Liputan6.com, New York - Harga emas mencapai puncak tertinggi dalam empat bulan terpicu melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dalam tiga tahun.
Namun beberapa analis mengatakan kenaikan harga emas bisa bersifat jangka pendek karena tidak didorong secara fundamental.
Melansir laman Reuters, SelaSa (16/1/2018), harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi US$ 1,339.66 per ounce. Harga emas sempat menyentuh posisi tertingginya pada 8 September di US$ 1.344,44 per ounce.
Baca Juga
Advertisement
Logam mulia ini telah naik untuk minggu kelima berturut-turut pada pekan lalu sebesar 1,4 persen. Adapun emas berjangka A.S. naik 0,4 persen ke posisi US$ 1.340,50 per ounce.
"Kami melihat penurunan yang stabil dalam dolar Amerika Serikat buka karena ini melemah tapi karena Bank Sentral Eropa membuat mata uangnya menarik di akhir tahun," kata Bart Melek, kepala Komoditas Strategis TD Securities di Toronto.
Adapun nilai tukar Euro menguat, setelah seorang pejabat ECB mengatakan bank sentral bisa mengakhiri skema pembelian obligasi usai bulan September.
Melek mengatakan beberapa investor juga ingin melakukan diversifikasi eksposur ke pasar ekuitas, yang telah mencapai rekor baru tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.
Indeks dolar turun 0,67 persen menjadi 90,367, usai sempat mencapai level terlemahnya sejak Januari 2015 pada awal perdagangan di 90.279.
Dolar yang lebih lemah membuat aset berdenominasi mata uang ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sementara kenaikan suku bunga bisa mengurangi permintaan untuk emas.
Adapun harga Palladium naik 0,32 persen menjadi US$ 1.127,00, setelah mencapai rekor tinggi US$ 1.138. Harga perak naik 0,57 persen menjadi US$ 17,35 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi tiga bulan di US$ 17,42.
Harga Platinum naik 0,2 persen menjadi US$ 995,50, setelah menyentuh level tertinggi sejak 11 September di US$ 1.001,40.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Commerzbank: Harga Emas Bakal Meroket di 2018
Harga emas akan melanjutkan penguatan pada 2018. Pendorong penguatan harga emas adalah suku bunga riil yang masih rendah dan juga ketidakpastian politik yang berlangsung di Amerika Serikat dan juga Eropa.
Bank yang berkantor pusat di Jerman, Commerzbank, memperkirakan rata-rata harga emas akan berada di kisaran US$ 1.325 per ounce pada tahun ini. Dengan rincian, untuk kuartal pertama dan kedua akan berada di US$ 1.300 per ounce dan pada kuartal ketiga dan keempat akan berada di kisaran US$ 1.350 per ounce.
Untuk diketahui, sepanjang tahun lalu, harga emas mampu naik 8 persen. "Harga emas akan berlanjut menguat dan kenaikan tersebut sudah dimulai sejak dua tahun lalu," jelas analis Commerzbank dalam risalahnya, seperti dikutip dari Kitco, Senin (15/1/2018).
Baca Juga
Faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah kebijakan moneter dari beberapa bank sentral yang masih sangat longgar. Hal tersebut mendorong emas lebih memberikan imbal hasil yang memuaskan bagi investor.
"Hampir semua bank sentral utama masih memberikan suku bunga yang rendah," tulis risalah tersebut.
Selain itu, ketidakpastian politik juga masih membayangi harga emas. Ketidakpastian politik ini seperti pembentukan pemerintahan di Jerman dan juga pemilihan parlemen di Italia. Isu separatis Catalonia dan Brexit juga akan menjadi fokus pasar.
"Selain itu, tidak ada yang mengasumsikan pada tahun kedua pemerintahan Presiden Donald Trump bisa berjalan lancar," tulis Commerzbank.
Pembuat kebijakan moneter di AS diperkirakan terus menaikkan suku bunga di tahun ini, tetapi tidak akan menghalangi kenaikan harga emas.
Advertisement