Liputan6.com, Jakarta - Aksi nekat dua remaja di dua daerah yang berbeda memicu kehebohan. Keduanya bertindak konyol mau bunuh diri. Modusnya sama, melompat dari ketinggian.
Remaja di Cirebon, Jawa Barat hendak melompat dari jembatan. Remaja di Kendari, Sulawesi Tenggara bahkan mau melompat dari menara setinggi 42 meter.
Selain modus, kesamaan lain terletak pada pemicunya. Dua insiden itu dipicu masalah yang secara umum dinilai sepele. Remaja di Cirebo karena dilarang pacaran, remaja di kendari karena dilarang kerja.
Aksi nekat dilakukan AP (15), siswi sebuah SMP negeri di Cirebon pada Jumat, 12 Januari 2018. AP nekat melompat dari atas fly over jembatan tol Blok Sijopak, Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.
Baca Juga
Advertisement
Pangkalnya saat dia diketahui pihak sekolah tengah berboncengan dengan laki-laki berinisial DM (18). Laki-laki tersebut juga merupakan siswa kelas 2 di sekolah yang sama dengan AP.
"Melihat korban boncengan, langsung ditegur guru melarang pacaran," ujar Kapolres Cirebon AKBP Risto Samodra.
Usai ditegur, kata dia, AP pun langsung tidak masuk sekolah. Teman-teman AP berinisiatif menemuinya di kediaman AP.
Di hadapan AP, teman-temannya juga memberitahukan hal tersebut kepada ibunya. Teman-temannya juga sempat memberitahukan kabar tersebut kepada ibu korban bahwa AP terancam dikeluarkan.
Sang ibu pun sempat memarahi korban karena ulahnya itu. Tak lama setelah dimarahi, korban langsung lari ke arah jembatan tol.
"Korban lari ke jembatan kemudian langsung dikejar," ujar dia.
Aksi percobaan bunuh diri korban sempat diketahui warga lain dan kakaknya. AP berulang kali dibujuk untuk tidak melompat.
Namun, siswi SMP itu seperti kehilangan semangat hingga nekat naik dari pinggir pagar dan melipir ke bagian tengah jembatan fly over tol. Korban juga terus dibujuk warga yang melihat agar tidak nekat.
Sang kakak yang mengetahui posisi korban langsung menghadang korban dari bawah. Bersama warga lainnya, korban yang nekat meloncat kemudian langsung ditangkap warga dibawahnya.
"Kakak korban membujuknya dan menadahkan tangan dari bawah sampai korban menjatuhkan diri," kata dia.
Setelah berhasil ditangkap, korban langsung dibawa ke RSUD Gunung Jati Cirebon. Dari aksinya itu, korban mengalami luka robek di dahi, bibir, lebam pada leher dan punggung.
"Di dahi enam jahitan, di bibir empat jahitan, korban selamat," ujar Risto.
Nyaris Lompat dari Menara 42 Meter
Sementara di Kendari, seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Kendari, nekat hendak menghabisi hidupnya dari atas salah satu menara telekomunikasi, Kamis 11 Januari 2018 sekitar pukul 16.30 Wita.
Pelajar berinisial AT (17) memanjat tiang menara hingga ke puncak setinggi 42 meter di Jalan Rambutan, Kelurahan Wawowanggu, Kecamatan Kadia Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Alasan nekatnya hendak terjun bebas dari puncak menara karena masalah pribadi dengan ayah tirinya, Muhammad Amin.
Menurut ibu kandung AT, Marlina Umar, AT dan ayah tirinya sempat bertengkar pada Rabu, 10 Januari 2018 malam, di rumah mereka di Lorong Asera, Jalan PLN, Kecamatan Kadia, Kota Kendari.
Menurut Marlina, pertengkaran itu terjadi karena ayah tirinya tidak menyukai pekerjaan sampingan AT sebagai salah satu sopir di tempat hiburan malam Kota Kendari. Alasannya, tempat itu belum cocok bagi AT yang masih berstatus pelajar SMA.
"Dia sempat dipukul ayahnya karena dilarang kerja, mungkin dia tidak terima dipukul," ujar Marlina.
Aksi AT digagalkan tim Search and Rescue (SAR) Kendari. Anjas yang sudah berada di puncak menara berhasil dibujuk salah seorang anggota SAR. Tim SAR Kendari nyaris tidak dapat melakukan penyelamatan dengan sempurna. Pasalnya, pelajar SMK 5 Nusantara Kendari itu sudah bersiap-siap melompat.
"Matanya sudah dililit kain, tinggal melompat dan selesai sudah. Beruntung, kami berhasil panggil dan bujuk dia," ujar Dedi, anggota SAR yang menyelamatkan AT.
Dedi mengatakan setelah berhasil mendekati AT, pemuda tanggung itu sempat menangis di puncak menara dan minta didatangkan ayahnya. Namun, pihak SAR tidak peduli, kemudian langsung merangkul dan mengamankan AT dengan cepat.
"Saya langsung ikat dia dengan tali pengaman, soalnya ngeri suasananya di atas. Besi tower sudah rapuh dan salah sedikit habis lah kita," ujar Dedi.
Selain Dedi, tiga orang anggota SAR lainnya sudah menunggu di bawah menara. Ketiganya yakni, Asep Poage, Heri Kuswanto, dan Haeruddin. Upaya keempat anggota SAR Kendari ini untuk menyelamatkan AT sempat mengalami kendala.
Untuk memanjat menara, dibutuhkan waktu sekitar satu jam karena kondisi besi menara yang sudah licin dan rapuh. Apalagi, ketika membawa AT turun dari puncak menara.
Selama bertahun-tahun menangani sejumlah musibah bencana alam dan penyelamatan warga di Sulawesi Tenggara, tim SAR Kendari yang hanya beranggotakan delapan orang itu, baru pertama kali menyelamatkan warga yang akan bunuh diri dari atas menara. Selama ini, kegiatan penyelamatan banyak dilakukan di hutan atau laut.
"Ini baru pertama kali tim ini selamatkan warga di tiang tower, mereka semua baru untuk pekerjaan ini," ujar Kasi Ops SAR Kendari, Jendri Paendong.
Jendri mengatakan SAR Kendari hanya berusaha dengan sigap dan cepat merespon semua laporan warga. Meskipun anggotanya sudah memiliki kemampuan mengevakuasi di ketinggian, tetapi Jendri masih terlihat cemas ketika anggotanya berjuang menyelamatkan nyawa manusia, apalagi dari ketinggian.
"Kita hanya imbau, lain kali pengawasan tempat penting seperti menara ini diperketat. Harus dikunci rapat supaya tidak ada yang bisa masuk dan memanjat-manjat di dalamnya," ujar Jendri Paendong.
Khaerul, warga yang dipercaya menjaga menara telekomunikasi itu mengatakan, menara dalam keadaan terkunci saat dirinya dihubungi SAR Kendari. Dirinya juga bingung mengapa pelaku masuk ke lokasi menara yang dipagar setinggi dua meter dan dilingkari kawat berduri.
"Orang ramai datang minta buka pagar karena ada mau bunuh diri, saya bawakan kunci pagar tower. Saya heran, dia lewat dari mana untuk masuk ke dalam," dia menandaskan.
Saksikan video pilihan berikut:
Advertisement