Jawa Timur KLB Difteri, Lebih dari 10 Juta Anak Bakal Diimunisasi

Putaran pertama imunisasi tambahan atau (ORI) difteri di Jawa Timur bakal digelar pada Februari 2018.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 18 Jan 2018, 14:00 WIB
Seorang paramedis menyiapkan vaksin difteri untuk diberikan kepada siswa di sebuah sekolah dasar pada hari pertama sebuah kampanye di Tangerang, Senin (11/12). (AP Photo / Tatan Syuflana)

Liputan6.com, Jakarta Sekitar 48 persen kasus difteri di Indonesia ditemukan di Jawa Timur. Guna menekan penularan, bakal ada imunisasi tambahan atau Outbreak Response Immunization (ORI) terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di Jawa Timur.

ORI difteri putaran pertama bakal dilakukan Februari 2018. Diperkirakan, sasaran ORI mencapai 10,7 juta anak usia 1 tahun sampai dengan kurang dari 19 tahun.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Untung Suseno, menekankan pentingnya ORI dalam penanggulangan KLB difteri di Jawa Timur. ORI dilakukan, kata Untung, untuk memutus mata rantai penularan, memberikan kekebalan, dan membentuk herd immunity (sebagian besar masyarakat terlindungi/kebal terhadap penyakit tertentu).

“Daerah di Pulau Jawa sangat berisiko untuk terjadinya KLB difteri karena kepadatan penduduk dan tingginya mobilitas penduduk,” ungkap Untung dalam rapat koordinasi pemantapan ORI difteri di Jawa Timur, mengutip rilis Kementerian Kesehatan yang diterima Liputan6.com Kamis (18/1/2018).

 

Saksikan juga video menarik berikut


ORI Butuh Dana Rp 89 M

vaksin Difteri. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Vaksin difteri untuk ORI akan dikirimkan pada minggu keempat Januari 2018. Kebutuhan dana mencapai Rp 89 miliar bakal ditanggung bersama antara pemerintah provinsi dan kabupaten kota.

Dalam kegiatan ORI, Kementerian Kesehatan menyediakan logistik vaksin kepada provinsi dan kabupaten/kota yang terdampak difteri.

PT Bio Farma selaku penyedia vaksin telah mengutamakan kebutuhan dalam negeri untuk pelaksanaan ORI dan mengurangi ekspor ke negara lain.

Pada kesempatan tersebut, Untung mengingatkan pentingnya coldchain sesuai standar untuk menjaga kualitas vaksin. Selain itu, dia menyarankan petugas imunisasi yang sudah dilatih di tingkat puskesmas maupun puskesmas pembantu agar jangan terlalu cepat dipindah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya