Riset: 37 Persen Tenaga Kerja Dunia Adalah Pekerja Mobile

Riset dan penelitian ISS bersama CIFS mendapati bahwa jumlah pekerja mobile mencapai 1,3 miliar atau 37 persen dari total tenaga kerja dunia

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 22 Jan 2018, 18:48 WIB
Group ISS Chief Marketing Officer/Head of Group Marketing Peter Ankerstjerne, yang juga Anggota Dewan Penasihat International Facility Management Association (kiri) dan Presiden Direktur dan CEO ISS Indonesia Elisa Lumbantoruan (kanan) saat jadi pembicara

Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan inovasi teknologi yang begitu pesat dan pengaruh gaya hidup generasi milenial yang semakin kuat telah mengubah lanskap bisnis dunia dan berdampak nyata terhadap beragam industri maupun terhadap cara dan tempat bekerja.

Transformasi dinamis yang terutama dipengaruhi oleh globalisasi dan didukung oleh kemajuan teknologi serta pesatnya industri e-commerce, menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan di bidang jasa, termasuk jasa facility management.

Riset dan penelitian yang dilakukan ISS bersama Copenhagen Institute for Future Studies (CIFS) berjudul “The Future of Work, Workforce, and Workplace” mendapati bahwa jumlah pekerja mobile atau pekerja yang tak hanya duduk di kantor mencapai 1,3 miliar atau 37 persen dari total tenaga kerja di dunia.

Di sisi lain, hanya 50 persen meja-meja kantor yang terisi dan 60 persen pengambil kebijakan di perusahaan-perusahaan mengungkapkan penurunan pada kebutuhan ruang kantor.

Penelitian yang melibatkan wawancara ini juga menemukan bahwa hanya 25 persen pekerja yang terkoneksi dengan misinya dan 15 persen yang merasa terikat dengan kantor.

Group ISS Chief Marketing Officer/Head of Group Marketing Peter Ankerstjerne, yang juga Anggota Dewan Penasihat Asosiasi International Facility Management (International Facility Management Association/IFMA) memaparkan, mengingat dinamika yang akan semakin cepat pada masa depan, maka tantangan utama bagi bisnis di masa depan adalah untuk memastikan agar ikatan (engagement) antara pekerja dan perusahaan tetap solid.

"Semakin karyawan merasa terikat dengan perusahaan, agar menjadi semakin produktif dan inovatif," jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (22/1/2018).

Cara maupun tempat orang bekerja akan sangat berbeda pada 2020 mendatang. Dunia kerja akan penuh dengan ketidakpastian (volatile), kompleks, dan ambigu. Hal-hal tersebut dipicu oleh kemajuan teknologi.

"Selain itu, jenis pekerjaan juga akan semakin beragam dan bersifat mobile, diiringi dengan meningkatnya kebutuhan terhadap tenaga kerja spesialis,” jelas Peter.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ruang Perkantoran Berevolusi

Group ISS Chief Marketing Officer/Head of Group Marketing Peter Ankerstjerne, yang juga Anggota Dewan Penasihat International Facility Management Association memaparkan hasil riset berjudul “The Future of Work, Workforce, and Workplace”

Evolusi juga terjadi pada tren ruang perkantoran dari yang sifatnya formal (corporate office) beralih ke ruang kerja berbasis aktivitas (activity based office).

Bahkan di masa depan, akan terdapat tempat bekerja yang dapat memberikan pengalaman berbeda (experience based).

Tempat bekerja tidak lagi mencakup ruang atau meja perkantoran, dan tak terbatasi oleh ruang dan waktu. Tempat bekerja tak lagi sekadar sebatas fasilitas, tapi sebuah pengalaman.

Dengan begitu, pada masa depan, tempat bekerja akan semakin banyak ditemukan di tempat umum, seperti kafe atau kedai kopi, ruang kerja virtual (co-working space), bahkan juga di rumah.

“Menyikapi tren tersebut, maka penyedia jasa facility management memiliki peran utama dalam menciptakan tempat bekerja yang mampu memenuhi strategi perusahaan atau klien, lingkungan kerja yang menyenangkan, sehingga menggugah karyawan untuk bekerja dan mendorong engagement, menghasilkan efisiensi biaya yang berkelanjutan serta membantu perusahaan membentuk masa depan,” tambah Peter.


Era Disruptive

Presiden Direktur dan CEO ISS Indonesia Elisa Lumbantoruan memberikan sambutan pada acara “ISS Business Forum: The Workplace of The Future”.

Sementara itu, Presiden Direktur dan CEO ISS Indonesia Elisa Lumbantoruan mengatakan, era disruptive saat ini berlangsung di seluruh dunia termasuk di Indonesia, sehingga menjadi tantangan bagi bisnis dan dunia kerja.

Sejak 2010, ISS secara konsisten terus melakukan riset mengenai industri facility management dan dunia kerja pada masa depan, termasuk bagaimana cara dan tempat orang bekerja akan jauh berbeda dari beberapa tahun terakhir.

"Mengandalkan pengalaman kami dalam industri facility management, maka kami dapat menjadi mitra utama bagi para klien dalam menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pengalaman berbeda sekaligus membangun engagement,” jelas Elisa.


Banyak Peluang

CEO ISS Indonesia, Elisa Lumbantoruan saat berkunjung ke Liputan6.com, Jakarta, Selasa (9/8/2016). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

EVP-Key Account Director ISS Indonesia Faisal Muzakki menambahkan, perkembangan teknologi memang telah mengubah dunia bisnis. Sejumlah pekerjaan pada masa depan akan hilang digantikan oleh mesin. Kendati demikian, kehadiran teknologi juga mendatangkan lebih banyak peluang pada masa mendatang.

“Kehadiran teknologi merupakan contoh nyata yang dapat memberikan lebih banyak peluang pada masa mendatang. Menjamurnya industri e-commerce dan area kerja virtual (co-working space) di kota-kota besar, merupakan peluang besar di mana ISS bisa menjalin kemitraan sekaligus fasilitator dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sekaligus bernilai tambah melalui pengalaman service with the human touch bagi pengguna/end-user,” tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya