Wajah Letih Bayi Cantik Usai Dijual Ibu Kandungnya

FM tega menjual anak kandungnya bayi berparas cantik, untuk memenuhi kebutuhannya mengonsumsi narkoba.

oleh Nefri Inge diperbarui 22 Jan 2018, 03:01 WIB
Bayi AA yang dijual ibu kandungnya seharga Rp 20 Juta (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Perjalanan hidup AA (3), bayi cantik yang dijual ibu kandungnya, FM (42) pada akhir Desember 2017, penuh dengan lika-liku. Setelah berpindah tangan dari ibunya ke Jaka, warga Serang, Banten, akhirnya bayi perempuan ini bisa kembali bertemu keluarganya.

Anak keenam (sebelumnya ditulis anak kelima) pasangan Junaidi (43) dan FM yang tinggal di Jalan Ali Gatmir, Kelurahan 13 Ilir, Kecamatan IT II, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), hampir berpisah selamanya dari keluarganya.

Ulah sang ibu yang ketegantungan narkoba membuat bayi cantik ini harus berpindah tempat tingga dari Palembang ke Banten.

Saat AA dikembalikan ke rumah orangtuanya, terlihat wajah letih bayi yang dijual seharga Rp 20 juta ini. Ekspresi wajah AA terlihat letih, karena berpindah-pindah tempat tinggal selama satu bulan ini.

Kanit Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Palembang, Ipda Henny Kristianingsih mengatakan, kondisi bayi cantik ini masih sehat.

Bayi AA dievakuasi dari rumah Jaka, di KP Kibabang, Kelurahan Gembor Udik, Kecamatan Cikande, Serang, Banten, pada Sabtu, 13 Januari 2018.

"Waktu kami evakuasi dari rumah Jaka, dia masih sehat dan lincah. Selama perjalanan, bayi AA tidak pernah menangis," ujarnya kepada Liputan6.com, Minggu, 21 Januari 2018.

 


Ibunda Positif Narkoba

Kanit PPA Satreskrim Polresta Palembang mengembalikan bayi AA ke keluarganya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Bayi AA terpisah dari ayahnya dari bulan Desember 2017, saat dijual ibu kandungnya. Barulah di pertengahan Januari ini bisa kembali lagi ke pangkuan ayahnya.

Kendati terbukti menjual anaknya, Polresta Palembang menegaskan aksi tersangka tidak ada kaitannya dengan jaringan perdagangan manusia.

Tindakan FM murni dilatarbelakangi karena masalah perekonomian. Pembeli AA juga sudah diperiksa untuk melengkapi data kasus ini.

"Jaka hanya menginginkan punya anak, karena sudah lama menikah, tapi belum dikaruniai keturunan. Jadi masih kita korek keterangan saja sebagai saksi," katanya.

Sedangkan sang ibu, terbukti menggunakan uang penjualan AA untuk membeli narkoba jenis sabu. Hasil laboratorium menunjukkan FM positif menggunakan narkoba.

Uang tersebut juga digunakan FM untuk kebutuhan hidupnya sendiri, mulai dari membayar kontrakan rumah selama berpindah tempat tinggal, hingga membeli pakaian dan sepatu baru.

 

 


Tekanan Ekonomi Keluarga

Junaidi, ayah AA yang tak menyangka dengan perbuatan istrinya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Ayah AA, Junaidi, tidak menyangka sang istri tega menjual anak bungsunya demi membeli narkoba.

Selama ini dia tidak mengetahui FM ketergantungan barang haram tersebut. Di matanya, sang istri adalah ibu yang sangat telaten menjaga anak-anaknya. FM juga jarang keluar jauh-jauh dari rumah.

"Saya baru tahu dari kasus ini, kalau dia pengguna narkoba. Sehari-hari FM di rumah saja, sedangkan saya bekerja. Jadi saya tidak tahu apa saja kegiatannya," katanya.

Junaidi juga membantah dia dan sang istri sudah bercerai. Walau sering bertengkar, namun mereka masih sah sebagai suami istri. Bahkan seusai menjual anaknya, FM kembali lagi ke rumahnya dan sempat ditanyai oleh Junaidi perihal keberadaan anaknya.

Junaidi awalnya tidak curiga kemana sang anak. Karena saat pulang ke rumah, FM hanya sendirian dan tidak membawa AA.

"Sebelum dia menghilang lagi, saya tanya di mana AA. FM cuma bilang AA dititip sama temannya bernama Jaka. Saya terus tanya keberadaan AA, jawabannya itu-itu terus," ucapnya.

Namun lama-lama dirinya merasa ada yang aneh dengan istrinya. Terlebih setelah pulang tanpa anaknya, FM langsung menghilang dari rumah dan baru ditemukan beberapa minggu kemudian.


Mudah Bergaul

Kondisi rumah bayi AA yang dihuni oleh ayah dan saudara kandungnya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Dia bahkan bingung saat FM tidak ada di rumah bersama AA. Padahal beberapa hari sebelumnya, komunikasi mereka lancar saja dan tidak ada keributan.

Saat disinggung tentang penghasilan yang minim, Junaidi mengakuinya. Sehari-hari, dirinya hanya bekerja paruh waktu sebagai kuli kasar, bahkan sering kerja serabutan.

"Penghasilan saya Rp70 ribu sehari Pak. Ya mungkin karena itu, dia nekat menjual AA. Saya saja masih tidak percaya sampai sekarang, karena FM itu sangat sayang dan baik dengan anak-anaknya,"katanya.

Muhammad Heriadi , Ketua RW 01 Kecamatan IT II Palembang menilai pribadi FM sebagai tetangga yang mudah bergaul dan tidak menutup diri dengan orang di sekitarnya.

"Tidak menyangka aja FM nekat menjual anaknya. Tapi memang mereka termasuk keluarga dengan tingkat perekonomian rendah," ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Junaidi bahkan sering ikut kerja bersama dirinya. Berbagai pekerjaan dilakoninya, salah satunya penjaga parkir di pinggir jalan.

"Kalau ribut besar, mereka tidak pernah. Tapi memang beberapa kali dengar mereka adu argumen saja. Namun itu hal biasa dalam rumah tangga," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya