Liputan6.com, Jakarta - Di tengah perang Hamas vs Israel yang masih bergejolak, Pakar Timur Tengah di Chatham House menyebut China ingin memaikan peran diplomatiknya dengan menyerukan ketenangan dan deeskalasi.
"Tiongkok ingin memainkan peran diplomatik dengan menyerukan ketenangan dan deeskalasi dan pada saat yang sama menunjukkan dukungan kuat terhadap Palestina,” kata Sanam Vakil, pakar Timur Tengah di Chatham House yang berbasis di London.
Advertisement
"Ini harus dilihat secara oportunis," katanya.
Beijing juga dinilai mencoba membangkitkan emosi dalam masalah sensitif ini dengan mengusulkan “solusi dua negara” yang selanjutnya merusak upaya konsiliasi, dikutip dari thesingaporepost, Kamis (11/1/2024).
“Ketika orang-orang dibunuh, dibantai di jalanan, ini bukan waktunya untuk menyerukan solusi dua negara,” kata Yuval Waks, pejabat senior di kedutaan Israel di Beijing.
Tiongkok juga mengkritik Israel namun bersikap lunak terhadap Hamas karena berupaya menahan diri untuk tidak menyinggung negara-negara Arab.
Meskipun konflik kemanusiaan yang terjadi saat ini merugikan kepentingan ekonomi Tiongkok, pernyataan dan tindakan Beijing tampaknya tidak mempedulikan konflik tersebut, kata Pakar Tiongkok Gordon G. Chang.
"Xi Jinping tidak mempromosikan perdamaian di Timur Tengah. Dia malah terus mengobarkan perang,” kata Chang.
"Tindakan China dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa Tiongkok tidak hanya mendorong perang di Timur Tengah, namun juga mengetahui bahwa China juga melakukan hal tersebut," tambahnya.
Upaya China Kembangkan Pengaruhnya di Timur Tengah
Pandangan lainnya juga disampaikan oleh Jonathan Fulton, Associate Professor di Universitas Zayed Abu Dhabi. Ia mengatakan bahwa Beijing sedang berusaha mengembangkan pengaruhnya di Timur Tengah karena Tiongkok tidak dianggap sebagai mediator yang memenuhi syarat di wilayah tersebut.
“Tiongkok bukanlah aktor yang serius dalam masalah ini. Berbicara dengan masyarakat di kawasan ini, tidak ada yang mengharapkan Tiongkok berkontribusi terhadap solusi dari perang Hamas Vs Israel," kata Jonathan Fulton.
Selain alasan politik, pertumbuhan sektor senjata Tiongkok kemungkinan menjadi alasan lain mengapa Beijing bisa memicu konflik di Timur Tengah.
Pakar hubungan Tiongkok-Israel Carice Witte mengatakan “Tiongkok memiliki industri senjata yang luas. Berdasarkan definisinya, mereka tidak menjual senjata kepada entitas non-negara, mereka memang menjual senjata ke negara-negara di Timur Tengah,” katanya.
Selama perang Gaza, Hamas menggunakan senjata canggih Tiongkok, yang telah membuat marah Israel serta mereka yang mendukung Hamas.
Senjata modern Tiongkok yang ditemukan dari Gaza antara lain termasuk teleskop untuk senapan dan selongsong peluru M16, senapan mesin kaliber 50, alat pendengar dan radio militer taktis, serta bahan peledak canggih.
Advertisement
Teori Konspirasi di Masyarakat Tiongkok
Seorang pejabat intelijen Israel menyatakan keprihatinannya atas simpanan besar senjata dan perangkat komunikasi kelas atas Tiongkok.
“Ini merupakan kejutan besar karena sebelum perang, hubungan keduanya sangat baik, namun kami menemukan persenjataan China dalam jumlah besar dan pertanyaannya adalah, apakah persenjataan tersebut datang langsung dari Tiongkok ke Hamas atau tidak?," kata pejabat itu.
Jurnalis yang berbasis di Beijing, Mu Chunshan, mengatakan teori konspirasi sedang beredar di masyarakat Tiongkok, yang bersifat antisemit.
“Selama perang Gaza ini, banyak netizen China yang masih menyebarkan rumor antisemitisme tersebut. Sangat mudah untuk dicuci otak oleh teori konspirasi yang mengalir bebas di internet,” tulisnya.
Yaqiu Wang, direktur penelitian di lembaga pemikir Freedom House yang berbasis di Washington, mempertanyakan aliran bebas informasi yang menghasut tentang krisis Hamas-Israel di media sosial Tiongkok, di mana pesan dan postingan dikontrol, dipantau, dan disensor oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT).
Dia mengatakan itu berarti “perkataan kebencian yang tidak disensor mencerminkan keputusan rezim.”