4 Orang Ini Mendadak Jenius Gara-Gara Benturan di Kepala

Ini kisah nyata tentang orang-orang biasa yang mendadak jadi jenius gara-gara cedera di kepala. Apa yang terjadi?

oleh Elin Yunita KristantiRizki Akbar Hasan diperbarui 17 Jan 2018, 19:31 WIB
Bagan otak manusia untuk menunjukkan letak cerebellum, bagian yang paling terdampak autisme. (Sumber Wikimedia Commons)

Liputan6.com, London - Suatu ketika di musim panas 1860, Eadweard Muybridge kekurangan stok buku. Tentu saja, itu masalah besar. Sebab, ia adalah penjual buku.

Jadi, ia pergi ke San Francisco, Amerika Serikat menumpang kereta kuda untuk membeli pasokan buku. Pria itu sama sekali tak mengira, perjalanan itu akan mengubah hidupnya untuk selamanya.

Seperti dikutip dari BBC Future, Rabu (17/1/2008), di tengah perjalanan, di Texas timur laut, kereta yang ditumpangi Muybridge mengalami masalah. Saat kusir melecutkan cambuknya, kuda-kuda pun berlari kencang hingga tak terkendali, menuruni pegunungan yang curam.

Kereta kuda baru berhenti setelah menabrak pohon. Muybridge terlempar ke udara, kepalanya membentur batu besar.

Ia baru tersadar sembilan hari kemudian di sebuah rumah sakit yang jaraknya 241 kilometer dari lokasi kejadian.

Kecelakaan tersebut membuatnya mengalami masalah medis. Ia mengalami penglihatan ganda (diplopia monokular), serangan kejang, dan kehilangan indra penciuman. Namun, perubahan radikal adalah pada kepribadiannya.

Awalnya, Muybridge adalah sosok yang ramah dan terbuka, dengan intuisi bisnis yang baik. Setelah insiden tersebut, ia menjadi pribadi yang eksentrik, berani ambil risiko, dan moody.

Muybridge kemudian bahkan membunuh kekasih gelap istrinya. Tak hanya itu, ia juga mendadak jadi jenius.

Pertanyaannya, dari manakah kreativitas atau kejeniusan muncul, dan bagaimana untuk mendapatkannya. Kedua hal tersebut jadi subjek spekulasi besar selama ribuan tahun.

Menurut para ilmuwan, keduanya bisa digerakkan oleh apapun, dari kelelahan hingga kebosanan akut.

Sejumlah tokoh besar punya pendapat sendiri-sendiri. Plato mengatakan, kreativitas dan kejeniusan adalah hasil dari kegilaan ilahi. Atau seperti yang diyakini Sigmund Freud, muncul dari sublimasi hasrat seksual?

Sementara, Pyotr Ilyich Tchaikovsky berpendapat bahwa saat-saat 'eureka' lahir dari kerja keras dan pengetahuan teknis.

Namun, sampai saat ini muncul kesepakatan soal satu hal, kreativitas dimulai dari dalam massa merah muda dan lembek di dalam tengkorak kita: otak.

Cedera pada otak, akibat tembakan, terpotong, tersetrum, bisa menyebabkan pemiliknya mengalami kehilangan sejumlah kemampuan fisik, misalnya kehilangan penghilatan. Namun, bisa saja yang terjadi adalah kebalikannya.


Kisah Kuda Terbang

Ilustrasi (iStock)

Hal aneh itu terjadi pada Eadweard Muybridge. Setelah kecelakaan, ia berlayar ke Inggris.

Pria itu berhenti jadi penjual buku, banting setir jadi fotografer, bahkan jadi salah satu juru foto paling terkenal di dunia. Dia juga seorang penemu yang produktif. Sebelum kecelakaan itu, dia punya satu paten pun. Dalam dua dekade berikutnya, dia mengajukan sedikitnya 10.

Antara tahun 1883 dan 1886, ia mengambil lebih dari 100.000 gambar.

Pada tahun 1877 ia bertaruh dengan konglomerat kereta api, Leland Stanford. Orang kaya itu yakin benar, kuda bisa 'terbang'. Atau dengan kata lain, ketika hewan itu berlari kencang, semua kakinya terangkat bersamaan. Muybridge tak setuju dengan itu.

Untuk membuktikannya, ia menggabungkan penemuan dan fotografi. Muybridge meletakkan 12 kamera di sepanjang jalur balapan kuda dan memasang tripwire yang akan segera menyala secara otomatis saat kuda balap favorit Stanford, Occident, berlari.

Selanjutnya dia menemukan "zoopraxiscope", sebuah alat yang memungkinkan dia memproyeksikan beberapa gambar secara berurutan dan memberi kesan bergerak (motion).

Dengan temuannya itu, Muybridge merekam film untuk kali pertamanya, sekaligus membuktikan bahwa ya, kuda bisa terbang.

Jalan hidup Muybridge yang berubah tiba-tiba, dari penjual buku biasa hingga seorang jenius yang kreatif, memicu spekulasi bahwa itu adalah akibat langsung dari kecelakaannya.

Ia diduga mengalami "sudden savant syndrome", di mana kemampuan luar biasa muncul setelah cedera otak atau penyakit. Ini sangat jarang terjadi, dengan hanya 25 kasus terverifikasi di seantero Bumi.


Jenius Gara-Gara Tersambar Petir

Petir adalah lecutan yang terjadi ketika ada muatan listrik berkekuatan besar berhimpun dalam awan-awan di langit. (Sumber Pixabay)

Namanya Tony Cicoria. Ahli bedah ortopedi itu memang sudah cerdas, tapi bukan jenius.

Suatu ketika pada 1994, ia tersambar petir di sebuah taman di New York  Petir langsung menyambar kepalanya, lewat perantaraan telepon genggam.

"Aku sedang berbicara dengan ibuku. Kala itu hujan rintik-rintik dan guntur di kejauhan. Ibuku menutup telepon," kata dia seperti dikutip dari The New Yorker.

"Aku ingat kilatan cahaya yang keluar dari telepon. Itu menerjang wajahku. Hal berikutnya yang kuingat, aku terbanting ke belakang."

Anehnya, setelah insiden itu, ia mengalami dorongan yang tak tertahankan untuk bermain piano.

Awalnya, ia memainkan musik orang lain. Lama-lama, ia menuliskan melodinya sendiri -- yang teringang-ngiang di telinganya. Kini, Tony Cicoria adalah seorang pianis dan komposer, sekaligus ahli bedah.

Kasus lain dialami Jon Sarkin. Ia awalnya adalah seorang chiropractor. Setelah mengalami stroke ia mendadak jadi seniman.

Setelah mengalami stroke, ia mendapatkan sejumlah terapi, dari terapi wicara, kesenian, fisik, juga mental. Dan entah bagaimana, dorongannya untuk menggambar kian tak tertahankan.

Model pertamanya adalah tanaman kaktus di rumahnya di Gloucester, Massachusetts.

Kaktus itu adalah jenis yang seperti jari tangan, seperti yang kerap ditemukan di film-film Barat tahun 1950-an.

Lukisannya yang paling awal sangat abstrak. Dalam beberapa versi, cabang-cabang kaktus menyerupai ular hijau yang berputar-putar, sementara yang lainnya berwarna merah, mirip tangga zig-zag.

Karya-karyanya pernah muncul di media ternama, The New York Times. Lukisannya juga menjadi sampul album musik, serta dalam sebuah buku oleh seorang penulis pemenang Hadiah Pulitzer. Satu lukisan biasanya dihargai US$ 10.000.


Mahasiswa Drop Out Jadi Jenius Matematika

Ilustrasi (iStock)

Kasus yang paling mencolok menimpa Jason Padgett. Ia mengalami cedera usai diserang di sebuah bar di Tacoma, Washington pada tahun 2002.

Sebelum insiden tersebut, Padgett adalah seorang mahasiswa drop out atau putus kuliah yang bekerja di sebuah toko futon.

Saat itu, hasrat utamanya dalam hidup adalah berpesta dan mengejar para gadis. Dia tidak tertarik dengan matematika. Saat masih sekolah, ia bahkan tak masuk kelas aljabar.

Tapi malam itu, semuanya berubah. Padgett dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi gegar otak berat. "Aku ingat, kala itu segalanya terlihat funky, tapi saya pikir itu hanya efek narkotika penghilang rasa sakit yang mereka berikan kepadaku," kata dia.

Suatu pagi, ia terbangun dan menyalakan keran air. ""Dalam penglihatanku itu bentuknya mirip garis singgung (tangent line) meluncur turun," kata dia.

Sejak saat itu, dunia Padgett dipenuhi bentuk geometris dan gridlines.

Ia pun menjadi terobsesi dengan matematika dan kini terkenal dengan gambaran tentang formula seperti Pi.

Saat ditanya, ia mengaku ragu bahwa suatu ketika ia pernah tidak tahu apa itu gari singgung. "Saya merasa seperti dua orang yang berbeda. Ayah dan ibuku pun mengatakan, mereka seperti punya dua anak yang beda." (Ein)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya