Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak mendekati level tertinggi dalam empat bulan pada perdagangan Rabu karena pelemahan dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang dunia.
Mengutip Reuters, Kamis (18/1/2018), harga emas di pasar spot bergerak naik 0,1 persen ke level US$ 1.339,44 per ounce pada pukul 1:58 siang. EST, mendekati level tertinggi yang dicetak pada Senin di US$ 1.344,44 per ounce.
Emas berjangka AS untuk pengiriman Februari juga ditutup naik US$ 2,10 atau 0,2 persen ke level US$ 1.339,20 per ounce.
Baca Juga
Advertisement
Dolar AS tertekan cukup dalam terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya. "Euro menekan dolar dan menjadi tenaga bagi emas," jelas analis U.S. Global Investors di San Antonio, Michael Matousek.
Harga emas telah naik sebesar 8 persen sejak pertengahan Desember, terangkat karena dolar AS melemah ke level terendah dalam tiga tahun terhadap sekeranjang mata uang utama.
"Untuk saat ini sepertinya emas berniat menantang level tertinggi 2017 di sekitar US$ 1.357," kata Daniel Ghali, analis komoditas di TD Securities di Toronto.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Emas Bakal Meroket di 2018
Harga emas akan melanjutkan penguatan pada 2018. Pendorong penguatan harga emas adalah suku bunga riil yang masih rendah dan juga ketidakpastian politik yang berlangsung di Amerika Serikat dan juga Eropa.
Bank yang berkantor pusat di Jerman, Commerzbank, memperkirakan rata-rata harga emas akan berada di kisaran US$ 1.325 per ounce pada tahun ini. Dengan rincian, untuk kuartal pertama dan kedua akan berada di US$ 1.300 per ounce dan pada kuartal ketiga dan keempat akan berada di kisaran US$ 1.350 per ounce.
Untuk diketahui, sepanjang tahun lalu, harga emas mampu naik 8 persen. "Harga emas akan berlanjut menguat dan kenaikan tersebut sudah dimulai sejak dua tahun lalu," jelas analis Commerzbank dalam risalahnya, seperti dikutip dari Kitco, Senin (15/1/2018).
Faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah kebijakan moneter dari beberapa bank sentral yang masih sangat longgar. Hal tersebut mendorong emas lebih memberikan imbal hasil yang memuaskan bagi investor.
"Hampir semua bank sentral utama masih memberikan suku bunga yang rendah," tulis risalah tersebut.
Selain itu, ketidakpastian politik juga masih membayangi harga emas. Ketidakpastian politik ini seperti pembentukan pemerintahan di Jerman dan juga pemilihan parlemen di Italia. Isu separatis Catalonia dan Brexit juga akan menjadi fokus pasar.
"Selain itu, tidak ada yang mengasumsikan pada tahun kedua pemerintahan Presiden Donald Trump bisa berjalan lancar," tulis Commerzbank.
Advertisement