Menko Darmin Minta Tak Berpikir Negatif soal Impor Beras

Kenaikan harga beras sudah mencapai hampir 10 persen dalam beberapa hari terakhir.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Jan 2018, 15:30 WIB
Seorang kuli angkut menata tumpukan karung beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Penetapan HET beras kualitas medium zona Maluku, termasuk Maluku Utara dan Papua, HET Rp 10.250/kg dan Rp 13.600/kg untuk premium. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perdagangan (Kemendag) ‎membuka keran impor beras khusus yang akan dijual dengan harga beras medium. Pemerintah menegaskan bahwa impor beras tersebut merupakan solusi untuk meredam kenaikan harga beras yang sudah mencapai hampir 10 persen dalam beberapa hari terakhir.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku telah mendapat laporan dari Menteri Perdagangan (Mendag) terkait rencana impor beras khusus.

"Mendag sudah lapor akan melakukan impor beras khusus ‎berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan," katanya di Jakarta, Sabtu (13/1/2018).

Darmin meminta kepada masyarakat untuk tidak khawatir dan berpikir negatif mengenai upaya pemerintah untuk menstabilkan harga beras. ‎Sementara untuk teknis impor beras, dia menyerahkannya kepada Mendag.

Data menunjukkan, beras untuk jenis IR atau medium di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) posisi 11 Januari 2018 sebesar Rp 11.115 per kilogram (kg). Harga ini sudah ‎meningkat 8,9 persen dibandingkan bulan lalu.

"Jangan berpikir aneh-anehlah. Ini kan situasi harganya naik, ya harus diatasi," tegas mantan Gubernur Bank Indonesia itu.

Terkait potensi pengaruhnya ke inflasi Januari, Darmin mengaku tidak akan berdampak besar. Sebab, sambung dia, harga beras bisa saja bergerak turun sehingga ‎kontribusinya terhadap inflasi bulan ini kecil.

"Bagaimana pengaruhnya harus kita tunggu nanti akhir bulan. Kalau harganya membaik di akhir bulan, tidak banyak pengaruhnya. Tapi kalau harga tidak membaik, maka pengaruhnya akan banyak," dia menerangkan.

Pemerintah, kata Darmin, selain mengimpor beras khusus, berupaya untuk meredam harga beras, di antaranya dengan menggelar operasi pasar, penyaluran beras untuk masyarakat sejahtera (rastra) secara tepat waktu.

"Kita sedang mengambil langkah-langkah supaya harga tidak bertahan (naik). Hari ini pun (kemarin) sebenarnya sudah mulai ada pengaruhnya. Kita sedang berupaya," tegas eks Dirjen Pajak ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Impor Beras, Mendag Pastikan Tak Pakai Uang APBN

Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan tidak ada uang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang digunakan untuk mengimpor beras khusus. Meskipun beras khusus tersebut akan dijual di dalam negeri dengan harga setara dengan beras medium.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pembelian beras asal Vietnam dan Thailand tersebut dilakukan oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI). Dana yang disiapkan untuk impor tersebut telah disiapkan oleh PPI.

"Tidak ada dana APBN, itu pasti. PPI itu menjadi pintu sehingga kita bisa mengatur. Mereka bisa bermitra dengan pengusaha beras," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (12/1/2018).

Selain itu, meski merupakan beras khusus, harga beras tersebut lebih murah dibandingkan beras medium yang dijual di Indonesia. Oleh sebab itu, dengan dijual setara dengan medium akan tetap memberikan keuntungan.

"Di sana lebih murah. Dan kita sudah sepakati untung tidak boleh gede-gede. Dan harus dijual (dengan harga) medium. Kalau rugi dikit nanti kita kasih lagi yang lain," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memutuskan untuk membuka keran impor beras khusus. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan beras di dalam negeri dan sebagai salah satu langkah untuk menekan harga beras di pasaran.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, pihaknya akan membuka impor beras khusus sebanyak 500 ribu ton. Beras tersebut rencananya akan mulai masuk pada akhir Januari 2018.

"Untuk mengisi gap ini, saya tidak mau mengambil risiko kekurangan pasokan saya mengimpor beras khusus. Yang diimpor 500 ribu ton, start awal," ujar dia.

Enggar mengungkapkan, beras tersebut akan dipasok dari dua negara, yaitu Thailand dan Vietnam. Namun, dia memastikan beras yang diimpor tersebut bukan jenis beras yang sudah mampu diproduksi di Indonesia.

"Dari berbagai negara yang ada. Dari Vietnam, Thailand, kita masukkan.‎ Beras yang tidak ditanam di dalam negeri. ‎Beras IR64 tidak kami impor, tetapi kami memasok beras impor," kata dia.

Menurut dia, impor beras dilakukan guna mengisi pasokan beras di dalam negeri sambil menunggu masa panen pada Februari-Maret 2018. Dengan adanya tambahan beras impor ini diharapkan tidak ada kekhawatiran soal kelangkaan dan kenaikan harga beras.

"Kita sambil menunggu karena panen ada setiap hari, hanya jumlahnya yang berbeda, diperkirakan Februari-Maret akhir baru ada. Dengan demikian, maka tidak ada kekhawatiran kekurangan pangan. Masalah perut, masalah pangan itu menjadi prioritas, jangan kita mengambil risiko dan ada pertentangan, petani juga konsumen. Dia juga harus memberi beras dan tidak boleh ada kekosongan pasokan," tandas dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya