Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memulai perjalanan ekspedisi susur Sungai Batanghari pada hari ini, Kamis (27/7/2023) dengan diawali dari Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar).
Pamong Budaya Utama Kemendikbudristek Siswanto menuturkan, Sungai Batanghari adalah penghubung budaya masyarakat sejak masa lalu, sebelum munculnya infrastruktur jalan raya yang lebih modern pada abad 19.
Advertisement
"Maka itulah kita harus melestarikan air dan lingkungan di Sungai Batanghari. Jangan sampai alam menimbulkan bencana karena kelalaian kita sebagai manusia," ujar Siswanto melalui keterangan tertulis, Kamis (27/7/2023).
Lebih lanjut dia menambahkan, pada Sungai Batanghari terkandung makna mendalam yakni merupakan penghubung budaya, ekonomi, dan administrasi dari Sumatera Barat, Jambi, dan sekitarnya.
"Sehingga pemajuan dan pelestarian lingkungan DAS Batanghari bukan hanya pada momentum kegiatan ini saja, Kenduri Swarnabhumi dan Ekspedisi Batanghari, namun lebih dari itu juga harus berkelanjutan," beber Siswanto.
Sementara itu, dalam seminar bagian dari Ekspedisi Batanghari berlangsung, masing-masing narasumber menyampaikan pandangannya tentang kaitan lingkungan, sungai, serta kebudayaan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jambi Varial Adhi Putra menyebut, pihaknya sedang berupaya menjaga kelestarian Sungai Batanghari dengan melakukan langkah-langkah antara lain pengembangan inovasi sampah naik kelas sehingga muncul paradigma baru yaitu sampah dipilah dan diolah.
"Selanjutnya kami juga fokus pada penanaman di sekitar DAS Batanghari dengan nama Gerakan Dharmasraya Hijau," kata Varial.
Kinerja lainnya, lanjut Varial, adalah pengawasan industri perusahaan yang legal dan punya perizinan serta pengembalian ikan-ikan endemik.
Ada Kewajiban Menjaga Benda Peninggalan Bersejarah
Kemudian Wahyu Adi Nugroho dari Balai Pelestarian Kebudayaan Provinsi Jambi mengatakan, melalui benda-benda peninggalan arkeolog, misalnya saja candi, dapat diasumsikan bahwa seolah ada sesuatu hal yang ingin disampaikan leluhur kepada generasi penerusnya.
"Selama ini kita hanya terkesaan menerima warisan peninggalan. Padahal ada kewajiban yang lebih utama untuk menjaga dan mewarisi lagi ke generasi selanjutnya," ucap Wahyu.
Lalu, Pakar Perikanan dan Budidaya Universitas Jambi Tedjo Sukmono menyampaikan, sejak penelitiannya tahun 2008 ditemukan bila di Sungai Batanghari memiliki ikan terbesar di Asia yakni ikan tapah atau wallago (siluridae) dan juga terkecil yang telah diakui dunia bernama peadocypris progenetce (genus Paedocypris).
"Ada 320 spesies jumlah ikan di Jambi. Adapun yang sudah terdata melalui sistem barcoding berjumlah 80 spesies," terang Tedjo.
Terakhir, aktivis pelestarian sungai Suparno Jumar mengutarakan, sungai, budaya, dan lingkungan saling berkaitan erat guna memenuhi kebutuhan utama hidup seperti udara dan air bersih, serta makanan.
"Kalau kita menistakan sumber air bersih di sungai berarti kita ikut pula menistakan sumber kehidupan bukan hanya untuk manusia tapi seluruh makhluk hidup," jelas dia.
Advertisement
Kemendibudristek Mulai Lakukan Kenduri Swarnabhumi 2023
Untuk diketahui sebelumnya, 13 pemerintah daerah yang dilalui DAS Batanghari sebagai ajang Kenduri Swarnabhumi 2023 adalah Pemerintah Provinsi Jambi dan Sumatera Barat, Pemerintah Kabupaten Batanghari, Bungo, Dharmasraya, Kerinci, Merangin, Muarajambi, Sarolangun, Tebo, Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi.
Perjalanan Ekspedisi Batanghari dijadwalkan berlangsung mulai 27 Juli dan berakhir 9 Agustus mendatang. Ekspedisi Batanghari menyusuri wilayah-wilayah yang dilalui oleh DAS Batanghari. Sebagai informasi, Ekspedisi Batanghari merupakan bagian acara Kenduri Swarnabhumi 2023 yang diinisiasi Kemendikbudristek bersama 13 pemerintah daerah (Pemda) di Sumatera Barat dan Jambi.
Tujuannya guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hubungan kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan juga sebaliknya untuk perkembangan peradaban berkelanjutan.
Serangkaian kegiatan diselenggarakan pada Ekspedisi Batanghari di Kabupaten Dharmasraya, seperti perjalanan menuju Kawasan Candi Pulau Sawah, pelepasan benih ikan di Candi Pulau Sawah dan Lubuk Larangan Tapian Ngalau, penanaman pohon, tradisi pemotongan kambing, workshop, serta seminar tentang kebudayaan dan lingkungan.
Perjalanan tim Ekspedisi Batanghari melibatkan sejumlah peserta seperti komunitas, aktivis budaya, dan lingkungan daerah maupun nasional, arkeolog, sejarawan, tim ahli, serta masyarakat umum.