Liputan6.com, Semarang - Rawa pening namanya. Tapi jangan bayangkan ini adalah sebuah rawa berlumpur dengan dominasi tanaman kangkung. Ini adalah sebuah danau yang lebih luas dibanding Sun Moon Lake, sebuah danau di Taiwan yang menjadi favorit kunjungan.
Sun Moon Lake memiliki luas 7,93 kilometer persegi. Bandingkan dengan Danau Rawa Pening ini yang luasnya kurang lebih 27 kilometer persegi!
Sebagaimana karakter danau, ada ada ketenangan dan kedamaian di Rawa Pening. Suasana ini sangat mengental ketika menyambut pagi hari. Menyongsong matahari dengan joran pancing, dengan galah dan dayung untuk melajukan perahu, sungguh menentramkan.
Baca Juga
Advertisement
"Saya kalau mancing tiba di sini selalu sebelum subuh. Nanti subuh saya tinggal sebentar, dilanjutkan lagi hingga matahari terbit," kata Rochmad, warga Semarang yang hobi mancing.Biasanya, usai salat subuh Rochmad akan mendapat berkah berupa ikan yang menggondol umpan panciangnya. Macam-macam jenisnya, mulai dari Nila, Mujair, Wader, Sepat, hingga ikan gabus yang sebenarnya tak banyak di Rawa Pening. Rochmad menyebutkan bahwa ikan-ikan itu kebanyakan tak dibawa pulang.
"Saya berikan ke anak-anak sekitar kampung situ. Usai mancing saya berangkat kerja, otak sudah fresh," kata Rochmad yang bekerja di sebuah tempat foto copy. Alasan Rochmad memancing agak jauh bukan karena ikan di Danau Rawa Pening lebih banyak dan lebih mudah. Transisi dari malam menuju matahari terbit, menawarkan sensasi damai tiada tara.
"Coba saja lihat di sana, meskipun mendung tapi deretan gunung Merbabu, gunung Telomoyo, juga bukit itu entah apa namanya, selalu tetap di sana. Selalu memberi damai seperti air Rawa Pening," kata Rochmad.
Folklore dan Keseimbangan Hidup
Damai dan terhindar dari sikap buru-buru juga dirasakan Nur Wahid. Warga Ambarawa ini selalu memulai kegiatannya sebelum matahari terbit. Ia setiap hari membersihkan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Selain untuk kelestarian Danau Rawa pening, juga untuk bahan kerajinan tangan.
"Saya juga pernah mendengar, Eceng Gondok ini bisa dijadikan pupuk dan biogas. Tapi saya belum pernah lihat," kata Nur Wahid.
Semangat Nur Wahid membersihkan Eceng Gondok tak melulu karena alasan ekonomi. Baginya, Rawa Pening adalah tempat dimana ia tumbuh dan besar. Di tempat yang akhirnya "dikuasai" Eceng Gondok ini, ia menghabiskan masa kecil dan remajanya.Rawa Pening berada di cekungan terendah antara gunung Merbabu dan gunung Telomoyo. Legenda Baruklinting menjadi folklore dan banyak yang meyakini kebenarannya. Keberadaan eceng gondok yang menutupi hampir 70% permukaan Rawa Pening mulai dilawan. Danau alam ini mulai direvitalisasi.
"Kita harus siapkan Rawa Pening sebagai obyek wisata air kelas dunia. Harus bergerak mulai sekarang. Nggak usah banyak omong tentang kewenangan. Kerjakan dengan ikhlas sebagai imbal balik kita dengan alam," kata Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat suatu ketika.Kini, setelah pembersihan gulma air mulai berjalan, harapan masyarakat mulai muncul, tinggal menunggu lembaga yang memiliki anggaran dan kekuasaan untuk membuat regulasi. Agar Rawa Pening selalu memberi damai.
"Iya mas, damai kami di tepi danau Rawa Pening ini. Yakni saat mancing," kata Rochmad.
Bahagia itu sederhana, bukan? Merasa damai dan menyatu dengan alam.
Advertisement