Indonesia akan Alami Gerhana Bulan, Ini Imbauan Kemenag

Hampir seluruh kawasan Indonesia dapat mengamati Gerhana Bulan Total. Puncak gerhana akan terjadi pukul 20:29:49 WIB.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 22 Jan 2018, 22:47 WIB
Gerhana bulan parsial (penumbra) tampak di langit kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (8/8). Fase Gerhana Bulan Sebagian dari muncul hingga gerhana berakhir diperkirakan dimulai pukul 22.48 WIB dan berakhir 03.52 WIB. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Jakarta - Gerhana Bulan Total (GBT) bakal terjadi di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Momen itu akan jatuh pada Rabu 31 Januari 2018 mendatang atau bertepatan tanggal 14 Jumadil Ula 1439 H.

Warga muslim diimbau melaksanakan ibadah salat gerhana bulan atau salat khusuf. Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Muhammadiyah Amin, mengatakan gerhana bulan total akan terjadi mulai pukul 18.48 WIB. Fenomena alam tersebut dapat disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia.

"Hampir seluruh kawasan Indonesia dapat mengamati Gerhana Bulan Total ini. Puncak gerhana akan terjadi pukul 20:29:49 WIB, dan akhir gerhana pukul 22:11:11 WIB," ujar Amin melalui keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (22/1/2018).

Terkait fenomena alam itu, lanjut Amin, Kementerian Agama mengimbau seluruh umat Islam melakukan salat sunnah gerhana bulan secara berjamaah. Warga juga diimbau zikir, istighfar, sedekah, dan beramal baik lainnya.

"Di samping itu kami mengimbau agar umat Islam berdoa untuk keselamatan bangsa dan negara," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini


Teropong Lensa Bekas

Mahalnya harga teropong bintang membuat hanya segelintir orang yang bisa menikmatinya. Jelang gerhana bulan yang diprediksi terjadi pada akhir Januari, Sunardi berinisiatif menciptakan teropong bintang sendiri.

"Kalau beli mahal sekali dan teropong bintang memang hanya oleh kalangan tertentu," ujar Sunardi kepada Liputan6.com, Minggu, 21 Januari 2018.

Bersama teman-temannya, Sunardi yang juga aktif dalam Cirebon Astronomi membuat teropong bintang dengan memanfaatkan paralon bekas. Ia memanfaatkan ilmu pengetahuan yang didapat dari internet.

"Jadi kesannya tidak mesti eksklusif harus ke Boscha dulu atau beli teropong dengan harga mahal," kata dia.

Selain dari paralon bekas, bahan teropong bintang yang dibuat Sunardi juga memanfaatkan lensa bekas mesin fotokopi berdiameter standar 7 cm, lensa okuler yang mudah ditemukan baik dari mikroskop hingga lensa CCTV.

Selanjutnya, sambungan pipa baik yang berukuran sama 2,5 inci maupun berbeda 2 x 1 inci. Untuk membuat dan mengatur fokus pada objek yang dituju, Sunardi memanfaatkan dua roda mobil mainan yang diberi gir terbuat dari plastik.

"Ada juga cakram hard disk untuk memantulkan bayangan," ujar dia.

Satu per satu bahan teropong dirakitnya sendiri. Hasilnya, kata dia, tidak jauh berbeda dengan teropong asli di Boscha atau yang sudah dijual bebas.

"Sebelum pakai lensa bekas mesin fotokopi, saya buat dengan lensa kacamata," ujar Sunardi.

Sunardi mengaku memiliki kepuasan saat bisa berbagi ilmu pengetahuan tentang galaksi melalui teropong yang dirakitnya sendiri. Teropong rakitannya bahkan selalu digunakan untuk memantau hilal datangnya Ramadan.

"Selain kepuasan, ada kreasi tersendiri. Selain itu, kita bisa tahu trial and eror-nya di mana. Kalau beli kan tinggal pakai," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya