Timnas Indonesia Ditantang Menyerang Islandia

Timnas Indonesia memiliki banyak pemain berkarakter menyerang.

oleh Ario Yosia diperbarui 14 Jan 2018, 12:20 WIB
Striker Timnas Indonesia, Boaz Solossa, melakukan pemanasan saat latihan di SUGBK, Jakarta, Sabtu (13/1/2018). Timnas Indonesia menggelar latihan terakhir sebelum laga persahabatan melawan Islandia. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Jakarta - Meski menurunkan pemain muda, Islandia sukses mencukur Indonesia Selection 6-0 pada uji coba di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (11/1/2017). Dengan keadaan ini, Timnas Indonesia besutan Luis Milla mendapat tugas berat untuk membalas, atau setidaknya mengimbangi negara kontestan Piala Dunia 2018 itu.

Timnas Indonesia akan bersua Islandia pada Minggu (14/1/2018) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Bicara kesiapan, tim asuhan Luis Milla jelas lebih siap dibanding Indonesia Selection besutan Robert Alberts Rene.

Robert hanya punya hitungan dua hari membangun soliditas tim asuhannya. Rata-rata pemain Indonesia Selection tengah menjalani libur usai kompetisi Liga 1 2017 berakhir. Mereka bisa dibilang tidak siap bertanding dalam tensi tinggi.

Lantas bagaimana dengan skuat Timnas Indonesia? Waktu persiapan Evan Dimas dkk. juga pendek, yakni hanya dua hari.

Namun, mundur ke belakang, rata-rata pemain yang dipanggil Milla, bermain bareng dalam waktu lama. Pemain-pemain veteran Timnas Indonesia U-22 yang menjadi kekuatan utama Tim Merah-Putih saat ini sempat menjalani pelatnas rutin jelang SEA Games 2017.

Sepanjang tahun 2017, Timnas Indonesia intens melakoni duel uji coba internasional. Kombinasi pemain muda-senior tak banyak mengalami perubahan. Bisa dibilang pemain yang ada sudah memahami betul filosofi permainan ala Luis Milla.

Dari 24 pemain yang dipanggil buat keperluan uji coba melawan Islandia, hanya dua pemain Persib Bandung, Henhen Hermawan dan Victor Igbonefo, yang belum pernah merasakan tangan dingin Milla.

Walau perbedaan ranking FIFA antara Indonesia dengan Islandia jomplang, bak bumi dengan langit, Milla terlihat tidak gentar. Pelatih yang pernah sukses mengantarkan Timnas Spanyol U-21 juara Piala Eropa U-21 edisi 2011 itu pede tim asuhannya bisa mengimbangi permainan lawan.

Milla mengaku telah mempelajari permainan Islandia saat berjumpa Indonesia Selection. Sang pelatih pun bakal mengusahakan agar anak-anak asuhnya dapat meminimalisasi berbagai kesalahan selama 90 menit bergulirnya pertandingan.

"Kami akan mencoba melakoni laga itu dengan kondisi terbaik. Kami telah melihat pertandingan yang dimainkan Islandia. Mereka adalah tim yang menyerang dan memiliki transisi bertahan yang juga baik," kata Milla dalam konferensi pers di hotel Fairmont, Senayan, Jakarta, Sabtu (13/1/2018).

"Menurut kami, kelebihan Islandia adalah sesuatu yang menarik. Kami akan mencoba menjadikan itu sebagai pengalaman. Kami lantas akan bermain rapat dan juga kolektif. Saya percaya kami akan mempersulit Islandia pada laga besok karena kami juga memiliki skuat yang berkualitas," lanjut Milla.

Jejak rekam Luis Milla menujukkan kalau sang pelatih dikenal doyan bermain ofensif. Saat aktif bermain, ia merupakan didikan Akademi La Masia Barcelona. Selain di klub tersebut, sang mentor juga sempat merumput di klub elite Spanyol, Real Madrid dan Valencia.

Ketiga klub ini dikenal doyan bermain menyerang. Bukan rahasia lagi keputusan PSSI mendatangkan Luis Milla karena ingin Timnas Indonesia bermain sepak bola indah ala Tiki-taka.

Walau sejatinya, sebagai seorang pesepak bola, Milla tidak hanya fasih bermain sepak bola menyerang. Ia juga sempat merasakan tangan dingin dua pelatih Italia, Claudio Ranieri dan Fabio Capello saat berkostum Valencia dan Real Madrid. Italia dikenal negara yang jago bermain taktik bertahan ala grendel.


Porsi Besar Pemain Muda

Semenjak mendarat di Timnas Indonesia bulan Februari 2017, Luis Milla pelan namun pasti membangun kekuatan Tim Merah-Putih dengan permainan ofensif.

Saat berlaga di SEA Games 2017, Timnas Indonesia U-22 memeragakan permainan sepak bola dengan mengedepankan penguasaan bola. Walau gagal juara, hanya menempati posisi tiga besar, Septian David Maulana dkk. menyajikan permainan aktraktif yang menghibur.

Konsep bermain pelatih kelahiran 12 Maret 1966 tersebut tak berubah selepas SEA Games. Dalam sejumlah laga uji coba internasional di tahun 2017, Timnas Indonesia bermain dengan strategi ofensif. 

Tim Garuda racikan Luis Milla doyan bermain dengan formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 dengan menitikberatkan agresif para winger. Di era sang mentor, Timnas Indonesia punya banyak pemain sayap ganas.

Oslvaldo Haay, Saddil Ramdani, Febri Haryadi, dan Yabes Roni, sayap-sayap muda jadi pemain pelanggan Tim Merah-Putih. Mereka didukung gelandang-gelandang tajam macam Evan Dimas serta Septian David Maulana.

Sepanjang melatih Timnas Indonesia, Luis Milla memberi porsi besar pada pemain muda. Regenerasi dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Pemain-pemain berpengalaman macam Boaz Solossa, Lerby Eliandry, Irfan Bachdim, Bayu Pradana, atau Fachrudin Aryanto, yang jadi tulang punggung timnas di era Alfred Riedl harus rela antre masuk skuat inti.

Menghadapi Islandia, Luis Milla juga memberi porsi kecil buat pemain senior. Praktis hanya sosok pesepak bola matang pengalaman layaknya Boaz, Lerby, Bayu, Victor Igbonefo, Fachrudin, yang menyelip di antara 24 pemain Timnas Indonesia.


Bertabur Pemain Cepat

Melihat komposisi 24 pemain yang dipanggil, terlihat kalau Luis Milla berani meladeni permainan menyerang Islandia. Banyak pemain berkarakter menyerang dipanggil menghadapi Islandia yang langganan menggunakan formasi tradisional 4-4-2.

Selain Boaz Solossa dan Lerby Eliandry yang diplot sebagai penyerang tengah, Milla juga memasukkan nama macan-macan gol dari lini kedua layaknya: Egy Maulana, Osvaldo Haay, Saddil Ramdani, Febri Haryadi, Septian David Maulana, Andik Vermansah, Ilham Udin.

Di sektor tengah, sang mentor hanya memanggil tiga gelandang bernaluri bertahan, yakni: Bayu Pradana, M. Hargianto, dan Hanif Syahbandi.

Di lini belakang Luis Milla hanya memasukkan empat bek tengah, Fachrudin Aryanto, Hansamu Yama, Bagas Adi, dan Victor Igbonefo. Pemain terakhir disebut sudah hampir tiga tahun absen membela timnas.

Victor jadi pemain paling tua di lini belakang. Stoper berdarah Nigeria itu berusia 32 tahun (kelahiran 10 Oktober 1985). Tiga musim terakhir ia melanglang buana di Liga Thailand.

Pemanggilan Victor Igbonefo, yang baru direkruit Persib Bandung, bisa dipahami. Islandia tim kuat dengan bola-bola udara. Mereka senang menggeber direct play.

Jika melihat pertandingan Islandia melawan Indonesia Selection, terlihat jelas amat berbahayanya umpan-umpan diagonal dari kedua sisi sayap kubu lawan. Milla butuh bek yang kuat dalam duel-duel bola udara. Dengan tinggi 183 cm, selama ini Victor dikenal sebagai bek yang tangguh bola atas.

Islandia akan sangat diuntungkan dengan kondisi rumput SUGBK yang standarnya sama bagus dengan lapangan yang dipakai buat hajatan akbar sekelas Piala Dunia dan Piala Eropa. Skenario permainan umpan-umpan panjang mereka akan berjalan mulus.

Milla juga menyoroti SUGBK yang baru selesai direnovasi pada Desember 2017. Eks pelatih Villarreal itu berharap permainan skuatnya bisa seleras dengan kualitas stadion kebanggaan Indonesia tersebut.

"Menurut saya SUGBK sudah sangat baik. Levelnya pun sudah berada di level dunia. Saya pun berharap kami bisa menikmati bagusnya kondisi lapangan SUGBK, dengan mencapai level permainan kelas dunia," tutur Milla.

Luis Milla masih trauma dengan kondisi lapangan di Aceh saat anak-asuhnya bermain di Tsunami Cup di pengujung tahun lalu. Lapangan rusak parah karena guyuran hujan lebat. Keinginannya agar Timnas Indonesia bermain bola-bola pendek tak bisa berjalan dengan mulus.

Publik sepak bola Tanah Air pun berharap Timnas Indonesia bernyali meladeni permainan Islandia. Kalaupun tak berani bermain terbuka, Tim Merah-Putih diharapkan menyajikan permainan serangan balik cepat yang atraktif. Dengan memiliki banyak pemain cepat, semestinya hal itu bisa direalisasikan.

Daftar 24 Pemain Timnas Indonesia vs Islandia

Kiper: Andritany Ardhiyasa (Persija), Satria Tama (Madura United), Awan Setho (Bhayangkara FC)

Belakang: I Putu Gede (Bhayangkara FC), Gavin Kwan (Barito Putera), Henhen Hermawan (Persib), Fachrudin Aryanto (Madura United), Hansamu Yama (Barito Putera), Bagas Adi (Arema FC), Victor Igbonefo (Persib), Rezaldi Hehanusa (Persija)

Tengah: Hanif Sjahbandi (Arema FC), M Hargianto (Bhayangkara FC), Bayu Pradana (Mitra Kukar), Evan Dimas (Selangor FA), Andik Vermansah (-), Ilham Udin (Selangor FA), Septian David (Mitra Kukar), Saddil Ramdani (Persela), Egy Maulana (Timnas U-19), Osvaldo Haay (Persebaya), Febri Haryadi (Persib)

Depan: Boaz Solossa (Persipura), Lerby Eliandry (Borneo FC)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya