Cerita Menegangkan Nelayan Jambi Lolos dari Gelombang Maut

Tiga kapal hancur serta tiga nelayan dilaporkan masih dalam pencarian usai diterjang ombak besar di perairan timur Jambi.

oleh Bangun Santoso diperbarui 15 Jan 2018, 10:32 WIB
Kawasan pesisir timur Jambi dikenal kerap dilanda gelombang tinggi. (Liputan6.com/B Santoso)

Liputan6.com, Jambi - Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Provinsi Jambi, yang merupakan kampung halaman keluarga besar Gubernur Zumi Zola tengah heboh terkait hilangnya sejumlah nelayan usai kapalnya diterjang ombak laut. Beberapa korban berhasil selamat. Namun, dilaporkan ada tiga nelayan yang masih terombang-ambing di lautan.

Nirwan, warga Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjabtim, mengatakan seorang nelayan yang berhasil selamat adalah Ridwan.

Kepada warga, Ridwan mengaku berhasil selamat setelah mencoba menyelamatkan diri menggunakan pelampung dan berenang seharian lebih usai kapal miliknya hancur dan tenggelam diterjang ombak pada Jumat pagi, 12 Januari 2018 sekitar pukul 05.30 WIB.

"Dia (Ridwan) berhasil selamat usai ditemukan seorang sopir boat pembawa udang di perairan Labuhan Pering, Minggu pagi. Saat ditemukan tengah terombang-ambing di laut," ujar Nirwan saat dihubungi, Minggu malam, 14 Januari 2018.

Dari pengakuan Ridwan, kata Nirwan, usai kapal hancur diterjang ombak, dengan mengenakan pelampung, Ridwan mencoba berenang mendekati pantai. Belasan jam di tengah lautan amat menguras tenaga Ridwan, apalagi tanpa bekal apa pun.

Untunglah nasib baik masih berpihak kepadanya. Ridwan ditemukan sopir boat yang kemudian membawanya ke Desa Sungai Itik di Kecamatan Sadu untuk diperiksa kesehatannya.

"Usai cek kesehatan, oleh kepolisian korban diserahkan kepada Camat Nipah Panjang dan keluarga pada Minggu siang. Karena domisili korban di sana," ucap Nirwan menjelaskan.

Camat Nipah Panjang, Kamarudin, mengatakan tim evakuasi tengah berupaya keras untuk menyelamatkan tiga nelayan yang masih di laut tersebut. Upaya pencarian dan penyisiran meliputi perairan Ujung Jabung, Sungai Jambat, Air Hitam, hingga ke luar lautan di perairan Desa Cemara dan Kapas.

Pencarian menggunakan kapal Basarnas dan Kapal Pol Air Nipah Panjang. Rencananya, pencarian kembali dilanjutkan mulai hari ini, Senin (15/1/2018). "Tim juga harus berhati-hati karena gelombang sangat tinggi mencapai 3,5 meter lebih," ujar Kamarudin.

 


3 Nelayan Menunggu Evakuasi

Dua nelayan yang hilang selamat, namun masih ada tiga orang lainnya terombang-ambing di laut menunggu evakuasi. (Liputan6.com/B Santoso)

Masih dari pengakuan Ridwan, ada tiga nelayan lain yang menjadi korban ganasnya ombak di pesisir timur Jambi. Ia meyakini, ketiga rekannya itu masih hidup, tetapi terombang-ambing di laut. Mereka adalah Yasiman, Johana Satar, dan Rusdi.

Ketiga nelayan itu kini tengah menunggu proses evakuasi oleh tim Basarnas bersama kepolisian, TNI AL yang dibantu warga, dan Kecamatan Nipah Panjang. 

Sebelumnya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari warga, gelombang besar disertai angin kencang menerjang sedikitnya tiga unit kapal di pesisir timur Jambi. Peristiwa itu terjadi pada Jumat pagi, 12 Januari 2018 sekitar pukul 05.30 WIB, tepatnya di perairan Kecamatan Nipah Panjang, Kabupaten Tanjabtim.

Saat itu, ada tiga kapal nelayan yang tengah melaut. Diduga karena terjangan gelombang tinggi, dua unit kapal hancur dan tenggelam. Sementara satu unit kapal lainnya terdampar.

Ada enam nelayan yang awalnya dinyatakan hilang. Mereka adalah Yasiman, Ridwan, Rusdi, Rusli, Johana Satar, dan Darno. Keenamnya adalah warga Kecamatan Nipah Panjang. Hingga Sabtu pagi, 13 Januari 2018 baru dua orang yang berhasil ditemukan yakni Rusli dan Darno. Menyusul kemudian Ridwan berhasil diselamatkan pada Minggu pagi.


Perairan Rawan Badai

Suasana perkampungan nelayan di daerah Kampung Laut, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. (Liputan6.com/B Santoso)

Pesisir timur Jambi yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan memang dikenal rawan badai laut. Sejak akhir 2017 hingga awal 2018 ini, sejumlah nelayan memilih libur melaut karena cuaca ekstrem di perairan.

"Kalaupun berani harus lihat kondisi dulu. Itu pun tidak berani jauh ke tengah laut, bahaya," ujar Samsudin, salah seorang nelayan di Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjabtim.

Menurut dia, hampir setiap tahun kondisi perairan di timur Jambi kerap dilanda gelombang tinggi. Kondisi itu menyebabkan ia bersama sejumlah nelayan lainnya memutar otak untuk mencari usaha lain.

"Paling cari ikan di rawa, atau jadi buruh. Ada juga yang milih ngojek. Sementara menunggu cuaca membaik," imbuh Samsudin.

Tak hanya membahayakan nelayan, Samsudin mengatakan, beberapa kapal ekspedisi yang biasa mengangkut barang-barang ekspor hingga hasil laut juga terganggu. Bahkan, kata dia, baru-baru ini ada kapal ekspor yang rusak dan terdampar akibat gelombang tinggi dan angin kencang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi sebelumnya merilis peringatan akan potensi gelombang tinggi disertai angin kencang hingga 40 kilometer per jam di kawasan perairan timur Jambi.

Potensi angin kencang akibat tekanan tinggi di utara khatulistiwa serta siklon tropis 'Joyce'. Pusat tekanan rendah 990 hPa di perairan barat Australia. Kondisi itu menimbulkan perbedaan gradien tekanan yang mengakibatkan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya