Liputan6.com, Jakarta - Balkon di lantai 1 tower II gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) ambruk pada Senin (15/1/2018). Peristiwa tersebut mengagetkan para karyawan yang bekerja di Gedung BEI termasuk jajaran direksi BEI.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio menuturkan, dirinya ada janji makan bersama Duta Besar Belgia. Kemudian terdengar bunyi keras.
"Saya pas janji makan dengan Duta besar Belgia sekaligus saya minta maaf. Ada bunyi duar. Keluar lari ragu-ragu juga ada orang luka. Rata-rata luka darah ada 3-5 orang luka patah-patah," jelas Tito.
Baca Juga
Advertisement
Tito mengatakan, dirinya pun membantu korban dahulu. Sebagian besar korban tersebut mahasiswa yang berasal dari Palembang.
"Korbannya tidak sampai 20 orang itu. Kalau dibilang ratusan korban itu tidak betul. Luka paling parah itu patah,ada yang matanya kena," kata Tito.
Selain itu, Tito menuturkan sistem bursa tidak terganggu sama sekali oleh kejadian yang baru saja menimpa gedung BEI ini.
"Sistem bursa tidak terganggu sama sekali. Tidak ada gangguan sama sekali kepada sistem perdagangan bursa. Bursa jalan, perdagangan jalan," ujar Tito.
Ia menuturkan tidak masalah terkait transaksi perdagangan oleh 108 broker yang terkoneksi di BEI. Transaksi perdagangan saham berjalan lancar dan tepat waktu. (Yurike Budiman)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mahasiswi Korban Balkon BEI
Sebelumnya, Oktarina Sarah terbaring lemah di ranjang Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Jakarta Pusat.
Mahasiswi Universitas Bina Darma Palembang itu menjadi salah satu korban ambruknya balkon Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.
Oktarina masih syok meski kondisi luka yang dialami relatif lebih ringan dari korban lainnya. Gadis 20 tahun itu menceritakan detik-detik peristiwa mencekam kala berkunjung ke Gedung BEI.
Saat itu, dia bersama 94 mahasiswa Universitas Bina Darma dan empat dosennya baru tiba di Gedung BEI sekitar pukul 11.50 WIB.
Oktarina baru menginjakkan kakinya di lobi Tower 2 Gedung BEI. Tiba-tiba sebagian bangunan ambruk. Suasana mencekam. Ratusan orang di dalam gedung tersebut panik. Sirene gedung berbunyi.
"Situasinya itu, apa itu, kayak amburadul semua gitu. Tiba-tiba sudah ada yang digotong keluar. Tapi yang nolong orang dari luar semua," ujar Oktarina di RSAL Mintohardjo, Jakarta Pusat, Senin 15 Januari 2018.
Waktu seakan berhenti sesaat. Oktarina syok. Ponselnya terlempar karena panik. Dia tidak mengingat pasti ada berapa orang yang terjatuh dan tertimpa reruntuhan saat itu.
"Kami baru mau ke situ, tiba-tiba (ada bangunan) jatuh. Kayak kami sudah jatuh semua. Cuma kayaknya 15 orang yang selamat," ucap mahasiswi semester V tersebut sambil sesekali melihat pesan dari ponselnya yang retak.
Oktarina tidak mengalami luka parah. Kaki kirinya baru saja dijahit dan telah dibalut perban.
"Dijahit karena luka robek. Kayak kena kaca."
Dari atas tempat tidur, Oktarina terus berbagi kabar dengan teman-temannya melalui grup aplikasi WhatsApp.
Dia ikut memantau korban yang dirawat di empat rumah sakit berbeda, yakni RSAL Mintohardjo, RSP Pertamina, RS Siloam, dan RS Jakarta.
"Teman-teman rata-rata patah tulang punggung, kaki, tangan," Oktarina memungkasi.
Advertisement