Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan membangun jaringan gas rumah tangga hingga 80 ribu sambungan pada 2018. Dengan begitu masyarakat yang mendapatkan bantuan tersebut dapat menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar rumah tangganya.
Pelaksana tugas Direktur Jendera Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Ego Syahrial mengatakan, pemerintah akan membangun jaringan gas (jargas) rumah tangga hingga 80 ribu sambungan pada 2018. Jumlah tersebut sedikit meningkat dibandingkan tahun lalu 78 ribu sambungan.
"Jargas tahun lalu 78 ribu, tahun ini 70 sampai 80 ribu," kata Ego, seperti yang dikutip di Jakarta, Sabtu (20/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Ego, pembangunan jaringan gas rumah tangga pada tahun ini di danai oleh Anggaran Pendapat Belanja Negara (APBN). Dengan besaran biaya seitar Rp 12 juta per sambungan rumah tangga.
"Kalau enggak salah satu sambungan Rp 12 juta. Tergantung area. Tapi more or less segitu," tutur dia.
Wilayah yang menjadi sasaran pembangunan jaringan gas rumah tangga adalah yang terdapat sumber gas, salah satunya Cirebon. Dengan terbangunnya jaringan gas ini, masyarakat menggunakan gas bumi sebagai bahan bakar rumah tangganya dan meninggalkan penggunaan Liquifed Petroleum Gas (LPG).
Salah satunya Cirebon, yang pasti dekat sumber. Di satu sisi kita ke gas, jargas ataupun apalah sifatnya bangkitkan gas," tutur Ego.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pakai Gas Bumi, Industri Bisa Hemat Biaya 40 Persen
Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) menyatakan, penggunaan bahan bakar gas bumi di sektor industri, akan menghemat biaya produksi hingga 40 persen. Perusahaan terus memperkenalkan manfaat gas bumi, terutama kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Dengan beralih ke gas bumi PGN, industri dapat menekan biaya produksinya hingga 40 persen dari penghematan konsumsi bahan bakar,” kata Division Head of Corporate Communication PGN, Desy Anggia dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu 12 November 2017.
Desy menambahkan, saat ini semakin banyak industri dalam negeri beralih ke bahan bakar gas bumi. Sebab, gas bumi memiliki banyak manfaat. Selain bersih, aman, dan efisien, ketersediaannya pun terjamin.
Sebagai contoh, PT Fajar Surya Tridasa di Bekasi. Pabrik kertas di Indonesia ini memilih beralih dari bahan bakar liquefied petroleum gas (LPG) ke gas bumi dari PGN pada pertengahan tahun lalu karena harganya lebih murah.
“Dengan beralih ke gas bumi, produsen kertas ini bisa efisien sekitar 40 persen dibanding sebelumnya menggunakan LPG," ujarnya.
Keuntungan lain mengonsumsi gas bumi, diakuinya, adanya beragam penyaluran gas. Tidak lagi terbatas pada penyaluran melalui pipa saja, melainkan pemanfaatan gas dengan metode lain, seperti CNG (Compressed Natural Gas).
“Pelaku industri menengah dan ke bawah, seperti restoran dan hotel tetap bisa menikmati gas meski tidak ada sambungan ke jaringan pipa gas karena ada dalam bentuk CNG yang diantar ke pelanggan dengan kendaraan khusus,” kata dia.
Perusahaan, sambungnya, juga memperluas manfaat gas dengan menyasar penyaluran gas untuk UMKM dengan konsep food truck. Food truck ini dilengkapi dengan pengering, kompor, pendingin ruangan, dan generator listrik yang berbahan bakar gas bumi.
Pemanfaatan gas bumi dalam bentuk CNG juga disalurkan untuk transportasi atau disebut GasKu. Program ini merupakan layanan penyaluran gas bumi untuk transportasi dengan menggunakan konverter kit.
“Ini semua upaya kami untuk mengoptimalkan program Smart Energy, yakni bagaimana mengelola dan memanfaatkan energi secara efektif dan efisien,” jelas Desy.
Advertisement