Liputan6.com, Jakarta - Harga emas sedikit di bawah tekanan pada perdagangan Kamis. Pendorong pelemahan harga emas ini adalah kenaikan nilai tukar dolar AS dan juga imbal hasil surat utang pemerintah AS.
Mengutip Reuters, Jumat (19/1/2018), harga emas di pasar spot tidak berubah atau tetap di US$ 1.327,61 per ounce pada pukul 01:49. siang waktu New York. Sebelumnya di sesi tersebut, harga emas menyentuh level terendah sejak 12 Januari di US$ 1.323,70 per ounce.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Februari turun US$ 12 atau 0,9 persen ke level US$ 1.327,20 per ounce.
Pada sesi sebelumnya, harga emas spot turun 0,8 persen, yang merupakan penurunan persentase harian terbesar sejak 7 Desember karena dolar AS melambung dari posisi terendah selama tiga tahun.
"Kami melihat bahwa hubungan antara dolar AS dan harga emas cukup stabil," kata Chris Gaffney, analis EverBank yang berbasis di St. Louis. Namun karena adanya kenaikan imbal hasil surat utang AS, emas mengalami tekanan.
Imbal hasil surat utang AS berjangka waktu 10 tahun mencapai level tertinggi sejak Maret 2017 pada 2,61 persen di perdagangan Eropa. Emas adalah aset yang tidak menghasilkan imbal hasil sehingga kenaikan yield pada pasar obligasi menekan harganya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Commerzbank: Harga Emas Bakal Meroket di 2018
Harga emas akan melanjutkan penguatan pada 2018. Pendorong penguatan harga emas adalah suku bunga riil yang masih rendah dan juga ketidakpastian politik yang berlangsung di Amerika Serikat dan juga Eropa.
Bank yang berkantor pusat di Jerman, Commerzbank, memperkirakan rata-rata harga emas akan berada di kisaran US$ 1.325 per ounce pada tahun ini. Dengan rincian, untuk kuartal pertama dan kedua akan berada di US$ 1.300 per ounce dan pada kuartal ketiga dan keempat akan berada di kisaran US$ 1.350 per ounce.
Untuk diketahui, sepanjang tahun lalu, harga emas mampu naik 8 persen. "Harga emas akan berlanjut menguat dan kenaikan tersebut sudah dimulai sejak dua tahun lalu," jelas analis Commerzbank dalam risalahnya, seperti dikutip dari Kitco.
Advertisement
Kebijakan Moneter Jadi Pendorong
Faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah kebijakan moneter dari beberapa bank sentral yang masih sangat longgar. Hal tersebut mendorong emas lebih memberikan imbal hasil yang memuaskan bagi investor.
"Hampir semua bank sentral utama masih memberikan suku bunga yang rendah," tulis risalah tersebut.
Selain itu, ketidakpastian politik juga masih membayangi harga emas. Ketidakpastian politik ini seperti pembentukan pemerintahan di Jerman dan juga pemilihan parlemen di Italia. Isu separatis Catalonia dan Brexit juga akan menjadi fokus pasar.
"Selain itu, tidak ada yang mengasumsikan pada tahun kedua pemerintahan Presiden Donald Trump bisa berjalan lancar," tulis Commerzbank.
Pembuat kebijakan moneter di AS diperkirakan terus menaikkan suku bunga di tahun ini, tetapi tidak akan menghalangi kenaikan harga emas.