Liputan6.com, Pyeongchang - Korea Utara dan Korea Selatan sepakat untuk pawai bersama di bawah bendera unifikasi Korea dalam Olimpiade Musim Dingin 2018, di Pyeongchang, Korea Selatan.
Mereka juga sepakat untuk menggabungkan tim hoki es perempuan dalam perhelatan olahraga bergengsi itu, yang akan digelar pada 9 hingga 25 Februari 2018.
Advertisement
Dua kesepakatan itu merupakan hasil dari pembicaraan yang dilakukan di Panmunjom, Demiliterized Zone (DMZ).
Bahkan sang Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meminta semua atlet Korea Selatan untuk berlatih di resor ski mewahnya, sebagaimana dikabarkan oleh The Inerta yang melansir kantor berita pemerintah Korea Utara KCNA, Rabu (17/1/2018).
Kim Jong-un mengundang para atlet untuk tinggal di Masik Pass -- resor ski mewahnya yang berada di dekat pesisir Wonsan, Korea Utara -- pada Rabu.
Ini adalah resor kontroversial sejak dibuka pada 2013.
Di sana kerap terlihat anak-anak di bawah umur yang membersihkan salju menggunakan sekop. Mereka membersihkan jalanan di sekitar resor agar lalu lintas tetap berjalan normal.
Kim Jong-un juga berada di Masik Pass ketika meluncurkan rudal balistiknya.
Di satu sisi, tiga snowboarder kelas dunia membatalkan perjalanan mereka ke Masik Pass setelah uji coba nuklir Korea Utara pada awal 2016. Namun, seorang snowboarder lain memutuskan untuk tetap menyambangi resor tersebut.
Saat sampai di lokasi, ia diwajibkan untuk meletakkan bunga di kaki patung raksasa Kim Jong-un agar diizinkan berkunjung.
Korea Utara dan Korea Selatan Pernah Bersatu Sebelumnya?
Penyatuan dua negara tersebut dalam beberapa turnamen kelas dunia bukan kali pertama terjadi.
Korea Utara dan Korea Selatan pernah "berbaris" di bawah satu bendera sebelumnya.
Pertama, di Kejuaraan Tenis Meja Dunia 1991 (World Table Tennis Championships).
Kedua, di Olimpiade Sydney pada 2000, dan mereka terus melakukannya di setiap pertandingan Olimpiade hingga 2006.
Jepang mendesak para atlet Korea Selatan untuk bersikap skeptis terhadap Korea Utara.
Mereka harus waspada apabila ada prospek rekonsiliasi di balik momen Olimpiade 2018.
Menteri Luar Negeri Jepang, Taro Kono, memperingatkan peserta pada sebuah pertemuan internasional agar tidak terpikat oleh "pesona" negara yang tertutup itu.
Advertisement