Liputan6.com, Jakarta - Keputusan pemerintah untuk mengimpor garam industri sebanyak 3,7 juta ton menjadi perhatian publik saat ini. Hal ini mencengangkan, lantaran Indonesia merupakan negara yang didominasi oleh perairan atau laut.
Terlepas dari itu, garam konsumsi seharusnya juga mesti mendapat perhatian. Pasalnya, garam konsumsi harganya masih terpantau tinggi saat ini.
Advertisement
Ade, pedagang di Pasar Kebayoran Lama mengatakan, harga garam sendiri sebetulnya masih terhitung tinggi. Tingginya harga garam sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu saat heboh kelangkaan pasokan garam.
Mulanya, Ade menjual garam dengan merek Cap Segitiga Emas dengan berat sekitaran 2 ons seharga Rp 1.000. Kala itu, harganya sempat naik hingga Rp 3.000-Rp 4.000. Saat ini, garam tersebut harganya sekitar Rp 2.000 hingga Rp 2.500. Artinya, harga garam belum kembali ke posisi semula.
"Garam naiknya dari dulu, sudah turun tapi beda dengan yang dulu," kata dia kepada Liputan6.com di Pasar Kebayoran Lama Jakarta, Senin (22/1/2018).
Namun, Ade mengaku garam tetap laku lantaran garam merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. "Beras dan garam sama tetap laku aja. Namanya kebutuhan pokok. Garam waktu itu mahal tetap habis, karena banyak yang cari," jelasnya.
Namun, Ade menyayangkan lantaran Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan yang luas namun masih kesulitan garam. Bahkan, pihaknya juga heran dengan keputusan pemerintah untuk impor garam walaupun untuk industri.
"Padahal Indonesia kan perairan terbesar. Lebih luas laut daripada darat kenapa harus impor. Terkenal maritim kelautan," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Arif. Dia mengatakan, tingginya harga garam sudah lama tapi tak kunjung turun. Garam dengan ukuran sekitaran setengah kg sekarang dijual Rp 5.000. Sebelumnya, harganya hanya Rp 2.500.
"Garam sudah lama, tapi enggak turun-turun. Sekarang Rp 5.000, sebelumnya Rp 2.500. Itu juga pernah naik jadi Rp 7.000," tukasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Impor garam
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meminta kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk tidak mempersulit impor garam. Pada 2017, impor garam terhambat karena rekomendasi dari KKP tak kunjung terbit.
Darmin mengatakan, dalam rapat koordinasi (rakor) lintas kementerian dengan pokok bahasan impor garam yang diprakarsai oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, diputuskan bahwa pemerintah akan mempermudah proses impor garam.
"Tadi rakor mengenai garam industri. Rapat ini atas permintaan Menteri Perdagangan. Jadi ada keputusan bahwa impor garam dipermudah," kata Darmin, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (19/1/2018).
Darmin pun mengingatkan, agar masalah sulitnya impor garam industri pada tahun lalu tidak terulang pada tahun ini. Pada 2017 impor garam industri terhambat karena rekomendasi yang tidak kunjung diterbitkan oleh KKP.
"Ya kita bilang itu nanti jangan sampai terulang lagi kejadian seperti tahun-tahun kemarin. Dilihat situasinya, jangan tidak keluar-keluar rekomendasinya," tutur Darmin.
Berdasarkan aturan, impor garam membutuhkan rekomendasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan. Namun, yang mengetahui kebutuhan garam industri adalah Kementerian Perindustrian. Dia pun menegaskan agar dibedakan garam industri dan garam konsumsi.
"Kalau secara aturan impor garam industri itu memang perlu rekomendasi Menteri KKP. Persoalannya, industri itu yang tahu adalah Menteri Perindustrian. karena pemakainya Menteri Perindustrian. Kenapa? karena ini garam industri, bukan garam dapur yang kita kenal itu. Jadi tolong dibedakan betul," tutupnya.
Advertisement