan kepastian bagi sejumlah industri," tambah Arviyan.
Advertisement