Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) berencana mengimpor langsung Liqufied Petroleum Gas (LPG) dari perusahaan produsen. Langkah ini demi mendapat harga LPG yang jauh lebih murah.
Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, saat ini kandungan bahan baku LPG yaitu Propan (C3) dan Butan (C4) dari dalam negeri semakin menurun. Pertamina ingin mencari sumber lain dari luar negeri.
"Di domestik gas kita memang kandungan C3 C4 semakin bekurang," kata Massa, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (18/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Dia mengungkapkan, untuk mencari pasokan LPG di luar negeri, Pertamina akan membeli langsung ke perusahaan migas nasional (National Oil Company/NOC) yang menjadi produsen LPG. Cara ini sudah dilakukan perusahaan migas nasional Malaysia Petronas dalam pengadaan LPH.
"Kita coba sumber NOC ke NOC langsung direct ke mereka, kayak Petronas mereka mendapat barangnya pasti sehingga jadwal pengapalannya teratur," papar Massa.
Dia mengungkapkan, dengan membeli langsung ke perusahaan produsen maka pasokan LPG lebih pasti karena kontraknya jangka panjang. Selain itu jauh lebih efisien karena harganya lebih murah dibanding membeli dari pihak ketiga.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, Pertamina sudah melakukan pendekatan dengan Saudi Aramco, perusahaan migas nasional Arab Saudi.
"Ini kita coba kita dapat long term kontrak NOC ke NOC, saya bilang ke CEO Saudi Aramco kenapa saya tidak bisa long term direct?, kalau itu bisa jauh lebih efisien kapal kita punya tujuan pasti," tutup Massa.
7 Proyek Beroperasi, Produksi Migas RI Bertambah Tahun Ini
Indonesia akan mendapat tambahan produksi minyak dan gas bumi (migas) pada tahun ini. Sumbernya dari tujuh proyek migas yang baru berproduksi.
Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Arizon Suardin, dari tujuh proyek migas yang akan beroperasi pada 2018 menambah produksi minyak sebesar 7.500 barel per hari (Barel Oil Equivalent per Day/BOEPD) dan gas sebesar 140 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
"Untuk 2018, target on stream ada tujuh proyek dengan estimasi puncak produksi total, itu puncak ya, bukan rata-rata produksi," kata Jaffee, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (5/1/2018).
Perusahaan pencari migas atau Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang menyumbang tambahan produksi migas tahun ini diantaranya adalah, Medco EP indonesia, Medco EP Malaka di blok A gas development.
Pertamina Hulu Energi Offshore West Java (PHE ONWJ), Petrochina Jabung, PT Tropic Energi Pandan di Sriwijaya fase 2, Medco EP Indonesia, dan Pertamina EP .
Sedangkan untuk investasi hulu migas pada tahun ini mencapai US$ 12,6 miliar. Alokasi anggaran tersebut meningkat dibandingkan periode 2017 sebesar US$ 12,29 miliar. Hal ini seiring dengan membaiknya harga minyak dunia yang menyentuh level US$ 60 per barel.
Jaffee melanjutkan, berdasarkan rencana kerja dan anggaran 2018, kegiatan pencarian potensi migas (eksplorasi) direncanakan 39 sumur.
Kemudian seismic 2D itu sekitar 3.150 kilometer, dan seismic 3D sekitar 3.011 kilometer persegi. Secara keseluruhan biaya eksplorasi di tahun depan mencapai US$ 0,81 miliar.
"Total investasi keseluruhan di WP&B 2018 itu US$ 12,6 miliar. Untuk 2018 yang akan di-cost-recovery-kan targetnya US$ 10,05 miliar," dia menandaskan.
Advertisement