Yoga hingga Bioskop, 7 Hal yang Kini Dihalalkan oleh Arab Saudi

Sejak Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai putera Mahkota, sejumlah hal ini kini diperbolehkan di Arab Saudi. Apa saja?

oleh Citra Dewi diperbarui 13 Jan 2018, 19:12 WIB
Perempuan Arab Saudi menjajal mobil saat mengunjungi showroom mobil khusus wanita di kota pelabuhan Laut Merah, Jeddah, Kamis (11/1). Showroom mobil khusus wanita tersebut dibuka di sebuah pusat perbelanjaan di Jeddah. (Amer HILABI/AFP)

Liputan6.com, Riyadh - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud, resmi menunjuk putranya, Mohammed bin Salman, sebagai pewaris takhta pada 21 Juni 2017. Keputusan tersebut diambil setelah sang pemimpin mengeluarkan dekrit soal perombakan pemerintahan.

Sebelumnya, Pangeran Mohammed diangkat oleh Raja Salman menjadi salah satu penasihat pribadi untuk urusan politik dan ekonomi. Ia juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

Pada April 2016, sebagai kepala Council for Economic Affairs and Development, Pangeran Mohammed memperkenalkan kebijakan ambisius bernama Vision 2030. Agenda kebijakan itu beragam, mulai dari diversifikasi ekonomi yang menjadi agenda prioritas, hingga menggencarkan pengaruh dan kebijakan politik luar negeri Arab Saudi di kawasan.

Di sektor ekonomi, Vision 2030 memiliki agenda untuk mendiversifikasi, memprivatisasi, dan memodernisasi perekonomian Arab Saudi.

Sektor ekonomi lain yang akan dikembangkan adalah berbasis pada ketenagakerjaan, pariwisata, dan industri militer. Sejumlah aspek itu diyakini oleh Bin Salman akan meningkatkan pendapatan negara dan mengurangi ketergantungan pemasukan dari sektor industri minyak.

Sejak ditunjuk sebagai pewaris takhta Arab Saudi, sejumlah perubahan mendasar terjadi di sana. Salah satunya adalah diizinkannya perempuan untuk menyetir. Perempuan di Arab Saudi pun disebut-sebut mulai mendapat 'tempat'.

Selain itu, ada beberapa hal lain yang dulu dianggap tabu namun kini telah dihalalkan. Seperti dirangkum dari sejumlah sumber, berikut 7 hal yang dahulunya dilarang namun kini 'dihalalkan'.

 


1. Perempuan Diizinkan Mengemudi

Arab Saudi merupakan satu-satunya negara yang melarang perempuan menyetir mobil.

Pada 26 September 2018, untuk pertama kalinya kaum hawa di Arab Saudi akan diizinkan menyetir.

Pengumuman tersebut menandai perluasan hak perempuan secara signifikan di satu-satunya negara yang melarang mereka berada di balik kemudi.

Hukum lalu lintas Saudi secara eksplisit melarang wanita mengemudi, sementara di negara Islam lainnya, perempuan dapat melaju bebas dengan kendaraan mereka.

Pangeran Khaled bin Salman, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat yang juga putra dari Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud mengatakan, mengizinkan wanita menyetir kendaraan adalah "lompatan besar" dan "masyarakat sudah siap".

Kabar itu datang dalam bentuk keputusan kerajaan yang disiarkan oleh kantor berita Arab Saudi

"Saya sangat bersemangat. Ini adalah langkah maju yang baik bagi hak-hak perempuan," ujar Aziza Youssef, seorang profesor di King Saud University. Ia juga merupakan salah satu aktivis wanita paling vokal di Saudi.

Kepada The Associted Press, ia menjelaskan bahwa para wanita "bahagia" dengan pengumuman ini. Namun, ia juga berharap bahwa perubahan ini adalah "langkah pertama dalam banyak hal yang dinantikan kaum hawa di Saudi".

 


2. Perempuan Duduki Posisi Pemerintahan

Kota Al Khobar di Arab Saudi (Public Domain)

Pada akhir September 2017, untuk pertama kalinya seorang perempuan ditunjuk untuk menempati posisi senior di pemerintahan Arab Saudi.

Dilansir Gulf Digital News, perempuan bernama Eman bint Abdulla Al-Ghamdi menempati posisi sebagai Asisten Ketua Teknologi Informasi di Kota Al-Khobar, Provinsi Timur.

Sekretaris Jenderal Provinsi Timur, Fahd bin Mohammed Al-Jubeir, adalah orang yang mengeluarkan dekrit tersebut. Al-Ghamdi akan menjadi satu-satunya perempuan yang bekerja di pemerintahan Al-Khobar.

Dikutip dari The Straits Times, dalam sebuah pernyataan Pusat Komunikasi Internasional di Kementerian Kebudayaan dan Informasi menyebut, diberikannya posisi tersebut merupakan bagian dari rencana untuk mendongkrak jumlah perempuan dalam posisi kepemimpinan.

Selain itu, Arab Saudi bercita-cita untuk meningkatkan proporsi perempuan di pasar tenaga kerja, yakni dari 22 persen menjadi 30 persen, pada 2030.

Al-Khobar mendirikan sektor khusus perempuan untuk terus mengikuti perkembangan peran perempuan Arab Saudi untuk terlibat dalam aktivitas komersial.

Sebenarnya, tren keterlibatan perempuan di aktivitas publik di Arab Saudi telah muncul sejak tahun 2011. Tahun itu ditandai dengan dibolehkannya perempuan untuk masuk dalam Dewan Syura pemerintah.

 


3. Perempuan Boleh Masuk Stadion

Reformasi, Arab Saudi Perbolehkan Perempuan Masuk Stadion (AFP)

Arab Saudi memperbolehkan perempuan untuk memasuki stadion nasional olahraga King Fadh untuk pertama kalinya.

Peristiwa pada September 2017 itu menandakan reformasi Arab Saudi sekaligus merayakan 87 tahun ulang tahun negara itu dengan sejumlah konser musik dan penampilan lainnya. Festival yang diadakan oleh pemerintah Saudi itu bertujuan untuk meningkatkan kebanggaan nasional dan kualitas warganya.

Acara itu juga pertama kalinya memperbolehkan perempuan untuk menghadiri acara operet di Stadiun Riyadh. Kaum hawa juga diperbolehkan menonton konser di Jeddah yang menampilkan 11 musisi Saudi. Konser dimeriahkan oleh kembang api, akrobatik udara dan tarian tradisional.

Acara tersebut merupakan bagian dari program reformasi Saudi Vision 2030 yang dikeluarkan dua tahun lalu. Program itu merupakan diversitas ekonomi agar negara tersebut tidak bergantung pada minyak.

Pemerintah Saudi kini bergantung pada sektor baru yang mempekerjakan anak muda Saudi dengan lebih membuka diri kepada dunia.


4. Arab Saudi Buka Gym Khusus Perempuan

Ilustrasi (iStock)

Pada Ferbuari 2017, Arab Saudi berencana membuka gym atau pusat kebugaran khusus perempuan di setiap lingkungan. Hal tersebut dinilai sebagai langkah kecil kerajaan itu menuju kemerdekaan perempuan.

Namun gym tersebut bertujuan untuk memotivasi perempuan untuk menjadi lebih sehat. Menurut organisasi kesehatan CDC, obesitas lebih banyak diderita perempuan dibanding laki-laki di Arab Saudi.

Kerjaan Arab Saudi tetap tak memberikan izin bagi perempuan untuk mengikuti olahraga kompetitif, seperti sepak bola, voli, basket, atau tenis.

Wakil Presiden untuk Urusan Perempuan di Otoritas Umum Olahraga, Putri Reema binti Bandar, mengatakan kepada surat kabar Okaz bahwa Arab Saudi akan mulai memberikan izin gym khusus perempuan pada akhir Februari.

Arab Saudi dikenal sebagai negara yang sangat konservatif dan memberlakukan aturan ketat bagi perempuan.

Dikutip dari CNN, tidak ada pelajaran olahraga untuk perempuan di sekolah yang dikelola negara. Hal tersebut disebabkan karena banyak ulama Arab Saudi yang meyakini bahwa kegiatan itu akan menimbulkan dosa.


5. Perempuan Menonton Pertandingan Sepak Bola untuk Kali Pertama

Ilustrasi sepak bola (Abdillah/Liputan6.com)

Pada pertengahan Januari 2018, untuk pertama kalinya Arab Saudi mengizinkan perempuan untuk menyaksikan pertandingan sepak bola secara langsung.

Hal itu pun disambut baik. Pada Jumat, 12 Januari 2018, para perempuan memadati stadion di Jeddah dan duduk di area khusus keluarga.

Meski tempat duduknya dipisah, kehadiran mereka di stadion menjadi momen bersejarah. Itu merupakan satu dari serangkaian upaya reformasi untuk memodernisasi Arab Saudi.

Seorang perempuan berusia 32 tahun asal Jeddah, Lamya Khaled Nasser, mengatakan kepada AFP bahwa dirinya bangga dan sangat menantikan pertandingan.

"Ini membuktikan bahwa kita sedang menuju masa depan yang sejahtera. Saya sangat bangga menjadi saksi perubagan besar ini," ujar Nasser kepada kantor berita AFP.

Warga Jeddah lainnya, Ruwayda Ali Qassem, mengatakan bahwa itu merupakan hari bersejarah dalam perubahan mendasar yang sedang berlangsung.

"Saya bangga dan sangat bahagia atas perkembangan ini dan untuk mengejar tindakan beradab diadopsi oleh banyak negara," ujar Ali Qassem.


6. Yoga Resmi 'Dihalalkan' di Arab Saudi

Ilustrasi Yoga (iStockphoto)

Kementerian Perdagangan dan Industri Arab Saudi telah 'menghalalkan' segala kegiatan terkait yoga pada akhir November 2017. Bahkan pihak kerajaan juga memberikan lisensi bagi mereka yang hendak berlatih dan mengajar olahraga senam gerak badan tersebut.

Orang pertama yang mendorong pengesahan ini adalah seorang wanita bernama Nouf Marwaai. Ia adalah instruktur yoga besertifikasi pertama di Arab Saudi.

Pendiri Yayasan Yoga Arab itu juga percaya, yoga dan agama tidak bertentangan.

"Yoga secara harfiah berarti 'persatuan'. Persatuan antara satu individu dengan individu lain, tubuh dengan pikiran, emosi dengan jiwa, satu bangsa dengan dunia. Persatuan ini akhirnya tiba di Tanah Arab, setelah melewati batas-batas fundamentalisme, fanatisme beragama, dan ekstremisme ideologis," tulisnya lewat akun Facebook pribadinya.

Mengutip Dailyhunt, publik India juga mendukung apa yang dilakukan Marwaai itu. Ia sendiri menyebut India sebagai 'tanah kelahiran yoga'.

Marwaai juga berterima kasih kepada Raja Salman bin Abdulaziz dan Pangeran Mohammed bin Salman, yang dinilainya banyak membawa perubahan besar di Arab Saudi.


7. Arab Saudi 'Halalkan' Bioskop Lagi

Perempuan-perempuan Saudi sedang menonton festival film pendek di pusat budaya King Fahad di Riyadh, Oktober 2017. (AFP)

Pada pertengahan Desember 2018, Pemerintah Arab Saudi mengumumkan bioskop di negaranya segera dibuka kembali pada awal tahun 2018.

Ini adalah kali pertamanya--setelah lebih dari 35 tahun dilarang beroperasi-- seluruh bioskop di Arab Saudi bangkit kembali.

Kementerian Kebudayaan dan Informasi menuturkan, inovasi ini merupakan bagian dari reformasi sosial yang dilaksanakan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, putra dari Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.

"Bioskop komersial kembali diizinkan beroperasi di kerajaan kami pada awal 2018, untuk pertama kalinya setelah lebih dari 35 tahun (ditutup)," ujar pihak Kementerian dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari The Guardian.

Mereka menambahkan, pemerintah segera mengurus perizinan bioskop. Menghidupkan kembali dunia layar lebar menggambarkan adanya pergeseran paradigma Arab Saudi.

Kerajaan tersebut mempromosikan hiburan sebagai bagian dari perubahan sudut pandang yang diimplementasikan, dikenal dengan Vision 2030, meski mendapat tentangan dari kalangan konservatif.

"Keputusan ini menandai titik balik pengembangan ekonomi budaya di Arab Saudi," ucap Menteri Kebudayaan dan Informasi Awwad Alawwad.

Menurut kabar yang dilansir The Independent, bioskop pertama diperkirakan akan dibuka pada bulan Maret 2018.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya