Liputan6.com, Jakarta - Apakah kamu termasuk yang lahir di tahun 1980-1997? Mahir dalam menggunakan teknologi dan media sosial? Maka kamulah yang disebut sebagai Generasi Milenial atau Generasi Y yang didefinisikan oleh Pew Research Center, Amerika Serikat.
Sesuai kriteria tersebut, Generasi Milenial saat ini sudah berada di rentang umur 18 hingga 37 tahun. Tentunya, ini adalah rentang umur yang cukup produktif. Dengan kata lain, para milenial sebagian besar sudah memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Dikenal juga sebagai generasi yang melek teknologi, cepat belajar, senang dengan hal praktis, gaya hidup yang lebih dinamis, dan kurang memikirkan rencana jangka panjang, Generasi Milenial tentu memiliki pola pikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya, termasuk soal cara mengatur keuangan atau penghasilannya.
Baca Juga
Advertisement
Sayangnya, seiring dengan gaya hidupnya yang dinamis, generasi ini terbelah menjadi dua, yaitu mereka yang paham soal edukasi finansial dan yang tidak.
Sebagian milenial lainnya mungkin sudah mendapatkan edukasi finansial yang cukup tentang mengelola uang untuk masa depan. Misalnya dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, atau dari orang tua. Sehingga, milenial dalam kelompok ini lebih bisa survive dan mampu mengatur keuangannya sesuai skala prioritas. Mana dana yang bisa digunakan untuk belanja, hangout, dan liburan, mana yang harus dialokasikan untuk kebutuhan internet, ongkos, cicilan, dan tabungan.
Namun, sebagian milenial lainnya bahkan tidak memiliki kemampuan untuk mengatur keuangannya dengan baik. Selain karena faktor pergaulan, ego dan gengsi pun turut mendukung milenial untuk menggunakan uang semaunya tanpa perencanaan yang baik, misalnya untuk traveling, belanja, dan sering hangout.
Untuk mengatasi hal itu, bagi kamu yang termasuk milenial, berikut adalah lima tips yang berguna untuk dapat mengatur keuanganmu dengan bijak, seperti yang dikutip dari Kredivo.com:
1. Tentukan tujuan dan rencana keuangan per bulannya
Sering mengalami kondisi uang sudah menipis padahal hari gajian masih jauh? Ini adalah salah satu tanda kalau kamu tidak punya rencana keuangan yang baik dan jelas per bulannya.
Maka dari itu, sebelum gajian tiba, usahakan untuk membuat rencana keuangan sesuai dengan skala prioritas kamu. Kamu bisa menerapkan formula bujet 50-30-20 ke dalam rencana atau anggaran keuangan.
Selanjutnya
50 persen adalah anggaran untuk kebutuhan wajib, 30 persen untuk kebutuhan pribadi, dan 20 persen untuk kebutuhan investasi atau finansial. Misalnya penghasilan kamu Rp 5 juta sebulan, alokasikan 50 persen atau sekitar Rp 2,5 juta untuk biaya kebutuhan sehari-hari seperti makan, sewa kos, ongkos, biaya listrik, dan air. Gunakan 30 persen atau sekitar Rp 1,5 juta untuk kebutuhan pribadi seperti hangout dan liburan. Lalu sisanya 20 persen atau sekitar Rp 1 juta, gunakan untuk tabungan, investasi, atau bayar cicilan.
Itu tentunya hanya gambaran kasar, kamu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan hidupmu sendiri. Kalau misalnya kebutuhan wajib sangat banyak, maka kamu bisa kurangi porsi untuk kebutuhan pribadi. Atau kalau cicilan yang kamu punya cukup banyak, maka hangout dan liburan bisa diperkecil bujetnya atau ditiadakan sementara waktu.
Kamu juga harus memiliki tujuan jangka panjang atas penghasilan yang kamu dapat. Misalnya, dalam 2 tahun kerja, kamu berencana ingin memiliki usaha sendiri atau bahkan kendaraan sendiri. Dengan adanya tujuan ini, kamu akan termotivasi untuk menyisihkan penghasilan untuk ditabung. Bisa menjaga diri juga agar tidak boros dan menghambur-hamburkan uang.
2. Alokasikan sebagian penghasilan untuk tabungan, investasi, dan asuransi
Tabungan, investasi, asuransi kesehatan, dan jaminan pensiun adalah 4 hal wajib yang harus masuk ke dalam rencana keuangan jangka panjang kamu.
Satu hal yang harus dipahami adalah bahwa kita tidak hanya hidup untuk hari ini. Ada hari tua dan masa depan yang harus dipikirkan kebutuhannya. Harga barang akan terus naik dan kebutuhan akan semakin banyak apalagi kalau memutuskan untuk berkeluarga, maka tabungan dan investasi sangat penting sifatnya.
Jadi, ada baiknya kalau kamu menempatkan prioritas kebutuhan pribadi dan finansial di level yang sama. Tentu akan lebih menyenangkan jika kamu bisa bergaul, hangout sana-sini sekaligus punya masa depan yang terjamin. Selain itu, kamu juga tidak tahu kapan kamu akan jatuh sakit, sehingga persiapkan asuransi kesehatanmu dari sekarang agar tidak kerepotan nantinya.
Untuk jaminan pensiun atau JHT, jika kamu pekerja kantoran, biasanya kantor akan membayar jaminan ini dengan memotong sekian persen dari penghasilan kamu. Kamu bisa memantau dengan cermat apakah pembayaran ini lancar dan pastikan bahwa jaminan pensiunmu sudah aktif. Sementara untuk investasi, kamu bisa memulainya dengan deposito atau reksa dana. Kalau suka tantangan, kamu bisa mencoba investasi saham.
Advertisement
3. Gunakan kartu kredit hanya untuk keperluan mendesak
Kartu kredit memang memiliki banyak manfaat untuk kebutuhan sehari-hari. Adanya program seperti diskon, cashback, poin rewards, membuat banyak milenial tertarik untuk punya kartu kredit.
Biasanya, sebagian dari milenial memiliki kartu kredit lebih dari 1. Mau belanja apa saja tinggal gesek, makan di mana saja tinggal gesek, tanpa sadar limit habis dan akhirnya gaji bulan depan habis untuk bayar utang kartu kredit.
Maka, penting untuk jadikan kartu kredit sebagai teman. Pakai seperlunya saja terutama untuk kebutuhan mendesak. Misalnya, paket internet sudah habis sebelum akhir bulan, maka kartu kredit bisa diandalkan.
Kalau kamu termasuk milenial yang belum memiliki kartu kredit karena pernah ditolak bank berkali-kali, atau bahkan tidak tertarik karena regulasinya yang ribet, sebaiknya jangan ajukan kartu kredit sebelum kondisi finansialmu stabil.
Untuk kebutuhan mendesak, kamu bisa mengandalkan program belanja cicilan tanpa kartu kredit. Misalnya, handphone hilang atau dicopet, untuk menggantikannya dengan yang baru dalam waktu singkat tanpa harus menghabiskan tabungan sekaligus, kamu bisa beli di toko online dengan cara cicilan tanpa dp dan tanpa kartu kredit.
4. Tentukan batas pengeluaran sesuai kebutuhan
Salah satu cara sederhana paling ampuh untuk mencegah keborosan adalah menentukan batas pengeluaran dengan mengatur bujet untuk setiap pos-pos pengeluaranmu. Sesuaikan dengan kebutuhan, misalnya kebutuhan hidup kamu untuk satu hari adalah Rp 100 ribu, maka siapkan uang Rp 150 ribu per harinya.
Gunakan yang Rp 100 ribu untuk ongkos dan sebagainya, dan simpan Rp 50 ribunya untuk kebutuhan mendadak yang mendesak. Misalnya, mendadak hujan dan kamu perlu naik taksi online, harganya pasti melonjak saat hujan, dengan begitu kamu punya cadangan uang ongkos lain di luar bujet harian.
Pembatasan uang tunai dalam dompet ini setidaknya bisa membantu mencegah kamu untuk beli barang atau jajan hal yang tidak penting. Sebelum memutuskan untuk belanja atau beli barang, kembalilah pada daftar prioritas yang telah kamu susun di awal. Usahakan jangan melenceng dari prioritas jika kamu ingin hidup aman dan sejahtera per bulannya, ya.
Advertisement
5. Kontrol gaya hidup dan pergaulan
YOLO atau You Only Live Once nampaknya telah menjadi slogan dari sebagian milenial saat ini. Berkembangnya media sosial yang pesat juga turut berdampak pada pergaulan dan gaya hidup milenial.
Makan di restoran atau tempat keren, ngopi di tempat mahal, pakai barang-barang branded demi sebuah foto atau feed yang bagus di Instagram atau media sosial lain, tidak jarang dilakukan oleh para milenial.
Apakah kamu salah satunya? Jika ya, maka kamu wajib mengurangi atau bahkan stop kebiasaan yang satu ini.
Salah satu hal yang mengancam penghasilan adalah gaya hidup yang tinggi dan tidak terkontrol. Memiliki standar atau gaya hidup sendiri sebenarnya cukup baik selama sesuai dengan kapasitas dan kondisi keuangan. Kalau tidak, ini yang merepotkan.
Jangan sampai kamu berutang hanya demi memenuhi gaya hidup dan pergaulan yang tidak ada habisnya. Oleh karena itu, kontrol dari sekarang, misalnya ngopi di tempat mahal hanya dua kali dalam sebulan, atau beli barang-barang sesuai kebutuhan saja bukan berdasarkan tren atau merek tertentu.