Liputan6.com, New York - Di dunia kesehatan sudah lama diketahui bahwa mengonsumsi garam terlalu banyak bisa menyebabkan stroke dan penyakit jantung. Namun, apakah hal itu juga bisa mempengaruhi otak kita?
Sekarang, para ilmuwan menemukan bahwa mengonsumsi garam berlebihan mempengaruhi kerja otak pada tikus, dan hal tersebut juga bisa berpengaruh sama terhadap manusia.
Costantino Iadecola, Direktur Feil Family Brain and Mind Research Institute di Weill Cornell Medicine, New York, Amerika Serikat, mengatakan bahwa mereka menguji coba memberi tikus garam 8 sampai 16 kali dari kadar normal.
Mereka kemudian menguji tikus itu dengan menggunakan uji perilaku. Dalam waktu cepat, para peneliti bisa melihat dampak garam kadar tinggi terhadap tikus.
Baca Juga
Advertisement
"Dalam waktu tiga bulan, tikus ini mengalami kemunduran," kata Dr Iadecola seperti dikutip dari ABC Australia Plus, Rabu (17/1/2018).
"Tikus itu biasanya binatang yang ingin tahu banyak dan mencoba melihat hal baru, namun dengan berlalunya waktu, mereka mulai kehilangan kemampuan mengidentifikasi hal yang normal."
"Ketika ditempatkan di kandang mereka dan diminta menemukan tempat yang sepi, tikus ini tidak ingat dimana tempat sepi itu."
"Dan ketika tikus harus membuat kandang, hal yang dilakukan tikus tiap hari, mereka tidak bisa melakukannya."
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Neuroscience, mengatakan bahwa otak manusia juga akan mengalami hal yang sama.
Kaitan Mengonsumsi Garam dalam Kadar Tinggi dengan Stroke dan Demensia
Penelitian mengungkap bahwa terdapat kaitan konsumsi kadar garam tinggi dengan penyakit stroke dan demensia. Pertanyaannya adalah, mengapa hal itu bisa terjadi?
Direktur Pusat Ilmu Syaraf di University of Technology Sydney, Professor Bryce Vissel, mengatakan bahwa penelitian terbaru menunjukkan bukti tingginya kadar garam mempengaruhi fungsi otak.
"Ini menunjukkan bahwa hal yang mempengaruhi proses kekebalan di dalam usus, pada asalnya juga berpengaruh pada proses kekebalan di dalam otak." katanya.
Professor Vissel mengatakan temuan terbaru itu mengukuhkan pendapat bahwa apa yang terjadi dengan kita diakibatkan dari apa yang kita makan.
"Tidak diragukan lagi bahwa apa yang kita makan mempengaruhi pencernaan kita dalam beberapa hal." katanya.
"Perubahan dalam pencernaan ini kemudian mengakibatkan berbagai respons dalam tubuh, misalnya terjadi pembengkakan, dan yang lainnya mempengaruhi kerja otak."
"Bagaimana hal ini kemudian menyebabkan demensia, belum kita ketahui, tetapi hubungan antara pembengkakan dengan perubahan fungsi otak sangat jelas." kata Profesor Vissel.
Advertisement