Konflik Tak Berkesudahan, 22 Juta Warga Yaman Butuh Bantuan

Akibat konflik yang bekecamuk selama tiga tahun terakhir, hampir 80 persen rakyat Yaman terancam krisis kelaparan akut.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Jan 2018, 19:40 WIB
Warga berada di puing-puing sejumlah rumah yang dihantam koalisi Arab Saudi di dekat komplek Kementerian Pertahanan Yaman di Sanaa (11/11/2017). (AP Photo/Hani Mohammed)

Liputan6.com, Sana'a - Sebanyak hampir 80 persen dari total populasi Yaman, yakni sekitar 22 juta jiwa, membutuhkan bantuan kemanusiaan. Bahkan, sepertiga dari jumlah tersebut rawan terkena bencana kelaparan dalam waktu dekat.

Dilansir dari laman Independent.co.uk, perang telah berkecamuk di Yaman selama hampir tiga tahun terakhir. Peperangan antara kelompok militan Houthan yang didukung oleh Iran dengan koalisi militer pro pemerintah yang dipimpin oleh Arab Saudi membuat ribuan rakyat Yaman hidup dalam kesulitan.

Hal tersebut kian diperparah dengan keputusan sepihak pasukan koalisi yang memblokade jalur pelayaran dari dan ke Yaman pada November lalu, sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik oleh Houthi.

Belakangan, pelabuhan Hodeidah dan Saleef di tepi Laut Merah telah kembali dibuka selama masa penangguhan 30 hari. Namun, para relawan berharap otoritas terkait berkenan memperpanjang masa peangguhan yang akan berakhir pada Jumat, 19 Januari 2018, mendatang.

Sebelum terjadi konflik, pelabuhan Hodeidah, yang kini dikuasai oleh Houthi, melayani hampir 70 persen impor yang masuk ke Yaman.

 

 


Yaman Kekurangan Pasokan Pangan dan Obat-Obatan

Anak Yaman bermain di kamp pengungsi di selatan Taez, Yaman (11/1). Menurut WHO pada 2015 tercatat 2,1 juta orang terlantar akibat konflik pemberontak yang didukung Iran dan pasukan pemerintah yang didukung koalisi Arab Saudi. (AFP Photo/Ahmad Al-Basha)

Menurut Stephen Anderson dari Program Pangan Dunia PBB, penutupan akses pelabuhan berisiko sebabkan bencana kelaparan yang berujung pada kematian.

Meritxell Relano dari Unicef menyebutkan hal senada, bahwa mendapatkan pasokan bahan bakar sangatlah penting untuk layanan air dan sanitasi publik. Di saat yang sama, Yaman juga mengimpor sebanyak 85 persen kebutuhan pangan dan obat-obatan untuk rakyat.

Koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi, sejak pertengahan Desember lalu, telah mengizinkan penggunaan empat buah crane yang didanai Amerika Serikat (AS) untuk membongkar muatan dari kapal hingga 19 Januari mendatang. Masing-masing crane disebut dapat membawa hingga 60 ton barang dalam setiap kegiatan angkutnya.

Jumlah rakyat Yaman yang membutuhkan bantuan kemanusiaan disebut mencapai tiga perempat dari total populasi yang berjumlah 29 juta jiwa. PBB menyebut sebanyak 11 juta jiwa di antaranya berstatus 'sangat membutuhkan', dan lebih dari 400 ribu anak dilaporkan mengalami malnutrisi.


Lebih dari 10.000 Rakyat Yaman Meninggal Akibat Konflik

Seorang bocah Yaman dirawat akibat terjangkit wabah kolera (1/7/2017). (AP Photo/Hani Mohammed)

Konflik berkepanjangan di Yaman telah membuat lebih dari 10.000 orang meninggal akibat kekerasan, wabah kolera, kelaparan akut, dan berbagai masalah lainnya.

"Mengacaukan akses bantuan berisiko kian memperparah krisis kemanusiaan, yang bisa disebut sebagai yang terburuk saat ini," ujar Rosanne Marchesich, pimpinan relawan FAO yang berbasis di Roma, Italia.

Ditambahkan oleh Rosanne, sebanyak 70 persen masyarakat pedesaan bergantung pada pertanian untuk sumber pangan dan penghasilan, maka menjaga keberlanjutan produksi terkait sangatlah mendesak untuk diperhatikan.

"Curah hujan yang di bawah rata-rata, peperangan dan keterbatasan distribusi barang-barang pendukung, seperti pupuk misalnya, turut mempengaruhi merosotnya hasil panen," tutup Rosanne.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya