Liputan6.com, Banyumas - Hingga akhir pekan ketiga Januari 2018, Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Tengah menggelontorkan lebih dari 1.000 ton beras untuk operasi pasar (OP) di eks-Karesidenan Banyumas atau wilayah Jawa Tengah bagian barat selatan.
Namun, operasi pasar yang dilakukan Bulog itu tak mampu menurunkan harga beras medium yang kini bertengger di kisaran harga Rp 13 ribu - Rp 14 ribu per kilogram di pasar lokal.
Harga beras tetap tinggi. Operasi pasar hanya mampu menahan agar harga beras tak terus melambung tinggi.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Bulog Sub Divisi Regional (Divre) 4 Banyumas, Setio Wastono menerangkan, untuk menurunkan harga, dibutuhkan skala operasi pasar lebih luas dan jumlah beras yang lebih besar. Operasi pasar yang kini dilakukan pun hanya tingkat regional.
“Butuh beras lebih banyak. Kenaikan beras kan pengaruhnya nasional,” dia menjelaskan, Kamis, 18 Januari 2018.
Namun begitu, ia mengklaim operasi pasar bakal menjamin ketersediaan beras di pasaran empat kabupaten. Secara simultan, operasi pasar dilakukan di 31 pasar tradisional di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Purbalingga.
Operasi pasar di Kabupaten Banyumas, dilaksanakan di 18 pasar tradisional, Cilacap meliputi lima pasar tradisional, Purbalingga empat pasar tradisional, Adapun Kabupaten Banjarnegara empat pasar tradisional.
Operasi Pasar Beras Digelar hingga 31 Maret 2018
Selain ke pasar tradisional, Bulog juga menyebar beras OP ke pedagang langsung dengan jumlah secara keseluruhan mencapai 200 titik.
Ia pun menjamin, stok beras medium di gudang Bulog cukup untuk menggelar operasi pasar secara rutin.
Beras medium jenis IR 64 dijual kepada pedagang dengan harga Rp 8.000 per kilogram. Pedagang dapat menjual ke konsumen dengan harga di bawah harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 9.450.
Adapun konsumen yang membeli langsung dalam operasi pasar dapat memperoleh beras medium dengan harga Rp 8.500 per kilogram.
Setio mengemukakan, operasi pasar akan dilaksanakan hingga 31 Maret mendatang, atau bersamaan dengan berakhirnya musim panen raya di eks-Karesidenan Banyumas dan daerah-daerah lain di Jawa Tengah.
Diperkirakan, saat itu harga gabah dan beras telah turun setara HET atau malah di bawah HET. Pasalnya, saat itu, suplai gabah dan beras telah melimpah.
Advertisement
Eks-Karesidenan Banyumas Mulai Panen
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Kabupaten Banyumas, Widarso berpendapat, kenaikan harga beras di bulan Januari ini adalah sesuatu yang alami. Sebab, usai masa tanam kedua (MT 2) 2017, sebagian besar daerah di Indonesia mengistirahatkan sawah.
Sebab, serangan hama dan penyakit pada MT 2 2017 amat tinggi. Dua hama yang paling banyak menyerang adalah tikus dan wereng.
Dua hama ini pula yang menjadi pangkal penyebab menurunnya hasil panen pada MT 2 2017. Akibatnya, persediaan gabah di tingkat petani minim. Otomatis, harga pun naik signifikan.
Namun, ia pun mengakui, harga beras yang tinggi itu menguntungkan petani. Ia pun menjamin, meski berharga tinggi, persediaan beras di Banyumas masih dalam status aman.
“Kita mulai panen di spot-spot. Tidak menurunkan harga, tetapi menjamin ketersediaan beras di pasar,” Widarso menerangkan.
Di beberapa daerah lainnya, dalam skala lebih luas, padi di sawah petani sudah mulai menguning dan siap dipanen dalam waktu sepekan hingga dua pekan ke depan.
Saksikan video pilihan di bawah ini: