Panji Terjun ke Sungai Dekati Sarang Buaya Berkalung Ban, Lalu...

Buaya berkalung ban itu sempat terlihat. Panji Petualang lalu memberi umpan ayam hidup. Berhasilkah upaya tersebut?

Oleh JawaPos.com diperbarui 22 Jan 2018, 14:00 WIB
Panji Petualang loncat ke Sungai Palu, Sulawesi Tengah, untuk memastikan ada tidaknya buaya berkalung ban. (Foto: Dite Surendra/Jawa Pos)

Palu - Penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang dilakukan aktivis pencinta satwa, Panji Petualang, dan tim Jawa Pos Group nyaris berhasil pada Minggu sore, 21 Januari 2018.

Panji sebenarnya berhasil mendekat ke sarang buaya malang itu. Namun, buaya itu terganggu dengan kerumunan warga dan lari ke muara.

Buaya muara itu memang selama ini kerap ditemukan di sekitar reruntuhan jembatan yang tak jauh dari Jembatan Dua Sungai Palu. Panji dan tim Jawa Pos Group dengan dibantu personel Ditpolair Polda Sulawesi Tengah sebenarnya berhasil menyergap rumah itu.

Buaya berkalung ban itu sempat terlihat. Pemuda bernama lengkap Muhammad Panji itu lalu memberi umpan ayam hidup.

Cukup lama untuk memancing buaya itu untuk mau melahap ayam yang telah disiapkan. Buaya malang itu sempat muncul ke permukaan. Namun, teriakan warga rupanya mengganggunya. Buaya tersebut kemudian masuk lagi ke dalam sungai.

Panji yang terkenal setelah berperan sebagai pawang dan penjinak hewan di sebuah acara televisi itu tak menyerah. Pemuda yang kini genap berusia 28 tahun itu tetap menunggu di atas perahu. Sesekali turun ke reruntuhan jembatan.

Hampir dua jam, pemuda asal Purwakarta, Jawa Barat, itu menunggu buaya muncul ke permukaan air. Sampai akhirnya kemudian Panji nekat masuk ke sungai untuk memastikan ada tidaknya keberadaan buaya di sekitar reruntuhan jembatan.

"Ternyata sudah tidak ada," ucap Panji, dikutip JawaPos.com, Minggu, 21 Januari 2018.

Minggu sekitar pukul 15.00 Wita, tim penyelamat mendapat informasi dari warga bahwa buaya tersebut melintas di atas Jembatan Satu, atau biasa dikenal dengan nama Jembatan Gajah Mada.

Foto yang diambil pada tanggal 4 November 2016 ini menunjukkan seekor buaya berjemur dipinggir sungai dengan kondisi lehernya terlilit ban di Palu, Sulawesi Tengah. Sudah lebih dari setahun ban itu masih belum lepas dari leher buaya. (AFP Photo/Arfa)
Panji menduga buaya itu akan mengarah ke muara untuk mencari tempat yang tenang. Mengetahui buruannya lepas, Panji dan tim mengarah ke Jembatan Satu. Lalu dilanjutkan ke Jembatan Dua dan terakhir ke Jembatan Empat dekat muara.

Hasilnya ternyata nihil dan operasi penyelamatan buaya berkalung ban pun diakhiri. "Kita akan cek lagi malam hari apakah dia kembali ke rumahnya lagi atau tidak," ujar Panji.

Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.

 

 


Dukung Panji, Ditpolair Kerahkan Tim

Panji Petualang berkoordinasi dengan AKBP Yudi Gunawan (dua dari kanan) petugas Polairud Sulawesi Tengah, untuk membebaskan buaya berkalung ban. (Foto: Dite Surendra/Jawa Pos)

Upaya penyelamatan buaya berkalung ban yang ada di Sungai Palu mendapatkan dukungan penuh dari Direktorat Polisi Air (Ditpolair) Polda Sulawesi Tengah. Mereka mengerahkan personel beserta perahu karet untuk mempermudah evakuasi di tengah sungai.

Wadirpolair, AKBP Yudi Gunawan, bahkan memimpin langsung pasukannya untuk mendukung proses evakuasi yang dilakukan Panji Petualang bersama Jawa Pos. Satu perahu karet disiapkan Yudi untuk ditumpangi Panji dan tim ke tengah Sungai.

Perahu itu cukup membantu upaya evakuasi. Panji menaiki perahu itu tanpa menyalakan motor tempel. Perahu dibawa ke tengah dengan tali tambang yang dibentangkan dari sisi timur dan barat sungai.

"Karena kalau menyalakan motor, buaya takutnya malah lari," ujar Panji.


Buaya Mondar-mandir

Panji Petualang berkoordinasi dengan AKBP Yudi Gunawan dan JC Lagonda (kanan) petugas Polairud Sulawesi Tengah untuk membebaskan buaya berkalung ban. (Foto: Dite Surendra/Jawa Pos)

Buaya berkalung ban itu sendiri sejak pagi mondar-mandir di sekitar reruntuhan jembatan yang tak jauh dari Jembatan II Sungai Palu.

"Sepertinya itu memang rumahnya," terang pria asal Purwakarta itu. Reruntuhan jembatan itu sendiri berada di tengah sungai.

Untuk menuju ke tengah sungai dengan perahu tanpa menghidupkan motor cukup penuh tantangan. Sebab, aliran Sungai Palu lumayan deras.

Anggota Ditpolair awalnya harus menyeberangi sungai untuk membentangkan tali tambang. Setelah tali tambang terbentang dari barat ke timur, perahu kemudian didekatkan ke reruntuhan jembatan.

Sebenarnya strategi Panji ini lumayan efektif. Buaya sempat tidak tahu bahwa ada orang yang mendekatinya.

Sayangnya, kerumunan warga menjadi penghambat. Begitu Panji mendekat ke buaya, tak sedikit warga yang berteriak-teriak. Buaya malang itu pun akhirnya masuk lagi ke dalam air dan kabur dari reruntuhan jembatan.

Sebelumnya, Jawa Pos bersama Radar Sulteng menghadirkan Panji Petualang untuk mengevakuasi buaya berkalung ban di Sungai Palu. Buaya itu sebenarnya sudah lama mengalami nasib sial. Berbagai upaya evakuasi coba dilakukan, tapi belum berhasil.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya