Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia bergerak melemah pada pembukaan perdagangan Rabu pekan ini. Pelemahan ini mengikuti penurunan yang terjadi pada Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin.
Mengutip CNBC, Rabu (17/1/2018), indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,85 persen setelah menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun di sesi terakhir.
Sebagian besar saham-saham yang berorientasi ekspor melemah pada pagi ini karena dolar AS melanjutkan penurunan terhadap yen Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Di Korea Selatan, Kospi tergelincir 0,34 persen. Saham Samsung Electronics turun 1,32 persen, begitu pula pesaing chip Skim Hynix, yang turun 0,54 persen.
Di Australia, Indeks S&P/ASX 200 kehilangan 0,55 persen menyusul turunnya sektor logam dasar. Sektor aneka industri memimpin penurunan dalam indeks acuan tersebut
Saham-saham di sektor pertambangan mencatat penurunan yang signifikan, yaitu Rio Tinto turun 2,77 persen, BHP jatuh 2,65 persen dan Fortescue Metals turun 2,07 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wall Street Tertekan
Wall Street tak mampu meneruskan reli pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena terbebani pelemahan saham General Electric. Selain itu, penurunan harga minyak juga membebani saham-saham di sektor energi.
Mengutip Reuters, Rabu (17/1/2018), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 10,33 poin atau 0,04 persen menjadi 25.792,86. Untuk indeks acuan S&P 500 juga kehilangan 9,82 poin atau 0,35 persen menjadi 2.776,42.
Adapun Nasdaq Composite turun 37,38 poin atau 0,51 persen menjadi 7.223,69.
Sektor energi melemah 1,2 persen karena harga minyak mentah Brent tak mampu mempertahankan posisi di atas US$ 70 per barel. Harga minyak yang menjadi patokan harga dunia tersebut turun hampir US$ 1 per barel.
"Penurunan saham-saham di sektor energi menjadi tekanan bagi Wall Street," jelas analis Wells Fargo Investment Institute di Winston-Salem, North Carolina, Tracie McMillion.
Untuk saham General Electric melemah 2,9 persen setelah perusahaan mengumumkan adanya tambahan biaya lebih dari US4 11 miliar dari porptofolio asuransi perawatan jangka panjang karena adanya undang-undang perpajakan yang baru.
Advertisement