Tumbuh Tipis, Belanja Iklan Televisi Capai Rp 97,45 Triliun

Dilihat secara industri, tim Adstensity mencatat, industri minuman dan personal care menguasai iklan televisi.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jan 2018, 14:51 WIB
Ilustrasi nonton televisi (Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Total belanja iklan televisi mencapai Rp 97,45 triliun pada 2017. Perolehan belanja iklan itu tumbuh tipis 0,43 persen dibandingkan dana belanja iklan 2016 sebesar Rp 97,03 triliun.

Hal itu berdasarkan monitoring iklan televisi (TVC) Adstensity, yang dikutip dari keterangan tertulis Jumat (19/1/2018). Tim Adstensity juga melihat hal menarik untuk perbandingan total titik iklan. Jumlah titik iklan yang tayang pada 2017 tercatat 3.322.418 titik iklan dibandingkan 2016 sekitar 3.656.290 titik iklan. Angka itu turun 10,05 persen.

Hal tersebut menjadi unik lantaran kenaikan harga iklan secara rata-rata menjadi tidak menarik bagi pengiklan. Semakin banyak pemasangan iklan yang dilakukan di media online dan media sosial yang juga menandakan ada alternatif pemasangan iklan di media selain stasiun televisi.

Kemudian dilihat dari brand yang beriklan di televisi sepanjang 2017, brand Walls merupakan brand dengan belanja iklan terbesar. Walls mengelaurkan biaya iklan televisi sebesar Rp 1,76 triliun dalam setahun.

Disusul Dove dengan biaya belanja iklan Rp 1,67 triliun sepanjang 2017. Kemudian Djarum dengan biaya iklan Rp 1,2 triliun. Posisi keempat dan kelima yaitu Pond's dan Clear dengan mengeluarkan biaya iklan masing-masing Rp 1,18 triliun.

Dari 10 besar, Adstensity mencatat 6 dari 10 top produk belanja iklan terbesar dalam belanja iklan 2017 merupakan produk keluaran Unilever. Produk itu antara lain Walls, Dove, Pond's, Clear, Pepsodent, dan Lifebuoy. Unilever sendiri keluarkan belanja iklan televisi Rp 7,94 triliun untuk enam produk tersebut.

Kalau dilihat dari industri, industri minuman dan personal care menguasai iklan televisi dengan masing-masing kontribusi 21,01 persen dan 20,43 persen dari total seluruh belanja iklan pada 2017.

Posisi ketiga yaitu industri makanan olahan dengan 11,40 persen, sektor farmasi di posisi keempat dengan kontribusi 6,66 persen, dan alat keperluan rumah tangga sebanyak lima persen.

Untuk industri rokok dan ritel berada pada peringkat keenam dan ketujuh masing-masing lima persen dan 4,5 persen. Disusul industri komputer dan gawai sebesar 3,43 persen di peringkat delapan. Sementara itu, industri makanan non olahan berada di peringkat sembilan dengan kontribusi 3,05 persen. Sedangkan posisi ke-10 ditempati industri penyedia jasa telekomunikasi dengan 2,61 persen.

Nilai belanja iklan industri minuman mencapai Rp 20,27 triliun pada 2017. Di psosi kedua personal care sebesar Rp 19,91 triliun untuk beriklan di televisi. Sedangkan posisi ketiga yaitu industri makanan olahan dan refined food dengan nilai Rp 11,11 triliun.

Industri farmasi dan rumah tanggan atau household di posisi keempat dan kelima dengan masing-masing dana belanja iklan Rp 4,87 triliun pada 2017.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Belanja Iklan dari Bisnis Tiket Online Tembus Rp 1 Triliun

Bagaimana cara agar mendapat harga terbaik dari tiket penerbangan? Ini triknya

Sebelumnya, total belanja iklan dari sektor online ticketing menembus Rp 1,17 triliun periode Januari-November 2017. Angka itu tumbuh 30,18 persen dari periode saham tahun lalu,

Kenaikan belanja iklan dari sektor online ticketing atau tiket online itu menunjukkan semakin banyaknya penyedia jasa online yang berbanding lurus dengan meningkatnya kebiasaan masyarakat untuk membeli tiket secara online.

Selain itu, gaya hidup yang cenderung serba internet kiat merambah semua aspek kebutuhan dan keperluan seseorang, tidak terkecuali ketika merencanakan liburan.

Masyarakat tidak lagi perlu antre dan pergi ke stasiun, bandara, terminal dan pelabuhan. Semua tiket bisa didapatkan secara online.

"Banyaknya liburan, baik karena gaya hidup milenial, maupun program destinasi unggulan, mendorong publik untuk rela mengeluarkan biaya tiket liburan daripada kebutuhan sekunder lainnya," ujar Sapto Anggor dari Adstensity, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa 12 Desember 2017.

Platform aplikasi e-commerce berbasis tiket memanfaatkan momentum dengan optimalkan kebutuhan traveling dan akomodasi.

Tim Adstensity mencatat, sejumlah titik iklan yang ada di televisi periode Januari-November 2017 tercatat ada 49.790 titik iklan online ticketing pada 2017. Angka itu naik 27,30 persen jika dibandingkan dengan titik iklan online ticketing periode Januari-November 2016 yang berada di 36.196 titik iklan.

Hasil monitoring iklan televisi Adstensity juga mencatat ada 12 merek yang terlihat mengiklankan produk di televisi selama Januari-November 2017. Traveloka mencatatkan posisi pertama untuk belanja iklan dengan total belanja iklan sebesar Rp 794,05 miliar. Jumlah itu mencakup sekitar 67,81 persen dari total belanja iklan televisi dari para pebisnis online ticketing.

Kemudian Agoda berada di posisi kedua dengan belanja iklan Rp 155 miliar. Ketiga, Misteraladin.com dengan total belanja iklan Rp 105,17 miliar. Selanjutnya Tiket.com dan Pegipegi.com yang masing-masing dengan total belanja iklan Rp 39,34 miliar dan Rp 39,14 miliar.

Untuk titik iklan, Traveloka tetap masih memimpin jauh di angka 37.544 titik iklan. Pesaingnya Agoda, Misteraladin.com, Pegipegi.com, Tiket.com masing-masing 4.865 titik iklan, 2.574 titik iklan, 2.137 titik iklan dan 1.269 titik iklan. Traveloka kuasai 75,4 persen dari keseluruhan titik iklan online ticketing di televisi mulai Januari-November 2017.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya